Melihat Pak Jeno yang tengah bergegas kerumahnya, Renjun dilanda rasa gusar. Ia menilik balik tindakan nya barusan untuk jujur pada Pak Jeno mengenai perasaan nya. Apakah hal itu sudah tepat, atau malah memunculkan masalah baru. Yang Renjun tahu dari cerita orang, Pak Jeno bukan pribadi yang suka tergesa gesa, lantas kenapa jika hal itu mengenai dirinya, Pak Jeno selalu tergesa-gesa seperti ini!? Setiap tindakannya selalu diluar dugaan. Sosok yang terlihat sederhana itu, ternyata punya sederet sifat aneh —setidaknya menurut Renjun— dibaliknya.
Untung saja Renjun sudah mulai menyukai Pak Jeno, jadi sifat tak terduganya tidak membuat Renjun jengkel. Daripada jengkel, Renjun jauh lebih heran mengenai sifat Pak Jeno yang ajaib ini. Bagaimana tidak ajaib, wong tiga hari lalu hilang kontak bahkan tak peduli pada Renjun sama sekali, dan hari ini guru itu ijin pergi kerumahnya hanya karena Renjun bilang kangen.
Apakah yang tiga hari kemarin itu, Pak Jeno sedang tarik ulur?
Renjun memukul kasurnya brutal. Kasur yang disebut-sebut sebagai kasayangannnya itu kini dijadikan tempat melampiaskan segala bentuk perasaannnya yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
***
Jeno duduk diruang tamu rumah Renjun, bersama Bapak Jinki yang dengan senang hati menyambut kedatangannya seperti biasa. Belum lama Jeno sampai, keduanya pun mengobrol dengan santai.
"Keasikan ngobrol sampai lupa tujuan mu kesini buat ketemu sama Renjun. Sek tak panggil ke (Tunggu, bapak panggilkan si Renjun)"
Jeno terkekeh. Akhirnya si bapak peka juga. Biarpun begitu, Jeno tetap membalas dengan sopan pada bapak.
"Nggak juga, pak. Kesini memang sekalian mau ngobrol sama bapak. Toh, sudah lama nggak ketemu."
Bapak mengangguk puas dengan jawaban Jeno. Ia menyukai Jeno bukan tanpa alasan. Selain karena tampan dan mapan, kepribadian Jeno yang selalu sopan dan santun juga patut diacungi jempol.
Bapak Jinki akhirnya pergi ke kamar Renjun. Mengetuk daun pintu pelan kemudian berkata, "Jeno sudah sampai itu, lho. Jangan pura-pura tidur. Dia bawain mie bakso juga sama seafood kesukaan mu. Nggak bangun berarti semua makanannya bapak yang emplok (habiskan)"
Sementara itu didalam kamar sana, Renjun menggerutu tidak jelas. Lagi-lagi ia dihadapkan pada suasana canggung bersama Pak Jeno. Seolah Dejavu, Renjun kembali mengingat masa masa saat pertama kali Pak Jeno menyambangi rumahnya.
"Ih beneran dateng~ Mana belum mandi. Laper banget sih, tapi belum mau ketemu sama Pak Jeno. Huhu~ Apa pura-pura gila aja ya akunya" Renjun uring-uringan.
Merasa tak ada pilihan lain, Renjun akhirnya bergegas untuk mencuci muka dan mengganti pakaian nya dengan baju tidur berwarna kuning cerah gambar bulan dan bintang. Sudah tak ada waktu untuk mandi, persetan dengan hadirnya Pak Jeno. Memang sudah menjadi kebiasaan baginya untuk langsung memakai baju tidur setelah membersihkan badan. Pak Jeno tak akan komplain tentang ini 'kan?
Jeno duduk di kursi meja makan, bersama Jinki yang tengah asyik meniup kopi yang yang baru saja diseduhnya.
Renjun keluar malu malu dari kamar. Wajahnya menunduk dengan gurat merah muda yang menjalar dikedua pipinya. Jeno tersenyum hangat pada Renjun yang masih menunduk malu.
"Nah iki bocahe teko (nah ini anaknya dateng)"
"Jeno bawain mie bakso sama udang bakar. Sana bawa ke dapur terus siapin makanannya. Sekalian tawarin mas-mu ini mau minum apa." ucap bapak sembari menyodorkan seplastik besar makanan dari Jeno.
Renjun mencucu saat bapak dengan sengaja menyebut Jeno dengan sebutan mas-mu. Tujuannya tentu untuk menggoda Renjun. Ucapkan selamat pada bapak karena ia telah sukses membuat Renjun semakin tersipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 of 1 ✧ NoRen !¡
FanfictionRenjun adalah satu-satunya dan segalanya bagi Jeno. ©glowinjun - 2020