-03-

794 67 1
                                    

Gala menatap dengan tatapan konstan ke depan, sambil memainkan jemari kakinya, membentuk riak air di tepi kolam renang. Mimpinya siang tadi, juga surat misterius yang didapatnya, tanpa ia sadari membuat pikirannya kalut.

Gala sebenarnya tak mau ambil pusing. Bisa saja itu semua hanya kebetulan semata. Mimpinya hanyalah bunga tidur, tak memiliki maksud apa-apa. Dan surat yang ia dapat, mungkin saja itu kerjaan orang iseng. Bukan hal yang patut dipusingkan.

Tapi entah kenapa, justru cowok itu tak henti-hentinya memikirkan itu. Ia merasa kedua hal itu saling berkaitan, dan berkaitan disini jelas bukan dalam arti baik.

"Kedip woy, awas kering tuh mata." Ucap seorang cewek dari arah samping, yang kemudian disusul cipratan air ke wajahnya.

Gala refleks menoleh. "Apaan sih, Kak?" Kesalnya. Cowok itu mengelap wajahnya yang basah menggunakan lengan baju.

"Apanya yang apaan?" Cewek itu mendekat, kemudian duduk di sebelah Gala. "Lo lagi ada masalah apa sih?"

Kening Gala berkerut. Sumpah demi apapun, sejak kapan tuh makhluk jadi sepeduli itu padanya. "Lo gak panas kan?" Tangan cowok itu terangkat dan langsung menempel manja pada kening cewek itu.

Milly berdecak kesal dan langsung menghempaskan tangan cowok itu. "Gue cuek salah perhatian salah. Bingung gue, perasaan gue jadi Kakak gak ada wibawa-wibawanya." Dengusnya.

"Emang lo gak punya wibawa kan." Ucap cowok itu merendahkan.

"Kampret lo." Kesal Milly, sembari menyikut perut cowok itu.

"Kalian ini, udah gede juga masih aja berantem." Papa Dewa muncul dari arah dapur, sambil menenteng bungkusan kresek putih berisi makanan. Ia baru saja pulang dari kantor.

Dan mohon maklum saja atas kelakuan kedua makhluk yang udah mirip tikus sama kucing itu. Karena dalam hitungan kurang dari satu detik, mereka sudah membuat onar lagi. Bagaimana tidak, kedua orang itu malah anarkis main kejar-kejaran hanya untuk MAKANAN. Padahal makanan yang dibawa itu ada empat porsi.

"Punya gue." Milly dengan cepat menyambar bungkusan yang dibawa Papa Dewa.

"Curang lo, Kak. Gue juga mau kali." Protes Gala.

"Siapa cepat dia dapat," Jawab Milly enteng.

“Kasihin sini!”

“Ogah!”

“Orang pelit kuburannya sempit tau.”

“Bodoamat.” Cewek itu menjulurkan lidahnya.

Gala melirik cepat ke arah Papa Dewa yang sudah mati-matian menahan tawanya, melihat kelakuan ajaib kedua buah hatinya itu.

"Pa, lihatin. Anak Papa tuh." Rengek Gala. “Masa makanan segitu banyak mau diembat sendiri.”

Milly melirik tajam. "Lo juga anaknya Papa kali."

"Dasar kakak durhaka. Gue kutuk lo lama-lama jadi patung selamat datang." Dengus Gala.

"Gue kutuk lo jadi kodok bunting."

"Kambing conge."

"Curut albino."

"Gak boleh main kutuk-kutukan. Gak baik. Kalian itu sebagai saudara harusnya saling menyayangi, menghormati satu sama lain." Tutur Papa Dewa.

Kini giliran Gala dan Milly yang melongo. Keduanya kompak memghentikan aktivitas ledek-meledek dan memandangi pria setengah baya itu dari ujung rambut hingga ujung-ujung yang lain.

"Mukjizat apakah ini, Ya Rabb? Kuasa-Mu memang tak terbatas." Gala keheranan sendiri melihat sikap Papanya yang mendadak mirip Mario Teguh.

Plakk....

DELICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang