Setelah pertemuan nya dengan Renjun kali ini, Jeno merasa ada yang aneh pada dirinya. Muncul perasaan bimbang serta tidak yakin terhadap keputusan yang ia ambil kali ini —memulai pendekatan dengan Renjun. Ia sadar ia sangat tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan Jeno cukup menyesali tindakan nya tersebut.
Tak dapat dipungkiri bahwa Jeno merasa ilfeel terhadap Renjun. Melihat dari cara makan, porsi makan, serta tingkah laku Renjun yang serba tidak terkendali, membuat Jeno cukup risih.
Jeno tidak mau menyukai Renjun hanya karena fisiknya saja. Sebisa mungkin, pasangan nya kelak harus lah bersikap baik dan terkesan tidak beringas seperti Renjun tadi.
Nampaknya, omongan orang-orang tentang Renjun yang serba sempurna, adem saat dilihat, serta tingkah nya yang kalem hanya bualan semata. Fakta yang Jeno temui dilapangan soal Renjun benar-benar berbanding terbalik dengan image Renjun Dimata publik.
Kendati demikian, Jeno juga tak bisa mengesampingkan fakta soal Renjun yang terlihat begitu menggemaskan dibalik tingkah bar-bar nya itu.
Ah, Jeno jadi galau!
Hati dan logikanya pun bertolak belakang.
Saat logika menyuruhnya untuk stop, hatinya justru koar-koar untuk terus mendekati Renjun.
Jika berbicara soal apakah Renjun ini tipe ideal Jeno atau bukan, jawabannya bisa iya bisa tidak. Entahlah, Jeno tidak punya kriteria khusus dalam mencari pasangan. Disaat Jeno menyukai seseorang, ya itu artinya orang itu merupakan selera Jeno. Tidak ada acuan khusus yang dijadikan patokan dalam menggaet seseorang. Yang terpenting, orang itu mau menghormati Jeno sebagai pemimpinnya, sopan terhadap orang lain, dan bertingkah yang wajar-wajar saja.
Rules menjadi pasangan Jeno ini mudah sekali bukan? Orang itu hanya perlu menjadi baik pada orang sekitar, khususnya Jeno. Didunia ini, mana ada sih yang mau menikah dengan orang jahat? Tentu tidak ada, termasuk Jeno sekalipun. Maka dari itu, orang yang menjadi incaran Jeno haruslah memiliki Budi pekerti yang baik.
Lupakan soal rasa galau yang tengah menyelimuti Jeno. Sekarang sudah pukul sepuluh, Jeno harus segera mengistirahatkan tubuh serta otaknya. Masih ada hari esok yang penuh dengan kesibukan; mengajar didua sekolah.
Urusan nya dengan Renjun, lihat saja kedepannya akan bagaimana.
Jeno akan membiarkan masa pendekatan nya dengan Renjun mengalir begitu saja, tak perlu dipaksakan jika memang tidak bisa.
***
Tiba dihari Selasa.
Renjun memasuki area kelasnya dengan wajah tertunduk. Bukan karena malu, apalagi sakit. Renjun hanya ingin menghindari Shuhua.
Ingat 'kan, kalau hari Senin kemarin Shuhua melihat Renjun berboncengan dengan Jeno? Reaksi yang ditimbulkan gadis itu juga heboh sekali. Bahkan sesampainya di rumah, Shuhua terus mengirimi Renjun pesan yang isinya sama, yaitu menanyakan ada hubungan apa antara Renjun dan Jeno.
Tapi, mau menghindar seperti apapun, nampaknya sia-sia. Wong Renjun dan Shuhua ini satu kelas, satu bangku malah.
"RENJUUUUN!!!"
Nah kan, baru beberapa langkah memasuki ruang kelas, si mata sipit satu itu sudah meneriaki nama Renjun dengan lantang.
Renjun memaksakan senyumnya, kemudian duduk disamping Shuhua. Siap tidak siap, ia harus siap menerima sederet kalimat interogasi dari Shuhua.
"Jahat banget ih nggak bales chat aku!" Gerutunya.
"Males bales," jawab Renjun jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 of 1 ✧ NoRen !¡
FanfictionRenjun adalah satu-satunya dan segalanya bagi Jeno. ©glowinjun - 2020