Kembali ke sekolah.
Bukan wacana yang bagus untuk Gala. Tapi berhubung ia sudah di tahun terakhir SMA, yang artinya sebentar lagi akan ada ujian kelulusan, jadi mau tak mau ia harus masuk agar tak ketinggalan pelajaran, tugas, ulangan harian dan segala macam siksaan lainnya.
Sungguh indah masa SMA.....
Belum lagi drama-drama di dalamnya, seperti :
"Balikin handphone gue!"
Gala mengerutkan dahi memandang bingung gelagat cewek itu. Ia baru saja sampai dan hendak menuju kelas.
"Balikin handphone gue!" Ulang cewek itu, sambil menengadahkan tangan kanannya.
"Handphone apaan?" Bingung Gala.
Cewek itu memutar bola matanya. "Halah, gak usah ngeles. Jelas-jelas semalem gue-."
"Morning, Pangeran Curut." Sapa Moza. Ia baru saja sampai dan langsung menghampiri cowok itu begitu menangkap keberadaannya.
Moza menoleh karena mendengar desahan berat dari arah depannya. "Dita, lo ngapain disini?" Tanyanya.
Dita menyilangkan kedua tangan di dadanya. "Kasih perhitungan ke cowok lo."
"Eh?" Moza melirik ke arah cowok yang berdiri di sebelahnya. "Lo apain nih mantan?"
Dita mengerang pelan, "Cowok lo nyolong tas gue!" Serunya.
"What?" Pekik Moza.
"Ngapain juga gue ngambil tas lo? Gak ada gunanya kali." Ucap Gala enteng.
"Ya kali aja lo mau ngepoin mantan." Jawab Dita sekenanya. Memang sudah jadi rahasia umum, kalau semua mantannya Gala pengen pake banget balikan sama tuh cowok.
"Halu lo. Makanya kalo ngarep jangan ketinggian." Sergah Moza. "Ada juga lo yang gak bisa move on."
"Dasar cewek ganjen."
"Apa lo bilang?!"
Gala mengusap wajahnya kasar melihat perdebatan tak berguna itu. Ia langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kartu kredit dari dalam dompetnya, kemudian menempelkan benda tersebut di tangan Dita. "Nih gue ganti. Udah selesai kan?"
Cowok itu mengalihkan pandangannya pada Moza dan menggandeng tangan cewek itu. "Ayo."
"Tadi si Dita ngapain sih?" Tanya Moza pada Gala, ketika jarak Dita sudah berada di luar jangkauan penglihatan mereka.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas.
Gala mengendikkan badannya, "Mana gue tau."
Cewek itu menyipitkan matanya, "Serius?"
"Kalo gak percaya, yaudah. Gak ada yang maksa juga kan?" Jawab cowok itu enteng.
"Ih, kebiasaan deh. Hobi banget main rahasia-rahasiaan. Dasar sok misterius."
Cowok itu melangkah cepat, kemudian berhenti tepat di hadapan Moza, memblok jalannya. "Oh, ya tentu. Kalo gue mainnya blak-blak-an, lo gak bakal tau gimana sensasinya pacaran sama Manggala Dewananta." Bangganya.
"Sensasi pantat lo! Dasar dugong." Moza yang sudah terlanjur kesal, langsung menginjak sepatu cowok itu. "Lo gak nyadar ya, kalo gue.... Gue....." Cewek itu tiba-tiba kehilangan kata-katanya.
Gala tersenyum singkat, kemudian memajukan wajahnya, mempersingkat jarak antara mereka berdua. "Cemburu?"
Dan cewek itu mengangguk dengan polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELICATE
أدب المراهقينSEKUEL MANGGALA Ketika semesta kembali memainkan permainannya, menghadapkan pada dua pilihan berat. Menyerah, atau bertahan dan membiarkan semuanya berantakan. ... Bermula dari tantangan konyol demi sebuah tiket liburan, Gala dan Moza tak menyangka...