“TOLONG!!!”
Gala langsung tersadar begitu mendengar teriakan tersebut. Ia kini berada di sebuah ruangan, ruangan besar yang tampak seperti gudang penyimpanan. Suasana gelap disini membuatnya kesulitan untuk mengenali tempat ini.
Matanya memindai sekitar, dan dengan cepat menemukan sesosok gadis cantik berambut panjang berteriak kuat-kuat, dengan kaki dan tangannya yang terikat tali. Gadis itu duduk di atas kursi tua dengan lampu temaram menyorot ke wajahnya.
Cowok itu langsung terjingkat begitu mengetahui siapa gadis itu. Gadis yang terikat itu adalah Moza.
Amarahnya seketika menyeruak, napasnya menderu berat. Namun tak ada yang dapat ia lakukan. Karena tubuhnya juga terkunci oleh tali yang melilitnya pada sebuah tiang.
Gala terus memberontak, berusaha keras membebaskan dirinya dari tali yang menjeratnya. Namun sia-sia. Semakin hal itu dilakukan, ia akan semakin melukai dirinya sendiri. Ditambah dengan kain yang menyumpal mulutnya. Membuat mulutnya terasa kaku dan mati rasa. Ia tak bisa berteriak.
Cowok itu semakin panik mendapati gadis itu menatapnya lekat dengan mata berlinangan. Gadis itu membisu, diam seribu bahasa ketika sepasang mata merah berairnya bertemu dengan mata Gala.Gala semakin panik ketika melihat mata tersebut. Ia berusaha sekuat tenaga membuat tali yang melilitnya itu lepas, rahangnya mengeras dan urat lehernya terlihat jelas, juga keringat yang terus megucur dari balik anak rambut. Ia tak peduli meskipun tekstur tali yang kasar itu akan melukainya nanti. Karena fokusnya hanya satu, bagaimana cara membebaskan gadis itu.
“Gue pasti akan selametin lo dan bawa lo pergi jauh dari sini.”
Dalam cahaya redup itu, Gala melihat bayangan seseorang mendekat. Derap langkahnya terdengar tegas dan berirama, membuat cowok itu menghentikan pergerakannya dan langsung menyorot gerak-gerik orang itu.
Cowok misterius ber-hoodie hitam itu melangkah mendekat, kemudian mengarahkan sebilah pisau yang dipegangnya ke arah cewek itu.
Gala tak bisa melihat wajah cowok itu, karena wajahnya yang tertutup masker.
Cewek itu menggeleng kuat. Suaranya hampir habis karena terlalu banyak berteriak. Air matanya terus mengalir. Kini, hanya ada rasa takut yang menyelimuti. Kini, ia hanya bisa pasrah.
Cewek misterius itu mengangkat sebelah tangannya dan meraih beberapa helai rambut gadis itu. Kemudian memutarinya sekali. Pria itu melirik tajam ke arah Gala, yang dibalas dengan sorot penuh kemarahan.
Lalu dengan perlahan, pria itu menarik rambut bagian belakang gadis itu, membuatnya mendongak. Kemudian menempatkan pisau miliknya di leher Moza yang sudah berlinang air mata itu. Cowok itu memandang dengan sorot mata tajam ke arah Gala sambil menyeriangai licik,
“Dia milikku.”
---
Gala tersentak, matanya terbuka dengan cepat. Ia merasakan aliran darahnya bergerak kencang, memaksa jantungnya memompa dua kali lebih hebat dari biasanya. Cowok itu langsung membenarkan posisi duduknya.Ia kini berada di salah satu gazebo yang ada di taman belakang sekolah.
"Gila. Gue mimpi apa tadi?" Cowok itu mengendalikan laju napasnya, berusaha menentralkan detak jantungnya.
Wajah cowok itu basah karena keringat. Baru kali ini, ia bermimpi sangat buruk. Dan terasa nyata. Seakan itu merupakan firasat atau pertanda. Entah kenapa, ia mulai merasa ketakutan.
Plakk...
Sebuah tepukan mendarat di pundak kiri cowok itu. Membuatnya terhenyak, langsung bangkit dan berbalik.
Mengetahui ‘reaksi berlebihan’ Gala, orang itu refleks mundur selangkah. Dengan kedua tangan terangkat setinggi dada.“Eits, kalem. Gue gak pengen macem-macem kok.”
Gala menghembuskan napas lega. "Gue kirain siapa?”
“Siapa? Demit penunggu sekolah?” Celetuk orang itu, sembari membetulkan kacamatanya.
"Emang mirip sih."
"Hah?! Apa lo bilang?!" Sulut orang itu.
Mendengar itu, Gala menyeringai kemudian melingkarkan lengan kanannya pada pundak orang itu. "Emang tadi gue ngomong apa?" Ucapnya, dibarengi lirikan maut (you know lah kayak gimana itu😄)
Orang itu meringis miris. "Eng-gak kok. Lupain aja."
Gala terkekeh, kemudian melepaskan rangkulannya dan mengacak rambut orang itu. "Good boy."
"Elah, dipikir gue anak anjing apa."
"Emang."
"Das-"
"Gala! Bagas!" Teriak seorang cowok. Yang secara otomatis membuat kedua makhluk itu menoleh.
Cowok itu berlari ke arah mereka, kemudian berhenti dengan napas terengah. "Kalian dipanggil tuh sama sama guru BK." Ucapnya.
Kening Bagas mengernyit, "Lha emang salah kita apa?" Tanyanya.
Bagas, sebut saja namanya begitu. Anak baru di SMA Nusa, Kakak sepupu Gala, baru pindah masuk sekolah hari ini, di hari kedua dimulainya tahun ajaran baru.
Gino berdecak sekali. "Trus yang waktu upacara tadi lo pikir bukan masalah?" Ucapnya.
Gala yang merasa tak terima langsung pasang badan, "Yang salah gue, kenapa lo malah nyolot ke Bagas?!" Ucapnya.
Gala tahu Gala yang salah. Ia yang memulai pertengkaran dengan Arga saat upacara selesai tadi. Tapi hal itu ia lakukan karena ingin memberi pelajaran pada kakak kelas tak tahu diri itu. Ia tak terima jika Bagas, saudaranya, menjadi bahan bully-an hanya karena penampilannya yang menurut orang itu culun.
Bagas memang tak tahu apa-apa, ia juga sama sekali tak terlibat dalam perkelahian itu. Tapi Gala yakin, Arga pasti sengaja menyeret nama Bagas saat memberi penjelasan pada guru BK tadi. Jika tidak, ia pasti takkan terkena masalah.
"Iya, oke. Sorry." Serah Gino. "Sekarang mending kalian kesana sekarang."
"Gak." Tolak Gala. "Gue gak mau."
TBC
Sekuel Manggala akhirnya di-update🥳🥳
Ada karakter baru juga
Namanya Bagas, sepupunya GalaGimana? Gak kalah ganteng kann
.
Semoga kalian suka sekuel ini yaa
Vote dan comment kalian sangat dibutuhkan
Jadi, jangan sungkan-sungkan berkomentar yaa
.
Terimakasih sudah membaca
See ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
DELICATE
Teen FictionSEKUEL MANGGALA Ketika semesta kembali memainkan permainannya, menghadapkan pada dua pilihan berat. Menyerah, atau bertahan dan membiarkan semuanya berantakan. ... Bermula dari tantangan konyol demi sebuah tiket liburan, Gala dan Moza tak menyangka...