Masalah akan selalu datang meski tanpa undangan sekalipun.
"Gimana kabar sepatu yang gue kasih, masih bisa diajak berlari dan berjuang 'kan?"
Kalimat itu terus saja terngiang dalam pikirannya. Sudah dua belas menit ia lalui dengan senyuman yang sangat tidak jelas. Perkataan Andrean tadi siang membuatnya mabuk kepayang. So sweet_itulah kata pertama yang diucapkannya dalam hati.
"Huuu hatimu ke batu kerikil, keras tapi nyaman untuk digenggam. Aseeek!" jerit Ajeng meronta-ronta dengan ucapannya sendiri.
"Ya Allah, hati hamba-Mu ini gak kuat." Lagi-lagi Ajeng berteriak dengan tangan yang terus memukul-mukul ranjang yang sedari tadi menjadi tempat persinggahannya.
Kring!!
Ponselnya berbunyi menandakan datangnya pesan baru. Dengan senyum yang masih melekat, ia menggerakkan ibu jarinya membentuk suatu pola.
+62 815-****-****
Gue jemput, siap-siap!Ajeng Putri
Siapa ya?Dua kata itulah yang ia kirimkan sebagai balasan untuk pesan misterius itu. Ya bagaimana Ajeng bisa tau coba, orang foto profilnya aja kosong melompong ke hati.
+62 815-****-****
Gebetan lo!Ajeng Putri
Kak Andre?+62 815-****-****
Emang lo punya berapa gebetan, sih?"Huwa ini beneran kak Andre."
"Dari mana dia punya no aku ya?" tanyanya bingung sendiri. Karena pada kenyataannya mereka tidak pernah bertukar nomor telepon. Aneh sih, jika melihat hubungan mereka yang cukup akrab. Tapi itulah yang terjadi. Tidak ada yang meminta duluan.
"Eh, tunggu. Kok berasa kenal, ya?" Ajeng kembali berucap setelah meneliti nomor telepon milik Andrean itu. Ia memeriksa riwayat panggilan terdahulu untuk memastikan firasatnya.
"Aku yakin, kok," gumamnya pelan.
Tangannya sibuk mengotak atik benda pipih dengan mata yang terus menelusuri seluruh penjuru layar yang menyala itu.
"Berarti yang waktu itu aku caci maki orang sinting tuh kak Andrean? Huwa aku bloon nya kok alami banget, ya?" Ajeng terus saja merutuki kebodohannya dimasa lalu.
"Bego," umpatnya lagi dan lagi.
****
"Kak Andre!" Ajeng berucap dengan langkah kaki yang terus mendekat kearahnya. Senyuman terus mengembang dikedua pipinya, sangat cantik.
"Naik!" Andrean menginterupsi dengan dagunya yang terangkat.
"Tidak mau berterima kasih soal cinta yang ku berikan cuma-cuma untukmu?" Tiba-tiba Ajeng berucap untuk menghilangkan kesunyian.
"Emang gue pernah bilang mau?" tanya Andrean balik.
"Ya enggak, sih. Tapi kan-"
"Makasih, gitu?"
"Huuu gak ikhlas amat!" seru Ajeng menggerutu.
"Seharusnya lo bersyukur udah gue anggap ada. Coba kalo lo gue abaikan, tetep aja 'kan perjuangan lo bakal sia-sia?"
"Huft dasar! Gak salah deh aku samain kek batu kerikil." Sepanjang jalan hanya terdengar dumelan yang lagi-lagi dilontarkan oleh Ajeng. Ia benar-benar sangat kesal sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragis [TERBIT]
Fiksi RemajaPre-order [25 Februari - 30 Maret 2022] Bisa beli di Shopee : cmgbekasi.store Pembayaran melalui : 1. PayPal 2. OVO 3. DANA 4.Bank Mandiri More info : 081280580215 (MinBe) 085797559818 (Author) _________________________________________ Tragis me...