1/1-4

3.5K 560 118
                                    

Sebulan berlalu, tiba saatnya bagi Jeno untuk mulai mengajar di SMA X sebagai guru sosiologi sementara bagi kelas 12 IPS 1-3.

Jeno memacu motornya dengan kecepatan sedikit diatas rata-rata. Ini sudah hampir jam nya upacara. Gawat kalau dihari pertama sudah telat begini.

Sampai diarea sekolah, Jeno cepat cepat memarkirkan motornya, menaruh tas serta jaket diruang guru, kemudian menyusul ke lapangan untuk upacara.

Jeno berdiri diantara guru guru senior disana. Rencananya, Jeno akan diperkenalkan kepada seluruh murid hari ini. Meskipun hanya mengajar tiga kelas, akan lebih baik jika Jeno diperkenalkan secara resmi seperti ini.

Upacara berlangsung, dengan sedikit tidak khidmat. Segelintir anak anak nakal dalam barisan sana terus saja mengoceh tidak jelas. Apalagi ketika Jeno diperkenalkan ke seisi sekolah, anak anak itu justru ribut dan saling dorong entah karena apa. Mereka seakan akan tidak menghargai Jeno.

Jeno yang notabene berasal dari sekolah elit yang ketat peraturan, memutuskan untuk keluar barisan untuk mengatur anak-anak tersebut. Jeno tak peduli jika ia akan dicap sebagai guru baru yang sok, yang penting upacara hari ini dan seterusnya harus berlangsung dengan tertib.

Yunho tersenyum melihatnya. Ketika para guru mulai jengah dengan anak anak badung itu, Jeno datang dengan gagahnya dan menyuruh anak anak itu untuk baris di barisan khusus. Seperti yang diduga, Jeno memang selalu bisa diandalkan.

"Baris didepan!" Jeno berseru dengan tatapan tajam nya, membuat nyali anak anak itu menciut.

Setelah anak anak itu diam, Jeno tetap berdiri disana, mengawasi anak anak yang lain, barang kali ada yang berulah lagi.

Lirik depan lirik belakang, aman. Semuanya sudah tertib. Tinggal hati Jeno saja yang tidak tertib sekarang karena di samping nya ada Renjun yang tengah bertugas sebagai anggota PMR. Meskipun Renjun sudah kelas dua belas, ia memang masih bertugas sebagai anggota PMR saat upacara seperti ini, toh ini masih semester awal.

Duh, kenapa hati Jeno berdentum-dentum begini? Apa benar karena Renjun penyebabnya? Sepertinya sih, iya...

Sebulan tidak bertemu, kemudian bertemu lagi dilapangan upacara dengan status Jeno yang sudah resmi menjadi guru sementara disekolah Renjun. Rasanya kok, menyenangkan? Itu artinya kan Jeno bisa melihat wajah yang dikagumi nya itu selama lima hari dalam seminggu.

Rasanya... Jeno rindu pada Renjun.

Disaat Jeno tengah sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba, seorang siswi yang berdiri di barisan khusus itu terkapar ke tanah; pingsan.

Baik Jeno maupun Renjun, refleks mendekati anak tersebut, panggil saja Lisa.

"Saya bantu gotong ke UKS" kata Jeno, yang langsung diangguki oleh Renjun.

Sesampainya di UKS, Renjun langsung memberikan minyak angin pada Lisa, tak lupa dengan teh manis yang juga ia sodorkan pada Lisa.

"Renjun, kamu nggak kenapa napa kan?" ini Jeno yang bertanya.

"Ah? Ahaha iya saya nggak apa apa, pak"

Jeno ini kenapa? Yang pingsan Lisa, yang ditanyai kok malah Renjun? Salah server, mas...

Renjun yang ditanya seperti itu pun hanya menjawab seadanya. Guru satu ini aneh sekali Dimata Renjun.

Jeno merasa bodoh setelahnya. Apakah Jeno benar benar tertarik pada Renjun? Apakah ketertarikannya pada Renjun ini sudah membuatnya lupa daratan? Apa Jeno benar benar menyukai Renjun dalam ranah yang romantis?

Tentu ti—

Iya!

Jeno menyukai Renjun, suka dalam hubungan romantis. Kenapa Jeno bisa menyimpulkan hal sensitif ini dalam waktu secepat ini, dan tanpa mengenal Renjun lebih jauh terlebih dahulu?

1 of 1 ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang