-29-

220 38 1
                                    

“Sendirian aja? Awas kesambet lho.”

Moza langsung mengusap kedua mata sembabnya dan mengatur pola napasnya. Baru setelah merasa baikan, ia menoleh.

“Lo habis nangis?” Gino dapat langsung menebak dari mata dan hidung cewek itu yang tampak memerah.

Cowok itu langsung duduk di samping Moza. Saat ini, mereka berada di salah satu resto di sebuah Mall. Gino baru saja selesai membeli baju untuk prom night besok malam dan hendak mampir sebentar membeli makan. 

Perhatian Gino dengan cepat terarah pada Moza yang duduk sendirian dengan wajah murung. Makanya ia menghampiri cewek itu.

“Eng-gak. Siapa juga yang nangis?” Moza mengelak.

Gino menghembuskan napas kasar. “Gini nih. Kalo udah nyangkut masalah hati. Pasti ribet urusannya. Apalagi kalo cewek.”

“Gue lagi gak mood bercanda.”

“Siapa juga yang lagi pengen bercanda?” Ucap cowok itu.  “Gue juga ngerti kali. Yang namanya gagal move on itu nyesek.”

“Kenapa jadi lo yang curhat?”

“Emang gak boleh?”

“Y-ya, boleh-boleh aja sih.” Jawab Moza sekenanya.

“Lo pasti lagi meratapi. Hubungan lo sama Gala yang kandas di tengah jalan. "Ucap Gino dengan tatapan menerawang.

Moza langsung menoleh, “Lo udah tau kalo Gala masih hidup?” Tanyanya spontan. Tapi pada detik berikutnya ia menyadari bahwa salah besar jika menanyakan hal itu pada Gino. Tentu saja Gino tahu itu.

“Harus banget gue jawab?”

“Udah gak penting juga sekarang.” Moza menghela napas berat, kemudian menunduk sembari memain-mainkan minumannya dengan sedotan.

“Lo sendirian kesini?” Tanya cowok itu penasaran.

“Sama Violet.” Jawab Moza. “Tadi gue temenin dia beli sepatu. Anaknya lagi di toilet sekarang.”

Gino ber-oh mendengar jawaban cewek itu.

Hening beberapa saat,

“Kita senasib.” Ucap cowok itu tiba-tiba.

Perkataan Gino spontan membuat cewek itu mendongak, “Maksudnya?”

“Gue udahan sama Nadine.” Jawab Gino pasrah.

“Kenapa?”

“Gara-gara lo.”

“Kok gue?” Moza menunjuk hidungnya sendiri.

“Lo tau kan kalo Nadine itu cinta mati sama Gala? Dan dia orangnya ambisius.” Ucap Gino dengan tatapan konstan ke depan. “So, dia bakal lakuin apapun buat dapetin Gala, kalo kemungkinannya mendukung.”

Moza tampak mencerna kalimat Gino.

“Dan asal lo tau aja. Dengan lo ngotot pengen putus dari Gala, lo udah ngebuka semua kemungkinan itu.” Gino menoleh. “Jadi, secara gak langsung, lo udah jadi perusak hubungan orang. Jahat lo, Za.”

Moza menatap dengan kening berkerut. Ia tidak akan menerima begitu saja tuduhan yang diarahkan padanya. Apalagi dengan penjelasan yang menurutnya tidak masuk akal. “Enak aja main tuduh sembarangan.”

“Lo gak ngerti sih, gimana sakitnya waktu lihat orang yang lo suka berduaan sama orang lain.”

Pandangan Moza berubah. Memang itulah yang selama ini ia rasakan ketika melihat Gala meladeni cewek-cewek yang menggodanya.

DELICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang