"Renjun? Kamu dengerin saya ngga?" suara Pak Jeno sekaligus tepukan dibahu kembali menarik Renjun kedalam realita yang ada. Tanpa sadar ia jadi melamun.
"Hm?? Kenapa?"
"Saya tanya, kenapa kamu ngga suka Boba?"
"Oh, itu..." Renjun menyedot bobanya kemudian hampir saja tersedak. Lebih memalukan lagi karena minuman yang telah masuk ke mulutnya keluar menuruni dagunya —yah meskipun hanya sedikit tapi tetap saja memalukan!
Pak Jeno tergelak melihat Renjun yang buru-buru membersihkan dagunya.
"Ihh~ Jangan diketawain, malu..."
"Pelan pelan aja minumnya"
"Udah pelan-pelan, tapi emang sedotannya aja yang lebar banget! Ini salah satu alasan Renjun ngga suka minum Boba. Sedotannya gede, terus rasanya juga manis banget. Kalo keseringan mam ini kan ngga bagus buat pencernaan. Nanti perutnya bisa buncit juga"
Oh, Renjun tipe orang yang peduli terhadap penampilan, ya. Tak heran, sih. Ia terlihat cakap dalam merawat diri.
"Pantes perut adek saya buncit. Kebanyakan nge-boba ternyata" Ungkitnya perihal sang adik hang merupakan penggemar berat Boba.
"Mulai sekarang bilangin adeknya Pak Jeno supaya jangan keseringan beli Boba."
Pak Jeno mengangguk, sementara Renjun kembali menyedot bobanya itu. Meskipun tak suka, Renjun akan tetap menghabiskan nya. Buang-buang makanan termasuk hal yang paling anti untuk Renjun lakukan. Lagipula, ia hanya tak suka, bukan tak bisa meminum Boba.
"Renjun, kamu kalo ada masalah cerita ya ke saya. Mau itu masalah pribadi yang ganggu pikiran kamu, atau masalah kamu waktu disekolah. Saya bakal seneng kalo Renjun mau lebih terbuka lagi dan ngga canggung ke saya."
Perkataan Pak Jeno barusan berhasil menarik penuh atensi Renjun. Cup boba itu pun ia letakkan disisi kosong diantara Pak Jeno dan dirinya.
"Pak Jeno serius bilang gitu?"
"Ya serius. Sejak awal kan saya udah serius sama kamu" telapak tangan besarnya kembali membelai surai hitam legam Renjun. Kali ini pun sama, ia enggan menjauhkan kepalanya dari tangan hangat Pak Jeno. Renjun memilih untuk bungkam tak seberapa lama kemudian mulai menyuarakan isi hati yang ia tahan sejak tadi.
"Boleh ngga, Renjun bahas semua hal yang bikin ganjal di hubungan kita ini?"
Jeno menegakkan badannya, bersiap untuk mendengar segala curahan hati Renjun.
"Saya pikir ini memang waktunya kita bicara dari hati ke hati kayak gini. Ayo, saya siap dengerin."
Renjun menelan salivanya kasar. Segala isi hatinya terasa sulit untuk diutarakan. Biarpun Renjun sudah menyiapkan kalimat-kalimat yang pas untuk diucapkan, rasanya setelah berhadapan langsung dengan Pak Jeno seperti ini, segala rancangan yang telah ia persiapkan itu hilang entah kemana.
"Eum..."
"Iyaa?"
"Renjun ini dianggap sebagai apa sama Pak Jeno?"
Yang ditanya berpangku dagu sembari menatap wajah Renjun tanpa ragu. "Pacar saya"
"Emang pernah nembak?"
"Ngga pernah" Mendengarnya, Renjun refleks cemberut lagi.
"Pak Jeno itu aneh... Sifat Pak Jeno ke aku selama dirumah dan disekolah itu beda. Beda banget kalo harus ditegasin. Dirumah baik banget gini, keliatan sayang banget sama Renjun. Tapi pas disekolah kayak orang ngga kenal. Ngajak ngobrol juga ngga, malah asik sama yang lain. Dirumah baik apa karena ada bapak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1 of 1 ✧ NoRen !¡
FanfictionRenjun adalah satu-satunya dan segalanya bagi Jeno. ©glowinjun - 2020