-18-

220 30 6
                                    

"Gala!"

Moza membuka matanya cepat, lalu memosisikan tubuhnya menjadi duduk. Cewek itu mencengkram kuat dada sebelah kirinya. Ia merasakan jantungnya tiba-tiba berdebar, sangat kencang, hingga membuat sesak dadanya. Entah untuk alasan apa.

Cewek itu menyambar ponsel dari atas nakas. Tertera pada lockscreen, pukul sepuluh lewat empat puluh tujuh menit. Dengan cepat, ia mencari sebuah nama dalam daftar kontak teleponnya, menghubungi seseorang.

"Ayo angkat." Racau cewek itu.

Tak ada tanggapan,   

Moza kembali menghubungi nomor itu. Tangannya semakin gemetar, dan ia semakin gelisah.

'Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.'

Cewek itu mengusap wajahnya frustasi. Kecemasannya menjadi-jadi sekarang. Tanpa pikir panjang, ia langsung menyambar jaketnya dan keluar.

Cewek itu berjalan mengendap ketika sampai di lantai bawah. Papanya sedang tidur di sofa ruang tengah. Pelan namun pasti, ia melangkah tanpa menimbulkan suara, menuju pintu depan. Ia melanjutkan dengan berlari ketika berhasil keluar dari rumahnya.

Jalanan tampak sepi sejauh mata memandang. Tak ada taksi atau kendaraan lain yang lewat.

Moza berlari secepat yang ia bisa. Pikirannyabenar-benar kalut sekarang. Ia bahkan tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa ia jadi sangat gelisah seperti sekarang. Ia juga tak mengerti mengapa ia jadi sangat mencemaskannya sekarang.

Karena terburu-buru, Moza tak menyadari ada mobil melaju di sebelahnya.

Mobil itu menyerempet Moza, hingga membuatnya jatuh tersungkur.

Cewek itu meringis memegangi kakinya. Ia kemudian meraih bagian samping mobil tersebut, menggunakannya sebagai pegangan untuk berdiri.

Si pengendara keluar, menghampiri cewek itu. "Aduh. Sorry. Sorry. Gue gak sengaja." Ucapnya.

"Gak apa-apa." Ucap Moza sambil memajukan tangan kanannya. Ia kemudian mendongak.

"Moza?"

"Kak Arga." Raut wajah Moza berubah. Jujur, ia merasa takut ketika berada di dekat cowok itu.

"Sorry banget ya. Gue beneran gak sengaja tadi." Cowok itu mengulurkan tangannya, "Sini. Gue bantu berdiri."

Dengan ragu, Moza meraih uluran tangan cowok itu.

"Gue antar ke rumah sakit ya." Tawar Arga.

"Gak usah, Kak. Lagian juga cuma luka kecil." Tolak cewek itu.

"Lo mau kemana? Malem-malem gini keluyuran. Sendirian lagi." Tanya Arga.

"Ke rumah Gala." Jawab cewek itu singkat.

Cowok itu terkekeh pelan, "Udah mantan juga."

Moza mengerutkan kening. “Darimana Kak Arga tau aku sama Gala putus?” Tanyanya. Seingatnya, ia tak pernah membuat postingan atau snap apapun di sosial medianya, begitu juga dengan Gala. ya, Moza bisa memastikan itu karena mereka masih saling follow hingga saat ini. Cewek itu juga tak pernah menceritakan masalah itu pada siapapun, hanya pada Tara, Thalia, dan Violet saja. Lalu darimana Arga bisa mengetahui hal itu?

“Gue denger ada yang pernah bilang gitu.” Jawab Arga. “Udah lah, itu gak penting. Sekarang masuk mobil,” Ucapnya sembari membukakan pintu mobilnya pada Moza. “Gue antar lo ke rumah sakit."

"Gak usah." Jawab Moza cepat. "Gue baik-baik aja kok." Lanjutnya.

"Seriusan?"

"Iya."

DELICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang