Gerah hati. Gerah body.Sekiranya hal itulah yang paling pas digunakan untuk menggambarkan kondisi mereka saat ini. bagaimana tidak, empat jam lebih dijemur di tengah lapangan dengan posisi hormat bendera. Gerah, capek, berkeringat, panas. Belum lagi pidato panjang lebar dari Pak Tora, sang guru BK kesayangan.
Miris sekali. Padahal jika dipikir-pikir, Gala tak sepenuhnya salah. Apalagi Bagas yang tak tau apa-apa.
Gala hanya membela sepupunya yang menjadi korban bully Arga. Lagipula, Arga lah yang memulai, cowok itu yang memukul Gala duluan.
Tepat setelah Pak Tora meninggalkan tempat, Gala langsung memerosotkan bahunya, tak lagi berdiri setegak tadi.
Cowok itu menghela napas berat. "Ini masih lama gak sih?" Kesalnya, sambil mengusap peluh di keningnya. Sepertinya mengenakan jaket di siang bolong seperti ini memang bukan pilihan yang tepat. Harusnya tadi Gala melepasnya saja dan menaruhnya di tepi lapangan.
"Sabar. Bentar lagi juga kelar." Balas Bagas, ia juga mendapat hukuman yang serupa dengan Gala, atas tuduhan menyulut pertengkaran.
"Sabar pantat lo! Pegel gue lama-lama kalo gini." Gerutu Gala.
Sementara Bagas hanya bisa tersenyum melihat tingkah Gala yang sudah mirip dugong kekurangan air itu.
“Wah gak bener ini. Yang salah siapa yang kena hukum siapa.” Gala melirik ke sekitar, dan tak jauh darinya, di depan ruang kelas XI IPS 2, terlihat Arga tengah berdiri memperhatikan mereka sambil tersenyum puas. “Lagian gue heran. Tuh anak ngapain juga masih disini. Udah lulus aja masih bikin gara-gara.” Dengusnya.
Penasaran, Bagas pun mengikuti arah pandang Gala. “Siapa?” Tanyanya. “Cowok yang tadi itu?”
“Menurut lo?” Sewot Gala.
“Sorry ya. Lo jadi keseret masalah gara-gara gue.” Ucap Bagas.
“Udah. Santai aja.” Balas Gala. “Lagian muka songong tuh cowok emang pantes dikasih tonjokan. Biar tau rasa dia.” Sambungnya. “Gue gak bisa diem gitu aja lihat lo dibully tadi.”
Kedua sudut bibir Bagas tertarik. “Thanks, Gal.” Ucapnya.
“Sama-sama.”
Tak lama setelahnya, bel istirahat berbunyi, yang menandakan masa hukuman mereka berakhir.
Bagas langsung menurunkan tangan, mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan mengeceknya. “Gue cabut dulu.” Katanya, sembari berjalan menjauh.
“Mau kemana?”
“Ada urusan.”
“Gas,” Panggil Gala, namun panggilan itu sama sekali tak digubris. Bagas tadi tak sengaja menjatuhkan dompetnya ketika mengeluarkan ponsel dari saku celana. Ia pun mengambilnya.
Cowok itu baru hendak mengejar untuk mengembalikan dompet tersebut ketika ada yang meneriaki namanya.
“Gala!” Pekik orang itu sembari berlari menghempirinya, kemudian berhenti dengan napas tersengal.
Gala yang tak paham, memandang cewek yang ada di depannya itu dengan kening berkerut. “Lo kenapa, Vi?”
“Itu... jaket lo.... Moza....” Ucap Violet terbata.
Belum rampung Violet menyelesaikan kalimatnya, Gala langsung berlari ke arah cewek itu datang tadi, yang itu asalnya dari dalam ruang kelas.
.
Sepasang mata Gala langsung menangkap keberadaan Moza. Cewek itu terduduk di bangkunya dengan wajah cemas.
Cowok itu pun langsung menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELICATE
Teen FictionSEKUEL MANGGALA Ketika semesta kembali memainkan permainannya, menghadapkan pada dua pilihan berat. Menyerah, atau bertahan dan membiarkan semuanya berantakan. ... Bermula dari tantangan konyol demi sebuah tiket liburan, Gala dan Moza tak menyangka...