1/1-31

1.7K 264 57
                                    

Renjun duduk dimeja riasnya seraya menata rambut. Ia menyisir rambutnya dengan pelan, kemudian membiarkan poni itu menutupi dahinya.

Make up di wajah juga sudah selesai. Renjun hanya memoles wajahnya dengan make up ringan nan sederhana, namun ia cukup puas dengan hasilnya. Ia menatap dirinya dalam cermin, memastikan bahwa penampilannya kali ini tidak mengecewakan. Renjun memang cukup terampil dalam merawat diri. Mulai dari skincare, merias wajah, sampai menata busananya sendiri. Selain pribadi yang ramah dan manis, penampilan yang mumpini juga salah satu hal penting sebelum terjun ke lingkungan sosial —setidaknya bagi Renjun.

Ah, ada satu yang kurang. Lip tint! Hal paling penting dalam merias wajah justru Renjun lupakan.

Lantas, Renjun mengambil lip tint tonymoly berwarna peach. Namun, setelah dipikir ulang, Renjun akhirnya mengombre tonymoly berwarna peach dengan peripera warna soft pink yang menurutnya lebih cocok dengan tampilannya kali ini. Persetan dengan hasilnya, Renjun buru-buru keluar dari kamar karena seseorang sudah menunggunya didepan.

Bapak terkagum melihat Renjun yang tengah menghampirinya diruang tamu.

"Ayu tenan iki, anake sopo to?" (cantik banget ini, anaknya siapa sih?)

Renjun terkekeh pelan, malu dipuji begini biarpun pujian-pujian semacam itu sudah sering berseliweran ditelinganya.

"Anaknya Bapak Jinki Himawan" jawabnya.

"Ayu tenan iki, pacare sopo to?" tak perlu ditanya lagi siapa penanyanya, sudah pasti itu Jeno!

Renjun merah padam, merasa sangat tersipu karena pujian yang hampir sama persis seperti milik bapak, dilayangkan kembali oleh Jeno. Entah niatnya untuk menggoda, atau memang ingin memuji dengan cara seperti itu. Yang jelas, makin hari Jeno makin mirip dengan bapak.

Renjun acuh pada pujian Jeno. Hanya senyum malu-malu yang ia berikan sebagai respon.

"Bapak, sayur nya udah Renjun angetin tadi. Tinggal mam"

"Iya iya, udah sana. Jam sembilan pulang, ya. Jangan main kejauhan. Kayak biasa, Jen. KTP mu siniin, sebagai jaminan bawa Renjun pergi"

Dengan demikian Jeno langsung mengeluarkan dompetnya, mengambil KTP dan menyerahkannya pada bapak.

"Yaudah, sana"

Renjun akhirnya keluar bersama dengan Jeno didepannya. Rasanya sedikit... Err, canggung? Juga malu. Ini pertama kalinya ia jalan bersama Jeno dengan niat penuh. Ia bahkan sampai berdandan seperti ini.

Omong omong, Jeno tampan sekali hari ini. Padahal hanya mengenakan kemeja berwarna putih bergaris hitam dan celana jeans dengan warna serupa.

Dan dimata Jeno, Renjun juga manis sekali. Sangat cantik. Cardigan yang pas di badan, serta ujung dari cardigan tersebut yang dimasukkan kedalam celana, membuat Renjun terlihat mungil dan sangat menggemaskan. Renjun jika memakai pakaian yang pas badan begini, memang tak ada tandingannya. Belum lagi wajahnya yang semakin bersinar malam ini. Benar-benar mulus bak wajah seorang dewi. Bukankah ia dan Renjun adalah pasangan yang sempurna dilihat dari visualnya? Tidak, Jeno hanya bercanda.

"Mas.." panggil Renjun lirih. Cukup malu jika harus memanggil Pak Jeno dengan sebutan 'Mas' secara langsung begini. Demi apa, mengetiknya jauh lebih mudah daripada harus mengatakannya langsung. Renjun belum terbiasa untuk itu.

"Kenapa?" Jeno membalas seraya membukakan pintu mobil untuk Renjun. Untuk kencan pertama kali ini ia sengaja mengendarai mobil saja. Ia cukup waspada dengan cuaca akhir-akhir ini yang tak bisa diprediksi.

"Pengen kesini.." jawab Renjun tak kalah lirih dari sebelumnya. Ia menunjukkan ponselnya pada Jeno. Jeno melongok ke ponsel Renjun dan didapatinya sebuah foto dari sebuah tempat yang dipenuhi kelap-kelip lampu berwarna-warni.

1 of 1 ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang