Salahkah aku yang kini mulai mencari tau perihal kehidupanmu yang pada dasarnya tak memiliki hubungan apapun denganku?
Sejak melihat postingan kemarin, Ajeng terus gelisah. Bahkan ia tak bisa fokus saat guru menjelaskan dengan sangat detail materi yang disampaikan. Pengetahuan yang sangat berharga itu hanya masuk dari telinga kiri kemudian keluar dari telinga kanan.
Pandangan Ajeng memang menatap ke depan, namun pikirannya berkeliaran entah kemana.
"Lo kenapa, sih?" tanya Nova sedikit berbisik.
"Gak pa-pa, kok," jawabnya cepat, kemudian keadaan kembali hening diiringi dengan suara tegas bu Frida yang sedang menjelaskan rumus-rumus yang sulit dimengerti.
Ajeng berusaha mengumpulkan pikirannya yang berkeliaran untuk kembali fokus pada pembelajaran. Ia tak mau jika nilainya turun hanya karena bengong dikelas seperti ini.
••••
Setelah panjang lebar menjelaskan akhirnya semua siswa mengangguk paham. Entah itu beneran mengerti atau cuma mengangguk-anggukkan saja biar cepat selesai.
Bu Frida pun melirik jam tangan yang bertengger manis ditangan kirinya dan segera mengakhiri pembelajaran.
"Waktunya sudah habis. Jadi ibu akhiri sampai di sini, jangan lupa, minggu depan kita latihan soal ya," ucapnya sambil berlalu meninggalkan kelas.
"Lah, masa iya sih? Baru aja masuk udah ulangan aja!" sahut pria di barisan paling ujung dengan nada memelas.
"Iya, nih. Gak kasihan apa sama kita, baru aja kenal udah nyuruh ulangan."
"Udah gitu pelajaran fisika lagi, horor banget gak sih?"
"Bener, tuh. Untung bu Frida nya cantik," sahut Dava yang dihujani sorakan dari seluruh penghuni kelas.
"Lo mah gitu, giliran cantik dikit aja bilangnya untung!" balas Clara disambut anggukan oleh siswa lainnya.
"Maklum, si Dava kan playboy cap bango!" Kini Amanda yang memberikan komentar.
Entah apa yang lucu, mereka semua tertawa dengan ucapan Amanda barusan. Meski garing dan gak jelas pun tetep saja bahagia. Namanya juga sama teman.
****
Setelah sampai di kantin, ternyata Jane dan Vania sudah menunggu dimeja biasanya dan memesankan makanan serta minuman untuk mereka berempat.
Awalnya suasana hening, namun kali ini Ajeng berhasil memecahkannya dengan sebuah pertanyaan.
"Kemarin ada yang liat postingan kak Andrean gak?" tanyanya sedikit santai. Ajeng tak mau teman-tamannya sampai tau kalo ia menyukai Andrean. Sementara itu, Ajeng berhasil pura-pura bersikap sewajarnya.
"Kak Andrean yang anaknya dingin itu?" Vania malah bertanya balik.
"Iya," jawab Ajeng singkat.
Sepertinya teman-temannya sedang berpikir ke masa lalu, eh maksudnya kemarin sore.
"Postingan yang mana sih? bingung gue!" Jane sudah pusing mengingat-ingat sesuatu yang bahkan ia tak ingat. Jane memang tipe orang yang sedikit pelupa.
"Itu loh, yang sama cewek!" Ajeng kembali menjelaskan.
"Oh, postingan itu. Gue kira apaan," jawab Jane santai. Hal itu membuat Ajeng terheran-heran akan sikap temannya yang satu ini.
"Pacarnya?" tanya Ajeng lagi membuat teman-temannya melirik kearahnya sambil tertawa.
"Yaelah, mana ada cowok dingin ke dia pacaran! Jangankan pacar, deket sama cewek aja dia mah anti banget," jawab Vania dibalas kekehan Nova dan Jane.
"Terus itu ceweknya siapa?" tanya Ajeng polos.
"Lo kemana aja sih, masa gak tau! Dia itu kak Dara Apriani, sepupunya kak Andrean," jelas Jane sambil menyeruput es tehnya.
Setelah mendengar penjelasan dari temannya itu, Ajeng tersenyum lega. Ternyata dugaannya salah. Dia sudah berpikiran buruk dari kemarin sore.
"Kenapa emangnya?" tanya Jane menyadarkan Ajeng dari lamunannya.
"Ah gapapa sih, keliatan cocok aja gitu," jawab Ajeng beralibi agar tidak ketahuan.
Ucapannya barusan hanya dibalas anggukan singkat oleh teman-temannya.
"Eh tunggu, bukannya itu Mayhara ya?" ucap Vania sambil menunjuk seseorang yang tengah memasuki pintu kantin.
Ketiga sahabatnya itu mengikuti arah telunjuk Vania agar bisa melihat objek yang sedang ditunjuknya.
"Ah iya, itu Mayhara! Tumben ya dia gak pernah gangguin lo lagi," sambung Nova yang sedari tadi hanya terdiam.
"Emang bener lo pernah temenan sama mak lampir kaya dia?" tanya Jane menatap kedua mata Ajeng serius.
"Aku juga gak tau dia temen masa kecilku atau bukan," jawab Ajeng setengah tak peduli.
"Lo ngomongnya aku-kamu ya?" tanya Vania seperti baru sadar dari mimpi.
"Iya, padahal lo pake lo-gue waktu ngomong sama Mayhara," lanjut Jane menegaskan.
"Aku cuma ngomong aku-kamu nya sama orang terdekat aja," jawab Ajeng seadanya.
Mereka hanya membulatkan mulutnya sambil ber oh ria.
****
Saat semua siswa sedang sibuk berkutat dengan buku catatannya tiba-tiba petir menggelegar. Membuat jantung melonjak kaget.
Petir yang terus bersahutan tak henti-hentinya mengejutkan semua siswa termasuk kelas sepuluh IPA tiga, kelasnya Ajeng.
Ternyata pagi hari yang cerah kini berganti menjadi siang yang mendung. Entah bagaimana perubahan cuaca kali ini sangat tak menentu.
Suhu dingin menyeruak masuk kedalam tubuh setiap insan. Terlebih keadaan yang sangat dingin ini didukung oleh tidak adanya guru yang mengajar. Membuat semua siswa kelas sepuluh IPA tiga berniat tidur atau hanya menghangatkan tangan dengan menggosok-gosokkan nya.
Ajeng juga mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya itu.
Ia menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangan yang berada diatas meja. Lelah rasanya.
Saat semua tengah sibuk dengan kegiatan masing masing.
Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan seseorang diambang pintu yang sudah terbuka lebar.
______________________________________
Kira kira siapa ya??
__________
Jangan lupa vote nya
Thank you readers
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragis [TERBIT]
TienerfictiePre-order [25 Februari - 30 Maret 2022] Bisa beli di Shopee : cmgbekasi.store Pembayaran melalui : 1. PayPal 2. OVO 3. DANA 4.Bank Mandiri More info : 081280580215 (MinBe) 085797559818 (Author) _________________________________________ Tragis me...