32. Memilih Pergi.

606 129 11
                                    

Ingkar - Tulus. 🎵

🚲🚲🚲

Sebelum itu...

Suara dentuman musik begitu menggema di ruangan yang menjadi penghibur dikala lara menyerang, mereka begitu bersemangat memainkan alat musik bagian nya hingga menjadikan suatu melodi yang indah.

Hanya disaat seperti ini, Tzuyu tidak merasakan derita yang dialami nya, ia merasa nyaman. "Kita makin hebat aja." Puji Chaeyoung setelah menyelesaikan permainan musiknya.

"Oh, ya tentu. Siapa dulu pemain keyboard nya." Bangga Dahyun yang membuat Chaeyoung jengkel melihatnya.

"Pokoknya kita bertiga hebat!" Ucap Tzuyu sambil tersenyum.

"Ya. Kita hebat." Mereka bertiga saling melempar senyum satu sama lain.

"Kira-kira di masa yang akan datang, kita masih bisa kaya gini gak ya?" Tanya Tzuyu yang entah mengapa berbicara tentang masa depan mereka bertiga.

"Iyalah. Pokoknya apapun yang terjadi ke depan nya, kita gak boleh ngelupain kenangan ini. Hidup masih panjang, di nikmatin aja." Kata Dahyun dengan santai.

"Gue pasti bakal kangen banget sama kalian." Ujar Tzuyu yang membuat Dahyun dan Chaeyoung mengerutkan kening nya.

"Emang lo mau kemana?!"

🚲🚲🚲

Tzuyu tengah sibuk mengemas barang-barang nya untuk ia bawa ke tempat tinggal barunya. Ada perasaan senang dan sedih sekaligus saat ia memutuskan untuk meninggalkan orang-orang disekitar nya. Ia berharap ini menjadi pilihan yang terbaik untuknya.

"Gue denger lo bakal ke pergi?" Suara lelaki dari arah pintu kamar Tzuyu membuat ekstensi nya beralih kesana sejenak, lalu kembali melanjutkan aktivitas nya. "Iya, gue harap lo bisa balik lagi kesini setelah gue pergi." Balas Tzuyu.

"Bagus deh kalau kaya gitu, emang harusnya lo pergi dari dulu." Katanya yang tak lain adalah Kai.

"Sorry." Ucap Tzuyu dengan acuh.

"Bokap yang nyuruh lo pergi atau-" Entah mengapa Kai menjadi banyak bicara malam ini, "Kalau bokap emang udah pengen gue pergi sejak lama, tapi baru kali ini kesampean." Tzuyu terkekeh di ujung kalimatnya.

"Sahabat alay lo gimana? Terus ayang lo juga gimana? Enggak papa ditinggal?" Tanya Kai yang sudah mengenal tentang orang-orang di dekat Tzuyu.

"Sahabat gue- mereka satu-satunya orang yang melarang gue pergi, tapi gue tetap akan pergi."

"Kalau memang lo masih ingin disini, ya kenapa lo gak stay aja disini?" Ucapan Kai semakin membuat Tzuyu mengerutkan kening nya. "Lo ingin gue disini?" Tanya Tzuyu.

"Kenapa jadi nanya gue, serah lo!"

"Lo tau kan gue ini adalah benalu, gue sadar diri kok dan gue harus sadar sama tempat gue. Makasih udah ingin gue stay disini."

"Gila lo!, lo mau dimana aja bukan urusan gue!" Sanggah Kai dengan kesal nya. "Take Care!" Kata terakhir dari Kai sebelum akhirnya ia pergi keluar dari kamar Tzuyu.

"Mhm. Thanks." Balas Tzuyu lalu tersenyum.

Setelah kepergian Kai, Tzuyu jadi berpikir- bagaimana hidupnya tanpa orang-orang disekitarnya, apakah dirinya akan bahagia? Atau justru masih sama dengan hari ini. Hampa.

Bagaimana dengan perasaan nya terhadap Jihyo? Apakah masih sama. Masih mendebarkan? Atau justru akan hilang setelah menjauh darinya.

Tzuyu memilih untuk duduk di kursi belajar nya, lalu merobek kertas dari buku tulis miliknya, mengambil pena dan mulai menulis...

"Maaf aku gak bisa nepatin janji aku untuk selalu disamping kamu." Ucap nya sendiri setelah selesai menulis lalu tersenyum penuh arti ketika membayangkan sosok wanita idaman nya itu.

🚲🚲🚲

Hayo lohhhh. Wkwk.

Besok ingetin aku buat update last part ya. Hehe. ✌

Jangan lupa untuk Vote & comment kesan kalian terhadap cerita ini.

-CaCa-

Chasing You | JITZU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang