-30-

223 35 0
                                    

“Gala!”

Teriak cewek itu ketika panik ketika melihat riak air yang tak wajar dan gelembung-gelembung yang terus bermunculan dari dasar kolam. Gala diam tak bergerak di dasar kolam.

Moza berlari sekencang mungkin menuju tepi kolam. Ia kemudian melepas sepatunya, dan langsung menceburkan dirinya ke dalam kolam. Cewek itu mendekap tubuh Gala dan membawanya dengan sigap ke tepi kolam.

Gala tak sadarkan diri. Wajahnya sudah mulai pucat dan kulitnya terasa dingin.

Moza terus menepuk-nepuk pipi cowok itu sambil meneriaki namanya.

“Gal, bangun.”

Cewek itu langsung melakukan CPR, pertolongan pertama yang dilakukan untuk korban tenggelam, persis seperti yang pernah diajarkan Dirga padanya saat di klub renang dulu.

Moza mengambil posisi di samping bahu Gala. Dengan tangan gemetar, cewek itu meletakkan tangannya di dada bagian tengah cowok itu, kemudian menekannya, agar air yang masuk ke dalam tubuh cowok itu dapat keluar. "Gi, bangun. Please, bangun." Racaunya.

Semenit berlalu, tak ada respon dari cewek itu.

Moza berlanjut memberikan napas buatan. Namun hasilnya sama saja. Masih tak ada respon. Mata cewek itu memanas, air matanya terus keluar.

“Please, bangun. Jangan tinggalin gue.” Ucap cewek itu dengan suara bergetar. “Please,”

Tak lama berselang, Gala mulai terbatuk, memuntahkan air keluar. Ia memandang sekilat wajah cewek itu.

“Moza,” Lirihnya.

“Iya, Gal. Gue disini.”

Tangan cowok itu perlahan terangkat, mengusap pipi cewek itu. “Jangan nangis.”

Moza menarik kedua sudut bibirnya, sambil memejamkan matanya kuat-kuat, memaksa air mata yang masih tersisa keluar. “Gak akan.”

Moza tersenyum lega. Namun itu tak berlangsung lama, laju napas Gala mulai tak beraturan. Hingga kemudian cowok itu tak sadarkan diri lagi setelah mengambil satu tarikan napas panjang.

Cewek itu semakin panik dibuatnya. Ia kembali memberikan napas buatan, tapi itu tak berpengaruh.

"Please, Bangun, Gal. Bangun. Jangan tinggalin gue.” Racau Moza frustasi. Ia mendudukkan tubuh dingin cowok itu, mendekapnya dengan sangat erat. “Please, bangun.”

.

“Gak! Gak mungkin.”

Moza menjerit sambil memegang kuat kedua telinganya. Lagi-lagi bayangan itu menghantuinya. Itu adalah mimpi yang dia dapatkan di malam saat Gala kecelakaan.

“Gak akan terjadi apa-apa sama Gala.” Racau cewek itu pada diri sendiri.

“Moza,”

Sebuah tepukan di pundak kirinya, membuat Moza terjingkat dan semakin panik.

“Hi. Hei. Hei. Tenang, Gak akan terjadi apa-apa.” Ucap orang itu menenangkan, kedua tangannya terulur, menangkup pada bahu Moza. “Semuanya baik-baik aja.”

Moza yang semula menutup kedua matanya kuat-kuat, perlahan membukanya. Suara yang barusan ia dengar terasa familiar baginya.

“Gino.”

“Iya. Gue disini.” Ucap Gino.

Moza mengerutkan kening, “Lo ngapain kesini?”

“Harusnya gue yang nanya ke lo, ngapain lo sendirian disini?” Gino balik bertanya. “Trus tadi kenapa teriak-teriak histeris? Lo ada masalah apa?”

DELICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang