1/1-23

1.7K 281 5
                                    

Jam berdenting menunjukkan pukul sembilan lewat duapuluh menit pagi. Renjun memaku dirinya diparkiran sekolah, menunggu sosok Harvey yang tak kunjung datang meski sudah lewat limabelas menit dari jam yang sudah ditentukan.

Parkiran sekolah hari ini sepi, tentu karena hampir seluruh siswanya tengah berada dilapangan sana menyaksikan pertunjukan di panggung spektakuler yang sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari. Beruntung, Renjun bisa menghindar dari acara hari ini dengan alasan demam. Dan hal itu bukan sekedar alasan saja. Tubuh Renjun benar-benar ada diatas suhu normal.

Harusnya, Ia ada di UKS sekarang, berbaring mengistirahatkan diri seraya berharap demamnya cepat turun. Tapi hal itu tidak Renjun lakukan. Ia lebih memilih untuk melanjutkan rencananya dengan Harvey yang sudah disusun beberapa hari lalu.

Salah jika kalian menganggap Harvey dan Renjun akan berpura-pura pacaran demi menghindari acara confess hari ini. Sudah dibilang Renjun dan Harvey hanya teman, dan tak ada drama seperti itu dalam kehidupan pertemanan mereka. Rencananya, keduanya akan minggat dari sekolah hari ini.

Sakit saja rasanya tak cukup untuk menghindar dari acara confess, jadi Renjun pikir lebih baik jika ia menghilang saja dari sekolah sebelum acara mengerikan itu dimulai.

Renjun mencebik kesal ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tigapuluh menit. Mau selama apa lagi Renjun menunggu Harvey? Dihubungi pun tidak bisa. Tega-teganya ia menyuruh Renjun menunggu lama diparkiran yang sepi dan suram seperti ini. Mengerikan.

"Hey, Renjun..."

"Sorry, aku tadi harus gantiin Sunghoon buat tarik tambang. Dia lagi sakit soalnya. Maaf jadi nunggu lama."

Renjun tersenyum kecil. Marah pun tak ada gunanya. Yang penting Harvey sudah ada dihadapannya saat ini.

"Kamu katanya sakit?"

Renjun mengangguk. Ia menyenderkan kepalanya pada lengan Harvey. Pusing.

"Minggat ke rumah aku aja, ya? Biar aku bisa sekalian istirahat."

Harvey sempat mengecek suhu tubuh Renjun dengan punggung tangannya dan langsung mengernyitkan dahinya saat mendapati suhu badan Renjun yang sepertinya demam parah. "Badan kamu panas banget. Ke dokter dulu, ya?"

Renjun menggeleng dan semakin mendekatkan tubuhnya pada Harvey. Rasanya sudah lemas parah, jaga-jaga saja jika ia limbung, sudah ada Harvey yang siap menangkapnya.

"Ayo langsung minggat aja, Vy~" ucapnya.

"Iya tap—"

"Bagus. Mau kabur dari sekolah, ya?"

Baik Renjun maupun Harvey terkejut Ketika Pak Jeno menginterupsi. Renjun langsung menjauhkan badannya dari Harvey, bisa-bisa Pak Jeno akan semakin salah paham melihat kedekatan nya dengan pemuda blasteran tersebut.

"Menjadikan sakit sebagai alasan untuk menghindar dari tugas dan bisa mesra-mesraan diparkiran kayak gini?" Pak Jeno menatap tajam pada Renjun. yang ditatap menunduk dalam, tak tahu harus menjelaskan bagaimana. Pak Jeno sepertinya tidak akan paham situasi nya.

"Pak, saya bisa jelas—"

"Jelaskan diruang BK." Kata Pak Jeno mutlak, memotong ucapan Harvey yang mencoba untuk memberi penjelasan.

Guru sosiologi itupun langsung bergegas. Renjun tahu, Pak Jeno sangat kesal sekarang, terlihat dari derap langkahnya yang tak sabaran. Pak Jeno adalah orang yang disiplin. Melihat Renjun yang seperti ini, tentu membuatnya marah besar, ditambah dengan kesalahpahaman antara hubungannya dengan Harvey. Sepertinya, Renjun harus berbicara empat mata pada Pak Jeno nanti, biarpun itu bukanlah perkara mudah.

1 of 1 ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang