Kebenaran

74 12 3
                                    

Fakta yang tak bisa diungkapkan pada masanya akan tetap terungkap suatu saat.

“Kak Dara gak pa-pa?”

“Ngapain lo sok-sokan baik sama gue.” Dara berucap dengan menghempaskan tangan Ajeng yang berusaha menolongnya.

“Dara!” teriak Mayhara kesal dengan tingkahnya itu.

“Oho, ternyata kalian udah bersatu lagi ya?” Tawa Dara terdengar lepas setelah mengucapkan kalimat tersebut.

“Dara, plis. Gue tau gue udah rebut Diara dari lo. Tapi itu semua gak pernah sesuai sama imajinasi lo,” ujar Mayhara lirih.

“Gak sesuai sama pikiran gue lo bilang?”

“Hello! Gue punya mata dan telinga buat tau segalanya.” Dara berucap dengan nada naik satu oktaf.

“Kenapa lo terus nyalahin gue? Lo juga sama! Lo udah rebut Ajeng dari gue,” balas Mayhara sama-sama berteriak. Ia tak ingin terus disalahkan disaat seperti ini.

Ajeng mengernyit sesaat mendengar namanya disebut dalam pertengkaran kedua kakak kelasnya itu.

“Haha, emang kalian berdua tuh sama-sama salah.”

“Gara-gara lo Diara jauhin gue,” ucapnya menatap tajam kearah Mayhara.

“Dan gara-gara lo-” Tangannya terangkat untuk menunjuk tubuh Ajeng yang ada dihadapannya. Sungguh tatapan matanya itu terlihat menakutkan.

“-Diara mati.” Kali ini Dara berucap lirih. Kepalanya menunduk lesu seperti tidak ada tenaga sama sekali.

Ajeng menegang dengan ucapan Dara barusan. Diara? Siapa dia? Kenapa dia mati gara-gara aku?_pertanyaan seperti itulah yang terus memutar dalam pikirannya saat ini. Tak berani berucap secara langsung. Ajeng masih diam ditempat dengan berbagai pertanyaan dalam dirinya.

“Lo gak tau dia siapa, hm?” Dara bertanya dengan kaki yang melangkah mendekati Ajeng.

“Dia adalah orang yang dengan sukarela memberikan mata indahnya buat cewek yang gak tau terima kasih kayak lo!” Dara membentak Ajeng tepat didepan wajahnya.

“Dara, stop!” Mayhara menarik tangan Dara agar menghadap kearahnya.

“Diara meninggal bukan gara-gara Ajeng,” ucap Mayhara menatap kedua bola mata Dara dengan sangat dalam.

“Itu udah takdirnya. Dia pasti akan bahagia kalo lo juga bahagia. Jadi plis, berhenti kaya gini terus. Kejadian itu udah lama berlalu.” Dara terdiam dengan tubuh melemas. Ia kembali mengingat saat dimana saudara kembarnya itu menghembuskan nafas terakhirnya. Kini air mata yang terus ia tahan pun kembali lolos dengan isak tangis yang mengiringinya.

Ajeng tetap terdiam melihat interaksi keduanya. Ia bingung harus melakukan apa. Sekarang ia tau bahwa malaikat kecil yang memberikan kedua mata cantik itu bernama Diara.

“Diara,” gumamnya lagi dengan tangan yang terus menyentuh kedua matanya yang tertutup rapat.

****

Diara Apriana, saudara kembar dari Dara Apriani. Dia adalah gadis kecil yang memberikan indra penglihatannya untuk Ajeng. Ya kalian benar, Ajeng terlahir dengan kedua mata yang tidak bisa melihat. Semuanya terasa gelap sebelum ia mendapatkan sebuah anugrah. Bidadari kecil yang datang untuk menjadi penyelamatnya. Ajeng merasa bersyukur dengan nikmat Tuhan bahwasanya dengan mata ini ia bisa melihat apa yang seharusnya terlihat.

Tragis [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang