Aku juga takut, takut bagaimana caranya melepas seseorang yang bahkan belum aku genggam.
“Eh, Ajeng, 'kan?” Ajeng mendongak menatap gadis yang tengah berdiri menghadang jalannya.
“Hm.” Ajeng bergumam kecil dengan mata yang terus melihat kearah lain agar terhindar kontak mata dengannya.
“Emang ada yang jauh lebih menarik daripada wajah gue?” Diandra berpindah tempat kearah mata Ajeng bergerak.
“Hm, memangnya ada yang lebih menggemaskan daripada anak rubah?” Ajeng berpose seperti orang yang tengah berpikir keras. Padahal dalam hati dia ingin tertawa terbahak-bahak melihat perubahan ekspresi gadis yang tengah memasang wajah kesalnya itu.
“Ada. Kura-kura bodoh!”
“Hah? Sejak kapan kura-kura berubah jadi bodoh?”
“Tentu saja sejak dulu. Dasar bego. Memangnya lo pernah liat mereka lulus universitas?” Diandra berucap dengan tersenyum penuh arti.
“Aish, memangnya kau sudah lulus universitas, hah? Kau bahkan masih menggunakan seragam biru putih. Dasar rubah konyol!”
“Cih, rubah tua.” Diandra melengos pergi melangkahkan kakinya untuk lebih jauh lagi. Meninggalkan Ajeng yang tengah melongo tak percaya.
“Haha, luar biasa!” Ajeng berucap dengan tampang tak percaya. Benar-benar gadis yang menyebalkan_batinnya.
Drrrt...Drrrt...
“Iya, Nov. Ada apa?” tanya Ajeng langsung setelah menjawab salam dari seberang sana.
“Oh iya, aku ikut. Gak usah, biar aku nyusul aja ke sananya.”
“Hm, babay,” pamit Ajeng memutuskan sambungan telepon.
****
“Lama banget sih lo.” Baru saja Ajeng berniat untuk duduk, eh malah dapat semprotan tak mengenakkan.
“Berisik banget, elah. Aku tuh lagi kesel!” tuturnya sambil menepuk-nepuk meja bundar.
“Kesel kenapa? Kak Andre gak bales DM lo lagi ya?” tuduh Vania menebak-nebak.
“Kalo itu mah udah biasa kali. Kak Andrean kan emang cuek-cuek manis. Iya gak, Jeng?”
“Dah lah, gak ada yang nyambung,” males Ajeng menanggapi obrolan kedua sejoli itu. Sedangkan Nova hanya diam menikmati pertunjukan yang ada dihadapannya tanpa berniat membuka suara.
“Lo kenapa, sih? Kok diem terus dari tadi, sariawan ya lo?” Vania kembali menebak-nebak keadaan sahabatnya.
“Enak aja lo. Gue cuma males aja nanggapin obrolan lo berdua yang sangat-sangat garing, kek teri!” sewot Nova menatap nyalang.
“Si tai, pake acara ngegas segala.” Jane melempar snack yang baru saja akan ia makan.
“Yeuh!” balas Nova melempar balik pilus berwarna putih itu. Dan pada akhirnya terjadilah peperangan diantara keduanya. Tidak-tidak, sekarang bertambah menjadi keempatnya.
****
“Kak Andre,” gumam Ajeng sembari menggenggam erat tangan Nova yang berdiri disampingnya.
“Sakit, Jeng.” Nova bersuara dengan tangan yang berusaha melepaskan cekalan kuat tersebut.
“Eh bukannya itu kak Andre, ya?” Tunjuk Jane kepada dua sosok manusia yang berjalan bersisian.
“Cantik,” ucap Vania pelan dengan diiringi jitakkan kasar dari Nova yang telah berhasil melepaskan diri.
Sorot mata Ajeng kini berubah suram. Emosinya pun kini sangat labil. Kenapa ia harus cemburu? Ia bahkan tak punya hak untuk hal itu!
“Asal kakak bahagia aku juga gak pa-pa, kok,” ucapnya pelan dengan mata yang tengah membendung bulir-bulir penderitaan.
“Jeng, Jeng, AJENG!”
Sontak Andrean menoleh ketika nama yang tak asing itu terucap. Mata mereka bertemu dan bertatapan seolah saling menyampaikan sesuatu. Andrean tersenyum dengan tulus, berbeda dengan Ajeng yang terus berusaha tegar menerima kenyataan.
Andrean melangkah mendekati keempatnya dengan diikuti sesosok gadis berpenampilan modis. Ajeng tersenyum getir melihat gadis yang berada dibelakang pujaannya itu.
“Vania benar, dia memang cantik.”
“Kenapa?” Andrean berucap dengan tangan terangkat untuk menghapus bulir yang tengah Ajeng keluarkan.
Dengan sigap Ajeng pun menangkis tangan pria tersebut agar tidak menyentuhnya. Matanya memancarkan begitu banyak kekecewaan sekarang.
Mengapa ada pria macam dia di dunia ini?_batinnya memberontak.
“Hai, kita ketemu lagi.” Tanpa diperintah sekalipun, gadis yang sedari tadi memperhatikan kini angkat bicara. Menyapa Ajeng dengan gerakan tangan yang sangat-sangat anggun.
Lama Ajeng menatap kearahnya, hingga pada akhirnya Ajeng pun berusaha untuk tetap tersenyum.
Andrean merasa heran dengan tingkah laku Ajeng. Dilihat dari sudut manapun gadis itu tengah mengeluarkan aura yang sangat menyeramkan. Namun anehnya hal itu malah terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Pria aneh!
“Ayo, bang.” Diandra meraih tangan Andrean dan mengajaknya pergi menjauh.
Kata itu lagi_batin Ajeng berucap lesu.
“Sebenarnya dia itu siapa, sih?” gumamnya pelan.
Melihat kondisi Ajeng yang tengah muram, ketiga temannya pun berusaha untuk menghiburnya. Meski pada akhirnya tetaplah sia-sia. Ajeng masih terdiam, ia bahkan tak mengeluarkan suara apapun. Hanya deru nafasnya lah yang semakin lama semakin cepat.
Ajeng tak mengeluarkan penderitaannya dengan berteriak ataupun membentak. Ia hanya terdiam meratapi perasaannya yang tengah bergejolak itu.
“Menyebalkan!” Ajeng berucap dengan kaki yang tengah melangkah menuju pintu keluar meninggalkan teman-temannya yang masih berdiri mematung.
“Ajeng mau kemana?”
“Kok main tinggal-tinggal aja nih bocah!” seru Jane mengajak teman-temannya untuk berlari mengejar Ajeng yang telah pergi meninggalkan gedung bertingkat itu.
______________________________________
Hay hay hay, aku datang membawa part 31🤗
Maaf telat 10 menit dari waktu yang sudah dijanjikan😌
.
.
.
.
.Sosok Diandra sengaja belum aku ungkap, mau tau??
Lanjut ke part 32 deh ya, babay🖐🏻
Jangan lupa Voment nya ya❣️
![](https://img.wattpad.com/cover/220539577-288-k101016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragis [TERBIT]
Novela JuvenilPre-order [25 Februari - 30 Maret 2022] Bisa beli di Shopee : cmgbekasi.store Pembayaran melalui : 1. PayPal 2. OVO 3. DANA 4.Bank Mandiri More info : 081280580215 (MinBe) 085797559818 (Author) _________________________________________ Tragis me...