“Sayangnya lo harus hidup buat bisa lakuin itu.”
Arga menoleh dan mendepati sebuah pistol terarah padanya.
“Halo, manusia bejat.” Ucap orang yang menodongkan pistol pada Arga itu sembari menyeringai.
Ekspresi wajah Arga berubah. Untuk sesaat, ada sedikit kepanikan di wajahnya. Namun tak lama, hal itu berganti dengan sorot tajam yang dibarengi napas menderu. “Lo!” Ucapnya sembari menuding.
“Jangan gegabah.” Ucap orang itu. “Kalo gue jadi lo, gue akan diem. Atau kalo enggak, peluru di pistol ini akan melesat dan menembus kepala lo.”
Arga tak mendebat. Meski awalnya enggan, akhirnya ia menurut juga.
Gala memandang dengan mata sedikit menyipit guna memperjelas objeknya. Di ruangan yang temaram seperti ini, cukup sulit untuk melihat wajah seseorang, apalagi kalau orang itu mengenakan topi. Orang itu mengenakan topi, dan arah pandang orang itu juga membelakangi Gala, sehingga sulit bagi Gala untuk mengenalinya.
Sampai ketika orang itu berbalik menghadap Gala,
“Gino,” Ucap Gala lirih.
Gino memandang Gala sejenak, kemudian megangguk pelan. “Gue udah ngikuti lo selama ini.” Ia memberitahu. “Gue ngerasa ada yang aneh dengan sikap lo akhir-akhir ini. Terutama setelah lo hampir tenggelam di kolam waktu itu. Dari sana, gue jadi tau kalo ada yang lagi neror lo. Orang itu Bagas. Gue udah tau itu sejak lama. Dan ketika gue mau ungkap semuanya, Bagas ngaku kalo pelakunya bukan cuma dia.”
Gala terdiam mendengar penuturan Gino.
Gino menoleh pada Arga. “Pelakunya ada di hadapan gue sekarang.” Ucapnya. “Bagas udah kasih tau semuanya tentang lo. Makanya gue sama Bagas ngerencanain ini buat jebak lo. Kita tau, kalo lo gak akan biarin kesempatan ini lewat gitu aja.” Cowok itu menyeringai. “Lo udah kejebak dalam rencana lo sendiri, Arga.”
“Kurang ajar!” Sergah Arga.
“Cowok itu adalah psikopat. Gue tau itu setelah selidiki rumahnya. Gue nemuin ada banyak foto cewek yang ada disana, dan kesemuanya dicoret dengan tanda silang warna merah, kecuali fotonya Moza. Dia udah terobsesi sama Moza sejak lama. Dia gak bisa miliki Moza karena Moza udah sama Gala. Jadi dia mau main-main sama hidup kalian, dimulai dengan teror-teror itu.”
“Dasar lancang!” Arga meremas jemarinya kuat-kuat. Ia hendak menyerang Gino, namun Gino dengan cepat mengarahkan pistol yang dibawanya semakin dekat ke kepala cowok itu.
“Sedikit aja lo bergerak, gue gak bisa jamin lo bakal selamat.” Ancam Gino. “Lo salah besar dengan ngira gue lengah.”
Kedua sudut bibir Arga tertarik, membentuk seringai licik. “Lo pengen habisi gue? Coba aja, kalo lo pengen hidup lo berakhir di penjara.”
.”Kayaknya kalimat itu lebih tepat buat diri lo sendiri.” Gino mengerucutkan bibirnya, kemudian mulai bersiul, seakan memberi isyarat.
Tak lama setelahnya, tampak tiga orang berpakaian polisi bergerak masuk dan dengan sigap langsung membkuk Arga.
“Gue punya empat saksi dan bukti rekaman pengakuan lo. Ruangan ini udah dipasangi kamera dana alat penyadap.” Ucap Gino. “Jadi sekarang kasih tau gue, gimana caranya lo bakal lolos dari penjara?”
“Sial!”
Gino mengembalikan pistol yang dibawanya ke salah satu polisi, lalu menghampiri Gala dan melepas ikatan talinya.
“Gue gak tau harus dengan cara apa gue bilang makasih. Lo udah nyelametin hidup gue, sekali lagi.” Ucap Gala. “Gue nyesel pernah curiga ke lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DELICATE
Teen FictionSEKUEL MANGGALA Ketika semesta kembali memainkan permainannya, menghadapkan pada dua pilihan berat. Menyerah, atau bertahan dan membiarkan semuanya berantakan. ... Bermula dari tantangan konyol demi sebuah tiket liburan, Gala dan Moza tak menyangka...