-10-

416 44 1
                                    

"Lepas! Emang lo pikir gue kambing apa?"

Cowok itu mengeram, lalu menghempaskan tangan Gala. "Lo siapa?"

"Harusnya gue yang nanya, lo itu siapa? Kenapa wajah lo bisa mirip sama gue?" Ucap Gala.

Cowok itu membuang muka,

"Tunggu tunggu." Gala teringat sesuatu. "Jangan bilang kalo lo orang yang waktu itu njambret-"

Perkataan Gala terhenti karena cowok yang berada di depannya itu membekam mulutnya. "Jangan kenceng-kenceng."

Gala menurunkan tangan yang menempel itu. "Ok.Ok. Kita bicarain semuanya baik-baik."

Cowok itu pun akhirnya mengajak Gala menjauh, ke sebuah batang pohon yang telah tumbang di belakang bangunan itu.

“Oke. Sekarang udah gak ada orang.” Ucap Gala, setelah mereka berdua duduk di batang pohon tersebut. “Sekarang lo bisa jelasin semuanya.”

Cowok itu terdiam sejenak. Ia menghela napas berat, kemudian mulai bercerita, mengenai siapa sebenarnya dirinya, apa saja yang ia lakukan, juga mengenai segala sesuatu yang temannya lihat dan anggap sebagai Gala, padahal itu bukan dia.

Hening setelahnya.

Gala menatap nanar lahan kosong yang berada di depannya. Ia kemudian itu menoleh, "Genta," Panggilnya.

"Sorry."

"Buat apa?" Bingung Gala.

Genta menghela napas berat, "Gue bikin lo dalam masalah."

Gala terdiam, malu sendiri dengan reaksi over-nya. Yang dengan Seenak jidat ngoceh panjang lebar, curhat masalah kengenesan hidupnya. Yang tiba-tiba dikejar-kejar mantan lah, barang ilang lah, dikira orang gila, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.

"Udahlah, gak usah dibahas."

"Bentar." Genta beranjak, meninggalkan Gala.

Tak lama kemudian, ia datang membawa kotak berukuran sedang berwarna silver. "Punya lo kan?" Ucapnya sambil menyodorkan kotak tersebut.

Kotak itu adalah tempat Gala menyimpan barang-barang pribadi miliknya, seperti uang,  dan beberapa berkas penting.

"Gue butuh uang buat biaya pengobatannya Aldi, salah satu anak disini.” Sambung Genta. “Makanya gue ambil. Tapi gue janji, gue akan ganti uang lo secepatnya."

"Gak masalah."Gala meraih kotak tersebut dan langsung membukanya."Tapi lo gak buka map-nya kan?"

Genta terdiam, "Sorry."

Gala menghela napas, "Cepat atau lambat, semua orang juga bakal tau."

Genta menepuk pundak Gala, "Ada yang bilang kalo kita bakal lebih gampang cerita ke orang yang gak kita kenal." Ucapnya. "Lo kalo pengen cerita, cerita aja. Gue bisa jaga rahasia."

Gala menyunggingkan bibirnya. "Mungkin bukan sekarang." Cowok itu kemudian beranjak.
"Gal,"

Gala menoleh. "Hm?"

"Sekali lagi maaf ya."

Gala berdecak. "Baperan lo. Kayak cewek aja."

Genta mencabut acak rumput liar, kemudian melemparkannya pada Gala. "Kampret lo."

Gala membalas dengan mengangkat jari tengahnya. "Oh iya. Lo bilang lo butuh uang kan?"

Genta mengangguk.

"Gantiin gue pemotretan. Ntar alamatnya gue kirim."

"Gue?" Genta menunjuk hidungnya sendiri. "Gak gak gak. Gue gak bisa."

DELICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang