Rumor Tak Sedap

77 13 2
                                    

Terkadang rumor terdengar lebih nyata daripada fakta yang ada.

“Wah ada cabe tuh,” ujar Nesya kepada teman-temannya saat melihat Ajeng berjalan melewatinya.

Ajeng tercengang dengan ucapan seniornya itu. Tak ingin menggubris semuanya, ia pun berjalan dengan cepat.

“Eh, cabe!” Halang Nesya dengan kedua tangannya.

“Baru masuk sini udah jadi cabe? murah banget ya!” sinisnya menyentuh ujung rambut Ajeng dan tersenyum miring ke arahnya.

“Udah yuk, ah. Ngapain lama-lama ngobrol sama cabe kek dia,” lontar Nadin, teman satu gang nya.

Mereka bertiga berlalu dengan menyenggol bahu Ajeng sengaja.

Suasana kelas hari ini juga sangat berbeda dari biasanya. Tak ada seorang pun yang menyapanya. Mereka hanya berbisik-bisik tetangga membicarakan suatu hal, lebih tepatnya menggosipkan rumor yang beredar kemarin.

Ajeng terduduk sendiri di kursi miliknya. Ia sendirian dengan dikerumuni oleh berbagai bisikan menyebalkan.

“Hei, ada apa? Kok mereka pada bisik-bisik gitu?” tanya Nova yang baru memasuki ruang kelas.

Ajeng mengangkat bahu pertanda tidak tau. Meski dalam hati ia yakin bahwa temannya itu sedang membicarakan dirinya.

****

Sudah sejak pagi ia terus ditatap horor oleh seluruh siswa yang berpapasan dengannya. Entahlah, Ajeng merasa risih ditatap seperti itu.

Ia tak tau siapa yang menyebarkan gosip tentang dirinya. Padahal semua itu tidaklah benar. Ajeng tak pernah melakukan hal seperti itu. Namun, pada kenyataannya ia tak bisa berbuat apapun. Bahkan membela dirinya pun Ajeng enggan untuk melakukannya.

Meski begitu, Ajeng tetap bersyukur karena teman-temannya masih mempercayai dirinya dan terus berada disampingnya. Mereka terus mengelak semua gosip yang dibicarakan siswa lain di kantin yang mereka tempati ini.

“Eh kalo mau ngomong tuh disaring dulu, bisa?” Jane menggebrak meja kantin yang ia lewati dengan wajah merah. Emosinya sudah sampai puncak karena gosip yang menyebalkan itu.

“Apa? Gak berani ngomong sama gue?” ucapnya lagi dengan tangan mengangkat dagu gadis yang sedari tadi menyebarkan rumor palsu.

Yuzi tak menjawab, ia terus saja mencoba menghindari kontak mata dengan Jane.

“Udah Jane, udah. Gak usah diladeni orang kek dia mah.” Nova berusaha menenangkan Jane yang masih mengangkat dagu Yuzi.

Akhirnya Jane pun ditarik paksa oleh Vania dan Nova agar menjauh dari kerumunan para siswa yang tengah memperhatikan.

“Beraninya kok keroyokan yah!” Nesya berujar dengan diiringi tawa dalam setiap katanya.

Belum juga Ajeng dan temannya pergi dari masalah tadi, sekarang sudah ada masalah baru. Mereka menghela nafas panjang. Tak ada pilihan, Ajeng dan ketiga temannya berbalik menghadap sumber suara.

“Punya wajah cantik aja belagu!” Nadin berjalan mendekat sesuai perintah Nesya.

“Udah ngasih apa aja lo?” bisiknya ditelinga kanan Ajeng.

Ajeng berusaha keras merendam kemarahannya. Ia tak ingin berdebat saat ini.

“Sabar, gak usah diladeni. Mereka gila anggap aja begitu,” ucap Ajeng dalam hati, tak ambil pusing.

Ia pun tersenyum dan menatap Nadin yang kini berada dihadapannya. Ajeng menyentuh bahunya dan mengusapnya pelan sembari tersenyum. Sungguh rasanya Ajeng ingin mencekiknya saja. “Sabar.” Kata itulah yang terus menjadi pengingatnya saat ini.

••••

“Lo, gak pa-pa?" tanya Nova memastikan keadaan Ajeng.

Ajeng hanya menggeleng pasti dan tersenyum kearah Nova. Tak ingin membuat sahabatnya itu terlalu khawatir.

“Udah gak usah didengerin, mereka kan emang gila.” Vania menepuk pundak Ajeng lembut, berusaha untuk memberikan semangat kepadanya.

“Emang kenapa bisa sampe gini, sih?” Jane bertanya tak sabaran hingga mendekatkan tubuhnya kearah Ajeng.

“Aku juga gak tau. Tapi semenjak postingan itu nyebar kemarin sore jadi gitu, deh.”

“Gila emang tuh orang. Bener-bener sinting kali ya!” umpat Jane berteriak emosi.

“Kalo gue sampe tau siapa yang nyebar gosip konyol itu, bakal gue cincang tuh mulut menyebalkannya,” lanjutnya terus saja berteriak.

“Sabar Jane! Kita harus mikirin ini baik-baik, pake kepala dingin. Jangan marah-marah,” Vania memberikan saran terbaiknya.

Memang benar, terkadang orang yang berperilaku seperti anak kecil pun akan bersikap dewasa pada waktunya.

****

Berhari-hari telah berlalu, namun rumor tetap beredar tanpa henti. Ajeng semakin pusing dan kesal karena ia harus menanggung semua kesalahan yang tak pernah diperbuatnya.

Teman-teman sekelasnya pun banyak yang menghindar ketika berpapasan dengannya. Mereka tak mau terseret dan menjadi bahan bully para seniornya.

Ajeng tak bisa menyalahkan teman-temannya. Ia tau mereka pasti tak ingin terlibat dengan masalah konyol seperti ini. Memang siapa yang mau punya banyak masalah, benar kan?

Entah siapa yang menyebarkan gosip ini, Ajeng benar-benar tidak tau. Namun, ia berjanji pada dirinya sendiri akan segera menemukan pelakunya. Secepatnya!

Ajeng sudah bosan terus mendapatkan masalah seperti ini. Ia ingin hidup menjadi siswa biasa dan menjalin hubungan pertemanan dengan siapapun. Namun sepertinya hal itu tidak akan pernah terwujud.

Ah gosip ini sudah merusak nama baiknya.

______________________________________

I'm comeback;)

.
.
.

Happy reading:v

Votenya jangan lupa;)

.
.
.

Tragis [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang