1/1-5

3.1K 536 70
                                    

Masih diruang tamu rumah Renjun, suasana canggung menyelimuti antara Jinki dan Jeno. Terlebih dengan Jeno, keringat dingin sudah meluncur di pelipisnya. Ini pertama kalinya bagi Jeno meminta restu seperti ini. Biasanya, jika Jeno memang tertarik pada seseorang, Jeno akan meminta persetujuan langsung ke orang yang bersangkutan, tidak meminta izin kepada orang tua si gebetan terlebih dahulu seperti ini.

Jarak yang terbentang antara ia dan Renjun cukup jauh, sangat jauh bahkan. Jadi, Jeno pikir akan lebih baik jika ia meminta izin terlebih dahulu pada Jinki sebelum melangkah lebih maju. Toh, Jeno ini sepertinya benar benar ingin serius pada Renjun.

Sepuluh menit pasca Renjun pergi dari ruang tamu, Jinki terus saja diam. Sesekali menatap Jeno, kemudian menatap lantai kembali.

"Wes gendeng koen?," Kata Jinki sedikit geram.

"Maksudnya pak?," Tanya Jeno yang tidak paham dengan bahasa Jawa.

"Kamu udah gila."

Mendengarnya, Jeno hanya menunduk. Ia juga sadar kalau yang dilakukan nya ini merupakan tindakan tergesa-gesa yang terkesan gila.

"Nyali mu ok juga buat minta ijin PDKT sama anak bapak."

Jeno tersenyum simpul. Ia bingung harus bereaksi seperti apa. Yang Jinki ucapkan ini merupakan sebuah pujian atau sarkasme? Jeno takut salah tangkap dan congkak terlebih dulu.

"Sebelumnya, mas nya ini namanya siapa?" Jinki kembali membuka obrolan.

Terlalu gugup, sampai-sampai Jeno lupa memperkenalkan dirinya sendiri.

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

"Nama saya Jeno, pak. Jeno Hengkara," sahutnya disertai senyum canggung.

"Sudah kenal sama anak saya si Renjun?"

Jeno menggeleng, yang mana membuat Jinki menukik alisnya. Jeno benar-benar tidak waras.

"Kenal hanya sebatas tau nama masing-masing. Untuk kenal secara pribadi, belum. Maka dari itu, saya minta ijin ke bapak supaya mengijinkan saya buat kenal secara pribadi dengan Renjun."

Jinki mengangguk-anggukan kepalanya. Pemuda gila ini ternyata sopan juga. Benar-benar berbeda dari pelamar Renjun kebanyakan.

"Alesan mu suka sama Renjun ini apa? Bukannya mau sombong atau apa, Renjun ini sudah banyak yang melamar dan rata rata dari mereka bilang kalau Renjun itu cantik, baik. Bapak nggak mau denger alasan klasik kayak gitu"

Jeno mengulum bibirnya. Jeno bingung harus menjawab apa karena alasan paling logis mengenai alasan sukanya Jeno pada Renjun ya karena Renjun memang cantik, serta baik hati seperti yang paman nya bilang sebulan lalu.

"Kalau ditanya alasan, saya juga bingung ngejawabnya, pak. Renjun ini emang cantik, banyak yang bilang Renjun baik, sopan sama orang tua dan selalu rajin. Saya cuma bisa bilang, saya suka Renjun ya karena dia Renjun. Kita nggak butuh alasan yang logis buat bisa suka sama seseorang," jawab Jeno.

Jinki kembali menyeruput teh nya sebelum kembali menginterogasi Jeno.

"Hubungan mu sama Renjun itu guru dan murid. Ngejalin hubungan dengan status begini pasti nggak gampang, banyak kendalanya. Meskipun Renjun ini bisa dibilang punya pemikiran dewasa, dia tetep anak kecil yang kadang masih labil. Saya nggak yakin mas Jeno itu seserius itu sama anak saya. Seumuran mas Jeno ini harusnya nyari calon isteri, bukan pacar. Saya nggak mau Renjun dijadikan mainan."

Jeno menghela napas kecil.

"Saya juga sudah memikirkan soal itu pak. Soal kendala yang nantinya bakal jadi penghalang antara saya sama Renjun. Tapi tekad saya buat mendekati Renjun ini sudah bulat. Saya juga lagi nggak nyari pacar, pak. Tujuan saya mendekati Renjun ya memang untuk dijadikan calon isteri langsung. Saya janji nggak akan mainin hati anak bapak, karena saya bener bener serius kali ini. Bapak bisa pegang janji saya, bahkan kalau perlu, secepatnya saya bakal bawa orang tua saya kesini" tuntas Jeno.

1 of 1 ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang