Saat rindu membelenggu ada rasa sayang yang bersarang.
Derunya udara pagi dan semilir angin pantai membuat Ajeng terlena dengan segala kenikmatan ini.
Ia berdiri mematung diatas pasir putih tanpa alas apapun. “Pantai Ujung Genteng,” gumamnya mengingat nama pantai yang sekarang tengah ia nikmati keindahannya.
“Dua ratus lima koma lima kilometer yang tidak sia-sia,” ucap Ajeng lagi setelah mencari tau berapa jarak pantai ini dari kota tempat lahirnya.
Air laut yang jernih dan bersih itu terus menyapa untuk ia nikmati kesegarannya.
“Aku sudah tidak tahan lagi dengan keindahan ini!” Ajeng berlari mendekati air yang sedari tadi terus menghampirinya. Ia berjalan senang dengan kaki yang terus merasakan kesejukan dari air asin tersebut.
“Cielah, gak ngajak-ngajak senengnya!” Vania dengan cepat mengikuti aktivitas yang sedang dilakukan oleh Ajeng. Kedua temannya pun tak mau kalah dan bergegas menghampiri dengan kaki yang sama-sama telanjang bulat.
Jam 06.13 telah berubah menjadi 10.22. Ternyata tanpa terasa mereka sudah menikmati keindahan pantai tersebut selama beberapa jam.
“Huuu kakiku terasa kaku,” ucap Ajeng segera pergi menuju pasir yang kering.
“Makan yang anget-anget dulu yuk, entar main lagi.” Jane menggiring teman-temannya yang seolah tidak ingin mengalihkan perhatian mereka dari sang pantai.
Pop mie andalan sejuta umat telah terseduh dihadapan mereka dengan empat botol minuman disampingnya.
Uap yang mengepul pun memberikan rasa hangat tersendiri untuk sang penikmat. “Haaa benar-benar pengalaman yang sangat mengagumkan,” batin Ajeng bersuara senang.
“Eh bukannya itu kak Joy sama teman-temannya ya?” Vania menunjuk beberapa orang yang sedang berjalan mendekati pinggiran pantai.
Ajeng yang tertarik dengan ucapan Vania pun lantas mengalihkan pandangannya untuk mencari sosok pria yang dari semalam menghantui pikirannya.
“Gak ada?” Ajeng bertanya pada dirinya sendiri.
“Kok, bisa?”
“Kok bisa?” Jane mengucapkan kembali apa yang baru saja Ajeng gumamkan.
“Ah ini, mie nya. Mie nya kok bisa seenak ini ya.” Ajeng berucap cepat dengan mulut yang mulai kembali menyantap.
“Apalagi sambil liat cogan. Iya gak, Jane?” Vania tersenyum penuh arti pada sahabatnya, Jane.
“Yoi,” balas Jane tak kalah sumringahnya.
“Eh tapi kok kita bisa kebetulan gini ya ketemu mereka.” Vania kembali bersuara setelah puas menatap para pria tampan yang memiliki almamater sama dengan dirinya itu.
“Lebih tepatnya udah direncanain kali!” sembur Nova yang membuat mata Ajeng dan Vania menatap ke arahnya.
“Lah napa natap gue? Tuh dia biang keroknya!” Tunjuknya pada seorang gadis yang tengah cengengesan.
“Em, Jane Aressya emang paling the best!” respon Vania senang sambil memeluk Jane paksa.
“Gue kira responnya gak bakalan gitu, asli deh penggila cogannya.” Nova hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragis [TERBIT]
Fiksi RemajaPre-order [25 Februari - 30 Maret 2022] Bisa beli di Shopee : cmgbekasi.store Pembayaran melalui : 1. PayPal 2. OVO 3. DANA 4.Bank Mandiri More info : 081280580215 (MinBe) 085797559818 (Author) _________________________________________ Tragis me...