1/1-32

2.4K 329 58
                                    

Jeno duduk digazebo sambil menatap Renjun yang tengah membeli sesuatu di tenda biru tak jauh dari tempatnya duduk. Ia menatap Renjun seolah-olah Renjun akan hilang ditengah keramaian jika ia tak memperhatikannya baik-baik.

"Beli apa?" tanyanya saat Renjun kembali membawa dua mangkok makanan yang Jeno tak tahu itu apa.

"Timlo. Mas udah pernah mam ini belum?" Jeno sontak menggeleng.

"Cobain deh, enak tau apalagi hawanya lagi dingin gini. Harus maem yang anget-anget"

"Rasanya agak mirip soto" tuturnya sesaat setelah menyeruput kuah timlo tersebut.

"Enak kan?" Jeno mengangguk setuju.

"Agak susah cari timlo dipusat kotanya, beruntung nemu timlo disini"

"Renjun suka ini?"

Kali ini giliran Renjun yang mengangguk. "Dulu pas masih dikampung, setiap malming selalu jalan-jalan sama bapak dan beli ini"

Jeno mengangkat alisnya seraya ber-oh ria seolah kagum. Baru pernah dengar ada pasangan bapak-anak yang pergi 'malmingan'. "Jadi inget bapak, beliau udah makan belum?"

"Udah, kok! Siang tadi Renjun udah masakin bapak sayur lodeh terus udah diangetin juga sebelum berangkat kesini" tuturnya.

"Nanti pulang kira-kira bawain apa ya buat bapak?" tanya Jeno. Renjun menimbang-nimbang perihal jawaban yang akan ia berikan, merasa bingung juga harus membawa apa sebagai buah tangan.

"Kayaknya engga usah. Kan kita pulang agak malem dan bapak jarang makan jam segitu. Takutnya malah buang-buang makanan nanti"

"Gitu? Yaudah. Habis ini mau ngapain lagi? Udah jam delapan" ujar Jeno kemudian memasukan suapan timlo terakhir ke mulutnya.

"Mau disini dulu boleh? Udah nggak pengin kemana-mana lagi" sahutnya yang kembali disetujui oleh Jeno.

***

Masih digazebo, Renjun dan Jeno duduk bersebelahan sembari menyenderkan punggung mereka ke salah satu sisi gazebo. Pemandangan malam ini terasa menyejukkan mata. Banyak orang yang lalu-lalang bersama pasangan atau sahabatnya dikawasan wisata ini. Hiasan lampu-lampu disekitar gazebo pun membuat Renjun betah berlama-lama disana.

"Kenapa? Dingin ya?" cetus Jeno disela-sela keheningan. Selama waktu yang ia lewati bersama Renjun hari ini, tiap menitnya tak selalu diisi dengan gurauan atau sekedar obrolan ringan. Ada juga masa hening seperti ini, dimana Renjun sibuk menatap lampion didepan sana, juga Jeno yang sibuk mengagumi paras ayu Renjun dari samping.

"Lumayan" sahutnya. Semakin malam, suhu udara disini memang semakin dingin. Beruntung Renjun memakai cardigan, lumayan untuk sedikit menghalau suhu dingin yang mengelilinginya.

"Tunggu disini"

"Mas mau kemana?" tanya Renjun saat melihat Jeno turun dari gazebo. Bibirnya itu mengerucut saat Jeno acuh pada pertanyaannya.

Tak menunggu lama, Jeno kembali menghampiri Renjun dengan sebuah hoodie yang menggantung dipergelangan lengannya.

"Pake biar anget"

Renjun tersenyum dan menerima uluran hoodie tersebut. Cardigan memang tak cukup untuk menghalau suhu dingin malam ini. Baru sebelah lengan ia masukkan kedalam hoodie, kemudian tersadar bahwa Jeno hanya memakai kemeja. Bukankah Jeno jauh lebih membutuhkan hoodie ini daripada dirinya?

"Mas aja yang pake. Renjun udah pake cardigan" bebernya seraya memberikan hoodie itu pada pemiliknya.

"Tapi masih dingin kan? Pake aja, mas ngga dingin"

1 of 1 ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang