Sekembalinya Gala dari toilet, rupanya makanan dan minuman sudah dipesan. Pelayan baru saja menyajikannya.
"Ini siapa yang pesen?" Gala duduk di kursinya, melihat sejenak makanan dan minuman yang apa yang dipesan untuknya, spaghetti bolognese dan frappuccino.
“Ngasal aja sih tadi, salah sendiri lama di toiletnya.” Ucap Moza.
“Trus pesenan lo?” Gala melirik meja cewek itu. Hanya ada coklat panas disana. Cewek itu tidak memesan makanan. “Kok gak makan?”
“Masih kenyang gue.”
“Makan.” Gala mengambil sesuap pasta yang ada di piringnya, kemudian menyuapkannya pada Moza.
Moza menggeleng. “Gue gak laper, Gal. Seriusan.”
“Makan.” Ucap Gala sekali lagi. “Ntar lo sakit.”
Moza akhirnya menurut, ia membuka mulut, memakan makanan yang disuapkan Gala untuknya. Tak ada gunanya berdebat dengan Gala, apalagi soal makanan. Ujung-ujungnya ia pasti kalah, dan berakhir dengan cowok itu memaksanya makan.
“Udah. Sekarang giliran lo yang makan.” Ucap cewek itu, setelah menelan makanan yang ada di mulutnya.
“Satu lagi.” Gala menyuapkan sesuap lagi pasta pada cewek itu.
“Gue gak-” Perkataan cewek itu terhenti karena Gala kembali menyuapkan makanan ke mulutnya, secara paksa.
“Kalian unyu banget sih.” Goda Tara. “Jadi baper gue.”
“Lo kalo mau, minta suapin Bagas aja sono.” Ucap Gala enteng.
“Ngerusak momen aja lo.” Tara yang kesal langsung melempari cowok itu dengan kentang gorengnya.
“Bilang aja kalo pengen.” Gala menyeringai. “Gas, gebetan lo minta disuapin tuh.”
“Rese lo.”
“Bodo.” Gala memakan makanannya, secepat kilat. Tak sampai tiga menit, makanan yang ada di piringnya sudah habis tek bersisa.
Moza menyodorkan minuman Gala padanya. Ia sudah paham bahwa cowok itu memang cepat kalau makan, sudah bawaan dari sananya katanya.
Gala meraih minuman tersebut dan meminumnya, hingga tinggal tersisa setengah.
“Lo laper apa doyan?” Tanya Bagas heran.
“Cepet banget makannya.” Timpal Nadine.
“Mohon maklum ya, namanya juga rakus.” Ledek Tara. Ia masih kesal dengan acara double date jebakan ide cowok itu.
“Suka-suka gue dong.” Balas Gala. “Gue-” Cowok itu urung menyelesaikan kalimatnya. Ia tampak mengernyit menahan sakit, sambil mencengkram kuat perutnya.
“Gal, lo kenapa?” Cemas Moza.
Cowok itu menggeleng pelan, “G-gue gak apa-apa.” Ucapnya pelan, sembari menahan sakit.
“Muka lo pucet, Gal. Gue antar ke dokter ya.” Moza mengusap pundak Gala. “Atau paling gak, gue antar lo pulang, biar bisa istirahat.”
“Gak usah. Gue cuma-” Cowok itu mengerang, ia merasakan sakit menjalari tubuhnya. Ia juga merasakan matanya berkunang-kunang.
Cowok itu tak lagi sanggup berdiri tegak. Ia mungkin akan terjungkal ke belakang jika saja Moza tak cepat-cepat menangkap tubuhnya. Ia memandang Moza sejenak, kemudian ambruk ke pangkuan cewek itu.
---
“Gimana Gala?”
Moza langsung berdiri begitu sang pemilik suara mendekat ke arahnya. “Masih ditanganin di dalem, Kak.” Ucapnya pada cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELICATE
Teen FictionSEKUEL MANGGALA Ketika semesta kembali memainkan permainannya, menghadapkan pada dua pilihan berat. Menyerah, atau bertahan dan membiarkan semuanya berantakan. ... Bermula dari tantangan konyol demi sebuah tiket liburan, Gala dan Moza tak menyangka...