Masa lalu memang tidak bisa kembali, namun memaafkan adalah alternatif untuk memulai hidup baru.
“Papa,” ujar Ajeng meneteskan air matanya. Tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Ia masih berdiri ditempat dan menatap ayahnya serta wanita disampingnya.
“Bukan mak lampir yang biasanya?” batin Ajeng berbicara. Ia terus menatap kearah wanita tersebut dan mengangkat satu alisnya seolah berkata, “Siapa?”
“Ah ini tante Tamara, beri salam!” perintah Prasetya kepada putrinya.
Ajeng menuruti perintah ayahnya dan tersenyum ke arah Tamara. “Halo tante,” ujarnya sambil merunduk sopan.
“Gadis baik.” Tamara berucap lembut hingga membuat Ajeng terkejut. Pasalnya dia terlihat baik, sangat berbeda jauh dengan istri ayahnya, ibu sambung dirinya sendiri.
“Apa-apaan situasi canggung ini,” batinnya berteriak.
••••
Kini Ajeng duduk dihadapan ayahnya serta Tamara. Mereka hanya terdiam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Papa mau minta maaf.”
“Soal apa?” tanya Ajeng melihat kearah ayahnya.
“Papa udah urus perceraian dengan mama Dinda, papa mau kita memulai hidup baru lagi. Papa gak mau ngorbanin kamu terus.” Perkataan tulus ayahnya membuat Ajeng termenung sesaat. Tak tau harus merespon apa saat ini.
Ia melirik Tamara yang kini berpindah tempat duduk disampingnya.
“Tante juga minta maaf ya,” ujar wanita tersebut.
“Tante janji bakal jagain kamu, kok. Kita tinggal bersama ya,” sambungnya sambil mengelus lembut puncak kepala Ajeng.
Ajeng tersenyum mendapat perlakuan seperti itu. Ini pertama kalinya ia diperlakukan dengan lembut oleh seseorang, Ajeng sangat tersentuh saat ini.
“Papa boleh minta izin buat nikah sama tante Tamara?” ucap Prasetya mengalihkan perhatian putri dihadapannya itu.
Ajeng terdiam sejenak memikirkan semuanya. Tak lama, Ajeng kembali tersenyum dan mengangguk. Ia juga ingin memulai hidup baru. Ajeng ingin tinggal bersama ayahnya dan mempunyai seorang ibu yang dapat menyayanginya.
“Aku mau jadi anaknya tante Tamara,” ucapnya seakan lupa dengan semua kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu akibat ibunya Dinda.
****
Kini Ajeng sudah berada di rumah ayahnya. Rumah yang penuh kebencian menurutnya. Tapi itu dulu, sekarang ia sudah membuang jauh-jauh pikiran tersebut. Berharap ini adalah pilihan yang terbaik untuknya juga keluarganya.
Dilihat dari cara Tamara memperlakukannya dengan sangat tulus membuat Ajeng tersenyum lega. Ia berharap seterusnya pun akan seperti ini.
••••
Sudah berhari-hari Ajeng tinggal di rumah ini berdua dengan ayahnya. Sangat menyenangkan. Karena sekarang ayahnya sudah kembali, ayah yang lembut terhadap dirinya.
“Padahal udah siang.” Ajeng menunggu kehadiran Tamara, calon ibunya.
Ia sangat menyayangi Tamara.
Sebab calon ibunya itu sangat baik dan menyayanginya dengan tulus, tanpa paksaan.Ajeng yakin pasti ini yang terbaik untuknya serta keluarga barunya.
****
Hari yang dinantikan pun tiba. Hari dimana ayahnya akan bercerai dengan mama tirinya.
Sebenarnya dari awal ia memang tidak pernah merestui hubungan keduanya. Ditambah dengan sikap mama tirinya yang sangat kasar membuat Ajeng enggan untuk tinggal dirumahnya sendiri.
Berada didekat ayahnya membuat Ajeng merasa senang, ia jadi teringat masa kecilnya.
Ajeng dengan senang hati mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh ayahnya. Karena peristiwa ini sangat langka dalam hidupnya. Ayahnya sangat sibuk, bahkan tak bisa menengoknya sekalipun. Maka dari itu sekarang Ajeng menikmati kebersamaannya dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.
“Bukan masa kecil juga, sih. Waktu kelas empat SD lebih tepatnya,” gumamnya dengan tawa yang terdengar sedikit keras.
Memang saat pertama kali masuk sekolah dasar Ajeng tidak tinggal dengan ayahnya, melainkan dengan kakek neneknya. Karena saat itu ayahnya tinggal diluar kota untuk bekerja.
Setelah memasuki kelas empat SD, Ajeng pun memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya dan berpindah rumah. Ia menjalani hari-harinya dengan bahagia. Sangat menyenangkan kehidupannya dahulu.
Namun, semuanya berubah saat ia menginjak usia tiga belas tahun.
Ayahnya memutuskan untuk menikah kembali dengan wanita yang sama sekali tidak Ajeng kenali.
Setelah pernikahan berlangsung merekapun tinggal satu atap dan menjalankan aktivitas di rumah yang sama. Namun lama-kelamaan Ajeng sudah tidak kuat dengan sikap ibunya terhadap dirinya. Ia meminta izin kepada ayahnya untuk tinggal sendirian dengan alibi ingin hidup mandiri.
Dan itulah kisah yang selama ini ia sembunyikan. Ajeng tak ingin dikasihani oleh orang lain, ingat itu.
“Mau makan dulu gak?” Lamunan Ajeng seketika buyar saat ayahnya berbicara dengan nada yang lembut namun terdengar tegas.
Ajeng hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.
Mobil yang sedari tadi melaju, kini telah berhenti didepan sebuah restoran. Pintu mobil pun terbuka dan kembali tertutup dengan sang pemilik yang kini sudah beranjak turun.
Ajeng berjalan beriringan bersama ayahnya menuju pintu masuk yang didalamnya terlihat sangat ramai.
Drrrt...drrrt...
Bunyi ponsel Ajeng memecah keheningan saat keduanya tengah menyantap makanan dihadapannya.
Tangan Ajeng beralih meraih ponselnya dan menekan ikon hijau setelah meminta izin kepada ayahnya.
“Halo?” Suara dari sebrang telepon.
“Iya, kenapa Nov?”
“Gila, lo dimana? Sekarang kita-kita ke rumah lo ya. Ini penting banget sumpah!” sahut Jane berteriak keras.
“Ada apa em-”
“-Lah, bukannya kalian masih di sekolah ya?” lanjut Ajeng setelah melihat jam ditangan kanannya yang menunjukkan pukul satu lebih tiga belas menit.
“Udahlah, pokoknya kita ke sana sekarang!” balas Jane penuh penekanan dan langsung memutus panggilan sepihak.
______________________________________
Hallo^^
.
.
.
.
.
.
.Ditunggu di part selanjutnya
Tinggalkan jejak mu dibawah
👇🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/220539577-288-k101016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragis [TERBIT]
Genç KurguPre-order [25 Februari - 30 Maret 2022] Bisa beli di Shopee : cmgbekasi.store Pembayaran melalui : 1. PayPal 2. OVO 3. DANA 4.Bank Mandiri More info : 081280580215 (MinBe) 085797559818 (Author) _________________________________________ Tragis me...