***
Setelah beberapa jam berlangsung, kini acara prom telah selesai. Hal tersebut menjadi sebuah tanda bahwa aku telah lulus dan saatnya untuk meraih mimpiku.
"Acara malam ini sungguh melelahkan..." Ucapku pelan.
Eric tampak biasa saat mengemudikan mobil untuk mengantarkanku pulang, namun aku tau jika dia juga pasti kelelahan.
"Tapi kau menikmatinya kan...?" Tanya Eric memastikan.
Kepalaku mengangguk. "Ya, aku menikmatinya... Dan itu karena ada kau yang selalu memastikanku untuk merasa nyaman dengan acaranya..."
Eric terkekeh pelan. "Itu sudah menjadi tugasku, By..."
Setelahnya aku menatap bingung ketika Eric menepikan mobilnya.
"Ada apa?" Tanyaku khawatir jika terjadi sesuatu yang tak baik.
"Tidak ada, hanya saja sebelum kau sampai dirumah, aku ingin memastikan sesuatu padamu..." Jelas Eric.
Sekarang ia memutar tubuh untuk sepenuhnya mengarah kepadaku.
"Setelah ini kita tidak akan sering bertemu seperti ini bukan..."
"Ya..." Jawabku padanya.
"Apa kau yakin harus melanjutkan pendidikanmu hingga keluar kota, By...?"
Aku menatapnya sendu. Karena memang kami akan terpisah oleh jarak yang membentang.
"Maaf Ric, tapi kau tau jika itu adalah apa yang telah ku rencanakan sejak dulu..."
Eric menganggukkan kepalanya pelan. "Aku tau... Dan aku mendukungmu untuk itu, By... Hanya saja--aku takut jika nanti aku akan sangat merindukanmu..."
Ku belai wajahnya lembut membuatnya menutup mata menikmati sentuhan yang kuberikan.
"Tidak perlu merasa khawatir... Kau bisa mengunjungiku atau aku yang menemuimu saat pulang nanti..." Tukasku menenangkannya.
Eric membuka matanya pelan. "Bagaimana jika kau tertarik dengan lelaki lain yang lebih tampan disana?"
Kali ini aku menepuk pelan pipinya. "Jangan berpikir yang macam-macam Ric.... Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa aku mencintaimu..."
Sebuah anggukan diberikan Eric sebagai balasan dari pernyataanku. "Tapi tidak menutup kemungkinan kan..."
Tanganku menangkup kedua wajahnya kearahku. "Hei, lihat aku... Aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu..." Ujarku mempertegas.
"Ahh... Jika seperti ini aku semakin tidak rela jika kau pergi..." Rengeknya seperti anak kecil yang membuatku gemas.
Namun entah apa yang ada dipikiranku hingga membuat diriku terdorong untuk mengecup singkat bibirnya.
Eric terbelalak mendapatkan ciuman yang tak terduga seperti itu. Karena sejujurnya ini adalah pertama kalinya bibir kami bersentuhan.
"Kau...menciumku...?" Ucap Eric tak percaya.
Ku tutup mulutku dengan kedua tangan karena terlalu kaget dengan apa yang ku lakukan.
Lagian aku juga sangat malu hingga tak berani menatap Eric.
"Aku...tidak sengaja..." Cicitku teramat pelan.
"Huh...?" Ujar Eric membuat sang kekasih mengulang apa yang dikatakannya.
"Aku tidak sengaja mencium mu..." Ulangku dengan pipi yang memanas.
Eric terkekeh geli. Ia mendongakkan wajahku. "Kau sangat lucu..." Ucapnya lalu membawa diriku kedalam pelukannya.
***
"Aku--ingin mengakhiri hubungan ini..." Ucap sang wanita pelan.
Lelaki yang tengah memotong daging dipiring itu sontak mengalihkan perhatiannya.
"Apa yang kau katakan?" Ia meletakkan sendok dan garpu dipermukaan piring.
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita... " Ulang sang perempuan.
Tersungging sebuah senyum kecut dibibir lelaki itu.
"Apa ini karena ibumu? Dia yang menyuruhmu mengakhiri hubungan kita?" Tanya lelaki itu tak suka. Karena memang sejak awal ibu dari kekasihnya itu menentang hubungan keduanya.
"Kau salah... Ini--karena aku ingin fokus untuk mengejar mimpiku... Ketika denganmu, aku tak bisa bergerak sesukaku. Seakan terdapat batasan yang harus ku jaga... Dan--itu menghambat diriku untuk berkembang... " Jelas sang perempuan.
Namun lelaki didepannya malah mendengus sinis. "Sayangnya alasan itu terdengar seperti dibuat-buat ditelingaku" Ucapnya remeh.
Sang perempuan menggelengkan kepalanya lemah. "Maafkan aku menjadi egois... Tapi aku--ingin fokus pada impianku..."
"Kau tau bahwa aku sangat mencintaimu kan" Desis sang lelaki. Dia masih tak habis pikir dengan permintaan tiba-tiba sang wanita.
Karena acara kencan yang disusunnya begitu indah harus berubah menjadi mimpi buruk yang merupakan awal dari kisah mereka kedepan.
"Aku tau....Kau selalu mengatakannya padaku"
"Lalu mengapa kau masih bersikukuh untuk mengakhiri hubungan kita? Tidakkah cintaku ini cukup untukmu? Aku bersedia memberikan apapun yang kau minta. Tapi tidak dengan mengakhiri hubungan kita" Ucap sang lelaki dengan suara tertahan. Ia menjaga emosinya agar tidak meluap saat ini.
"Tapi hanya itu yang kuinginkan sekarang..." Putus sang perempuan lalu menegakkan tubuhnya. Ia memutar tubuh lalu berjalan meninggalkan sang kekasih yang sedang menatap penuh amarah.
Hingga tiba-tiba suara gebrakan meja membuat langkahnya tertahan. Ia menoleh kearah belakang dimana sang kekasih menatapnya lekat.
"Kau bisa pergi kali ini, tapi jangan lupakan jika aku tidak akan melepaskanmu... Aku membiarkanmu melakukan apapun untuk meraih apa yang kau sebutkan tadi..." Tukas lelaki itu dingin penuh ketegasan.
"Tapi ingat.... Aku tidak pernah setuju untuk mengakhiri hubungan kita..." Lanjutnya tajam lalu berdiri dan melangkah melewati sang kekasih yang sedang mematung tak percaya ditempatnya.
Lelaki yang sedang berada didalam mobil dan mengawasi dua pasangan yang dimabuk asmara itu memukul setir keras.
Hatinya terasa bergejolak. Sungguh setelah kenangan masa lalu yang baru saja terlintas membuatnya semakin ingin menghantam sesuatu untuk menyalurkan emosinya.
"Pembual.... " Desisnya datar.
"Alasanmu hanyalah bualan kitten...Kau membohongiku..." Mata memandang tajam pada bayangan dua sejoli yang saling merangkul satu sama lain.
"Kau akan mendapatkan hukuman dariku karena dengan beraninya memberikan apa yang menjadi milikku pada lelaki lain...."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
ChickLitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...