Cemburu pada seseorang yang tidak memiliki hubungan. Terdengar aneh, bukan? Tapi itulah faktanya.
Setelah kejadian kemarin berlalu, kini hati Ajeng terasa sangat lega. Tak ada rasa benci lagi diantara mereka bertiga. Yah, memang. Jika ingin memperbaiki hubungan, kuncinya harus dengan berkomunikasi. Bukan saling mendiamkan dan terus bergerombol dengan ego masing-masing.
“Makasih ya udah bikin Dara dan Mayhara baikan.”
“Eh, enggak, kok. Mereka baikan karena keinginannya.” Ajeng menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan menanggapi ucapan Joy.
Ya, sekarang Ajeng tengah duduk berhadapan dengan kakak kelasnya. Padahal beberapa waktu lalu dirinya enggan sekali bertemu pria dihadapannya itu.
“Intinya gue sangat berterima kasih,” ucapnya kembali tersenyum.
“Kok, kakak yang berterima kasih?”
“Gak usah kakak, deh. Lo aja biar gak canggung. Waktu itu juga lo ngomong gitu 'kan ke gue?" Goda Joy mengingatkan Ajeng mengenai kejadian yang sudah berlalu.
“Hehe, iya. Kenapa lo yang berterima kasih?” tanya Ajeng lagi.
“Pengen aja,” jawabnya santai sambil meminum minuman pesanannya.
“Eh btw gimana hubungan lo sama Andre?” Tiba-tiba Joy mengubah arah pembicaraan.
Ajeng hanya terdiam tak menanggapi pertanyaan tersebut.
“Em, kayaknya gue duluan aja, ya” Ajeng berucap dengan bokong yang sudah terangkat dari tempat duduknya.
“Buru-buru soalnya, babay!” lanjutnya melenggang pergi meninggalkan kantin yang sudah hampir sepi.
Ketika Ajeng hendak memasuki ruang kelasnya, tiba-tiba seseorang menghalangi jalan dengan tubuh jangkungnya itu.
“Kak Andre?”
“Ngomong apa aja tadi?” tanya Andrean dengan raut wajah yang sangat datar.
“Ngomong sama siapa?” tanya Ajeng balik dengan wajah bingung. Tentu saja, seharian ini ia tidak hanya berbicara dengan satu orang. Bagaimana Ajeng bisa menentukan siapa orang yang Andrean ini tanyakan?
“Joy,” ucap Andrean membuang muka.
“Oh, kak Joy. Tadi sih dia bilang makasih karena aku udah bikin kak Dara dan kak May baikan. Padahal kan mereka baikan tuh karena keinginannya. Aneh 'kan, kak?” Ajeng bercerita panjang lebar kepada lawan bicaranya.
“Oh.” Hanya dua huruf itu yang Andrean keluarkan sebagai tanggapan untuk lontaran Ajeng barusan. Benar-benar pria paling menyebalkan.
“Dah, lah. Tau gini gak bakalan deh aku jawab panjang-panjang.” Ajeng berucap dengan kaki yang melangkah melewati tubuh jangkung milik Andrean.
Tak seperti apa yang Ajeng harapkan, Andrean juga melangkah pergi meninggalkannya yang kini malah berdiri mematung. Padahal Ajeng pikir Andrean akan menahannya dan kembali mengajaknya berbicara.
****
“Kak Andre!” teriak Ajeng memanggil sesosok manusia yang tengah berjalan santai menuju parkiran.
“Apa?” Andrean berbalik dengan tangan yang masih berada dalam saku celananya.
“Anterin, boleh?” Ajeng berucap dengan tersenyum kikuk.
“Minta Joy aja sana,” jawab Andrean acuh. Ia kembali memutar tubuhnya dan berjalan melangkah ke depan.
“Tapi kan kak Joy takut gak bis-”
“Ada apa?” tanya pria bernama Joy memotong ucapan Ajeng yang sedikit lagi akan selesai.
“Eh, kak Joy,” kaget Ajeng ketika membalikkan tubuhnya. Sekarang sosok Joy sudah berdiri tegap dihadapannya.
“Em, itu. Boleh anterin pulang gak?” Ajeng kembali berucap dengan senyum manisnya. Semoga aja kak Joy mau, dia adalah penyelamat terakhir sekarang_pikirannya terus saja berkecamuk.
Hari ini ia tidak bisa menaiki angkutan umum lagi. Dikarenakan uang untuk ongkos yang Ajeng punya entah hilang kemana. Udah gitu disaat seperti ini Nova malah absen tidak sekolah. Benar-benar nasib buruk.
“Oh boleh,” putus Joy kemudian. Ia berniat mengajak Ajeng menuju motor kesayangannya.
“Dia pulang bareng gue!” Andrean menghadang jalan mereka. Tangannya dengan cepat menarik Ajeng agar tidak berdampingan dengan temannya itu.
“Loh? Tadi 'kan kakak bilang gak mau.”
“Diem,” ucap Andrean menanggapi protestan Ajeng.
Joy hanya terkekeh melihat reaksi Andrean. Apa dia cemburu? Yang benar saja_itulah suara hati seorang pria tampan seperti Joy.
“Ya udah, gue pulang duluan ya. Bay!” Joy melangkah mendahului kedua insan tersebut dengan melambaikan tangan kanannya.
“Kakak beneran mau nganterin aku, 'kan? Gak bakalan ninggalin di sini?” tanya Ajeng memicingkan kedua matanya. Entah mengapa ia sangat curiga dengan tingkah pria yang satu ini.
“Kalo lo berisik ya gue tinggal.” Andrean berbalik dengan tangan yang sudah terlepas.
“Yah, kalo gitu ngapain tadi ngajak. Tau gini mah pulang sama kak Joy aja, deh.” Ajeng berucap dengan kaki yang terus melangkah mengikuti Andrean dari belakang.
“Jadi lo mau pulang bareng dia? Lo gak mau pulang bareng gue?” Andrean kembali berbalik dengan tatapan mata tajam.
“Ya gak gitu juga, sih.” Ajeng menggaruk tengkuknya sendiri. Entah mengapa bulu kuduknya terasa meremang sekarang.
“Ya udah, kejar lagi aja sana.” Tatapan mata Andrean berubah menjadi sangat dingin. Benar-benar menakutkan.
“Kakak kenapa, sih? Marah-marah terus tau gak.” Ajeng malah refleks berteriak di situasi seperti ini.
“Gue cemburu,” Andrean berucap lirih.
“Ce..cem..cemburu?” Yap, Ajeng sangat-sangat tercengang dengan lontaran kata tersebut.
Hanya dengan dua kata itu, kedua sejoli yang beberapa saat lalu berdebat kini terdiam dalam pikiran masing-masing. Meresapi apa yang sebenarnya terjadi, itulah yang mereka lakukan.
______________________________________
Masya Allah, Andrean jujur banget sih😪
Mulai posesif ya wkwk:v
.
.
.Ditunggu saran dan kritikannya juga ya;)
Vote and coment nya di tunggu terus ya❣️
.
.
.
.Good bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragis [TERBIT]
Teen FictionPre-order [25 Februari - 30 Maret 2022] Bisa beli di Shopee : cmgbekasi.store Pembayaran melalui : 1. PayPal 2. OVO 3. DANA 4.Bank Mandiri More info : 081280580215 (MinBe) 085797559818 (Author) _________________________________________ Tragis me...