Renjun merebahkan tubuhnya dikasur empuk kesayangannya. Setelah pulang sekolah, Renjun biasanya akan langsung bergegas mandi tapi tidak kali ini. Rasanya ia malas sekali menyentuh air ataupun sekedar bangun dari tempat tidur.
Matanya menatap langit-langit kamar sembari memikirkan hal-hal acak yang lewat begitu saja di otak nya. Dan Pak Jeno adalah salah satu bagian dari hal acak yang melintas dipikiran Renjun saat ini. Bukan hanya hari ini ia memikirkan Pak Jeno, tapi sudah lewat tiga hari belakangan ia terus memikirkan guru sosiologi itu. Rasanya aneh sekali karena Pak Jeno selalu muncul diotaknya bahkan ketika Renjun tak ingin memikirkan orang itu.
Memang ada hal yang sangat Renjun ingin bicarakan dengan Pak Jeno, tapi ayolah, jangan muncul terus di otak seperti ini!
Selepas acara makan makan kemarin, Renjun tak sempat menyita waktu Pak Jeno barang satu menit untuk berbicara empat mata dengannya. Salahkan nyalinya yang terlalu ciut bahkan untuk sekedar bertatap mata.
Hubungan yang dijalin tanpa persiapan pun semakin merenggang. Entah itu karena Renjun yang bersikap acuh tak acuh pada Pak Jeno, atau Pak Jeno yang terlalu tenggelam dalam asumsinya tentang Renjun. Keduanya seolah-olah berjalan berlawanan arah, tak pernah satu tujuan.
Pikir Renjun, semuanya akan baik-baik saja jika ia bersikap acuh tak acuh pada Pak Jeno. Itu semua ia lakukan agar Pak Jeno menjauh, namun sekarang setelah Pak Jeno menjauh, Renjun justru merasa hampa. Yeah, aneh bukan? Ia yang mendorong Pak Jeno pergi dengan segala tingkah anehnya yang sengaja dibuat buat namun ia juga yang merasa hampa jika Pak Jeno bersikap tak peduli padanya. Renjun sendiri tak paham akan suasana hatinya saat ini. Apakah selama ini Renjun terlalu menyepelekan Pak Jeno dengan segala perhatiannya itu? Tanpa sadar Renjun mulai luluh pada afeksi yang selalu Pak Jeno berikan.
Renjun merogoh saku celananya, diambilnya ponsel ber-case panda itu. Segera Renjun meluncur ke aplikasi berbagi pesan. Mengetuk fitur pencarian dan segera mengetik nama Pak Jeno disana. Renjun membuka ruang obrolan bersama Pak Jeno kemudian membaca ulang pesan lama. Kalau dipikir pikir, setiap balasan yang ia kirimkan terlihat tak bersahabat dan terkesan seperti ingin mengakhiri obrolan detik itu juga. Tapi Pak Jeno selalu mengirimi pesan pesan baru bahkan ketika Renjun merespon seadanya. Dasar, convokiller.
Pesan pesan random itu, pesan dengan isi yang bagi Renjun tidak begitu berbobot, kini Renjun merindukan itu semua.
Sudah tiga hari ia dan guru sosiologi itu lost contact. Renjun yang memang ingin mengakhiri masa pendekatannya, juga Pak Jeno yang mungkin sudah muak dengan sikap Renjun selama ini dan memilih untuk mundur perlahan. Ah, baru kali ini mereka berdua sejalan!
Sama-sama ingin mengakhiri hubungan. Mungkin dulu Renjun memang menginginkan hal itu namun sekarang berbeda. Ia ingin memberi satu kesempatan bagi dirinya dan juga Pak Jeno untuk saling bersenda gurau layaknya orang pdkt betulan.
Renjun mengetuk profil Pak Jeno. Ia memandang lama lama foto profil itu kemudian terkekeh. Foto profil Pak Jeno terlihat buram, bagaimana tidak? Renjun yakini foto profil itu berasal dari foto yang diambil bersama teman-teman dan dicrop dibagian Jeno-nya saja. Alhasil, kualitas gambarnya pun jadi semakin buruk. Pak Jeno ini tampan, tapi selera berfotonya rendah sekali. Tapi tetap saja, Pak Jeno terlihat tampan disana. Terlebih lagi dengan warna rambut Pak Jeno yang terlihat sangat... uh! Intinya Pak Jeno tampan! Biasanya ia melihat Pak Jeno dengan rambut warna hitam yang disisir seadanya. Dan Pak Jeno yang ada di profil watsyap terlihat seperti bukan Pak Jeno, sungguh. Kemana saja si Renjun ini sampai-sampai baru sadar akan ketampanan Pak Jeno!
ilustrasi
foto bareng-bareng sebelum dicrop
KAMU SEDANG MEMBACA
1 of 1 ✧ NoRen !¡
FanfictionRenjun adalah satu-satunya dan segalanya bagi Jeno. ©glowinjun - 2020