Mimpi

56 8 3
                                    

Udah terbang tinggi-tinggi malah dijatuhin tanpa peduli sama sekali

“AJEEENG!”

Vania dan Jane menggebrak tempat tidur yang sedari tadi membawa Ajeng ke alam mimpi indahnya itu.

Masih dengan suara yang sama keduanya terus berusaha membangunkan sang putri agar kembali kepada kenyataan yang sesungguhnya.

Akhirnya Ajeng terbangun meski dalam keadaan linglung ketika melihat ketiga sahabatnya.

“Kak Andre mana?” Ajeng bergumam dengan tangan yang memijat pelipisnya pelan.

“Hah? Kak Andre?” Nova yang sedari tadi memperhatikan bertanya heran akan maksud dari ucapan sahabatnya.

“Haaa, ternyata cuma mimpi!” Ajeng kembali membanting tubuhnya dengan perasaan yang sangat kesal.

“Huwaaa!” jeritnya lagi dan lagi.

“Lo kenapa, sih? Bangun-bangun udah nangis aja. Padahal kan kemaren udah di kenalin ke camer, masa iya jadi melow gini.” Jane berucap panjang lebar dengan diiringi anggukan Vania.

“Jadi kejadian yang dikenalin ke mama nya kak Andre itu nyata?” Buru-buru Ajeng mendudukkan tubuhnya untuk mendengar penjelasan dari sang sahabat.

“Iya,” jawab Jane sedikit bingung dengan kondisi Ajeng.

“Lo insomnia?” ucap Vania mengagetkan ketiganya.

“Insomnia?” Ajeng mengulang ucapan Vania dengan sedikit berpikir. Tak lama ketiganya saling pandang dan teringat akan suatu hal.

“AMNESIA VANIA! AMNESIA!” greget Nova mengacak-acak rambut cantik milik Vania.

“Hehe ya maaf, namanya juga lupa. Saking kagetnya tau!” Vania tersenyum geli sembari menggaruk tengkuknya pelan.

“Lo gak amnesia kan, Jeng?” tanya Jane kembali ke topik awal.

“Alhamdulillah kagak,” gerutu Ajeng masih kesal dengan keadaan yang membuatnya amat bingung ini. Entah mana yang mimpi dan entah mana yang kenyataan.

“Ah sepertinya aku harus menenangkan diri dan kembali mengingat kejadian akhir-akhir ini.” Ajeng membuang nafas panjang dengan posisi memeluk boneka pink kesukaannya.

“Eh iya, kalian ngapain ke sini?” tanya Ajeng heran dengan kehadiran tak berundang ini.

“Ya mau ngajak lo main lah, yakali ngungsi!” Jane berucap datar.

“Tapi ngungsi bentaran kayaknya bukan ide buruk, deh.” Vania terkekeh tak tau malu.

“Baiklah-baiklah terserah kalian, aku mau mandi dulu.” Ajeng berucap dengan bokong yang sudah terangkat dari duduknya.

••••

“Mamaaa!” teriak Ajeng memeluk ibunya yang tengah memasak makanan untuk sarapan.

“Eh pagi-pagi udah rapi gini, pada mau ke mana?”

“Hehe mau refreshing bentar, tante.” Vania tersenyum manis ke arah Tamara yang juga memberikan senyumannya.

“Jangan dulu berangkat, ya. Kita sarapan bareng,” ucapnya lagi kembali berkutat dengan wajannya.

“Bagaimana bisa nolak kalo makanannya gratisan.” Vania dan Jane segera duduk di kursi meja makan keluarga Ajeng.

Tragis [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang