Hiii :D
Kali ini ceritanya mau diskusi lagi. Waktu itu kan pernah bahas soal pramuka, sekarang ganti ngebahas perihal open minded. Bahasannya singkat aja, dan kalau ada yang salah atau kalian ngga sependapat, boleh banget tulis komentar kalian disini ya :DRenjun duduk dibangkunya sembari melamun. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas bergandengan tangan dengan Pak Jeno kemarin malam berhasil membuatnya blank seharian.
Dalam hati ia pun masih bertanya tanya, 'kok bisa?' Memangnya hubungan nya dengan Pak Jeno akan benar-benar jadi serius? Akan seperti apa kelanjutan hubungan keduanya setelah hari kemarin? Dan yang paling Renjun bingungkan adalah mengenai perasaan nya terhadap Pak Jeno. Benarkah ia sudah menyukai Pak Jeno? Jika iya, apakah rasa sukanya ini benar merupakan rasa cinta atau hanya perasaan kagum terhadap kharisma Pak Jeno, atau buruknya, bagaimana jika perasaan nya terhadap Pak Jeno hanyalah cinta monyet semata? Mengingat Renjun yang masih berusia remaja, wajar saja bukan jika rasa sukanya terhadap Pak Jeno hanyalah rasa cinta dalam artian dangkal. Perasaan yang sewaktu waktu bisa hilang dan timbul begitu saja tanpa artian yang jelas.
Renjun tak mau gegabah menyimpulkan perasaannya sendiri. Jika salah langkah, akibatnya bisa saja fatal mengingat Pak Jeno sudah sesuka itu padanya dan tentu saja, kesimpulan perasaannya terhadap Pak Jeno akan turut mempengaruhi masa depannya. Benar 'kan?
Seharian ini Renjun belum bertemu dengan Pak Jeno. Sekarang sudah masuk jam istirahat kedua, jam nya makan siang dan Renjun terlalu enggan untuk melangkahkan kakinya menuju kantin.
Teman karibnya, Shuhua, tentu sudah berada dikantin sejak bel berdering. Sudah cukup lama sejak Shuhua meninggalkan kelas untuk membeli bakso bakar dikantin. Biasanya jika Renjun tidak ke kantin, Shuhua akan tetap pergi namun dengan secepat kilat ia akan kembali menemui Renjun sembari membawa sekantong plastik penuh berisi makanan. Ah, mungkin saja Shuhua tengah menjadi biduan dikantin. Gurau Renjun dalam hati. Terbersit dalam benaknya untuk menyusul Shuhua ke kantin; lama lama bosan juga jika harus duduk termenung sendirian dikelas.
Renjun akhirnya bangkit dari duduknya, kemudian melangkahkan kakinya menuju kantin yang letaknya tak seberapa jauh dari kelasnya.
Kakinya terhenti saat netranya menangkap sosok Pak Jeno tengah duduk dengan tenang disalah satu bangku kantin. Dan Pak Jeno tak sendiri disana karena ada beberapa murid dan juga Shuhua yang ikut duduk sembari berbincang santai dengan Pak Jeno.
Lagi-lagi Renjun harus melihat kebersamaan antara Pak Jeno dan Shuhua. Memang Pak Jeno dan Shuhua tidak hanya duduk berdua disana karena ada beberapa anak lainnya yang menemani tapi tetap saja! Renjun merasa ganjal saat melihat keduanya tengah bersama seperti ini.
"Pura-pura jajan aja deh, sekalian nguping" gumamnya sangat lirih.
Renjun berjalan kearah stand yang menjual siomay ikan dan tanpa pikir panjang ia langsung memesan satu porsi komplit siomay dengan bumbu kacang kental diatasnya.
"Eh, Renjun!" tanpa menengok pun Renjun tahu bahwa itu suara Shuhua.
Renjun menoleh pelan dan tanpa ia sadari, Shuhua ternyata telah berdiri dibelakang nya. "Katanya nggak jajan? Katanya nggak laper? Terus beli apa nih?" ucapnya, mulai menginterogasi.
Renjun tertawa kikuk, "Hehe tiba tiba laper aja."
Shuhua mengangguk paham. "Ayo ikut duduk sambil cerita cerita sama Pak Jeno."
Renjun mengambil pesanannya seraya mendengarkan ucapan Shuhua. Ingin rasanya menolak ajakan untuk duduk di bangku yang sama dengan Pak Jeno dan Shuhua tapi sepertinya tak ada alasan untuk menolak tawaran tersebut. Alhasil, sambil membawa sepiring siomay pesanannya, Renjun pun duduk disamping Gahyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 of 1 ✧ NoRen !¡
Fiksi PenggemarRenjun adalah satu-satunya dan segalanya bagi Jeno. ©glowinjun - 2020