9. Tidak Percaya

2.7K 384 7
                                    

Tak ada yang pernah tau kapan musibah akan terjadi. Dan tak ada yang pernah tau kapan kemalangan akan dimulai. Karena setiap orang hanya akan menikmati keindahan saat ini, tanpa memikirkan bahwa rencana lain telah menunggu untuk mereka rasakan.

Hawa dingin terasa begitu menyengat menyentuh setiap pori-pori permukaan kulit yang tak tertutup kain.

Kelopak mata mulai bergerak mencari cahaya dari kegelapan yang merenggut ketidaksadaran yang cukup lama.

Tubuh mulai bergerak kaku melemaskan otot-otot yang terasa pegal karena berada diposisi yang sama sejak tadi.

Dan suara geraman terdengar dari bibir yang sedikit terbuka merasakan semua ketidaknyamanan yang ada.

Salah satu tanganku memegang kepala yang terasa pusing. Mataku mencoba terfokus pada objek yang berdiri tak jauh dari posisiku sekarang. Dan telapak tanganku yang lain bergerak meraba alas yang menjadi tempatku terbaring sekarang.

Aku tersadar bahwa tubuhku tengah terbaring disebuah ranjang seseorang yang tak ku ketahui.

Hingga suara lelaki yang dengan ponsel ditelinganya membuatku semakin yakin bahwa semua ini tidaklah mimpi belaka.

"Jangan biarkan dia lepas. Jika perlu ikat tangan dan kakinya" Aku tak mengerti apa yang diucapkan lelaki itu dengan sesorang diseberang ponselnya.

"Kau tidak perlu menghajarnya lagi. Sudah cukup luka yang kalian berikan, tapi jika dia terus memberontak aku memperbolehkan kalian melakukannya" Ujar lelaki itu seperti perintah.

"Siapa kau...?" Tanyaku menuntut pada sosok yang memberikan punggungnya padaku. Dia membelakangiku sehingga aku tak bisa melihat wajahnya.

Ponsel yang semula berada ditelinganya kini sudah turun dan diletakkan disaku celana miliknya.

"Kau sudah sadar, kitten....?"

Entah mengapa pertanyaan itu terdengar menjengkelkan untukku.

"Aku bertanya siapa kau? Dan mengapa kau melakukan ini padaku dan kekasihku?" Suaraku terdengar sedikit meninggi karena adrenalin yang meningkat akibat emosi.

"Kau tidak mengenali suaraku, kitten...?" Tanyanya menantang yang semakin membuatku tak suka.

"Berhenti banyak bicara dan jawab pertanyaanku" Desakku pada lelaki yang masih setia memunggungiku.

"Ahh... Terasa sedikit menyedihkan ketika kau melupakanku..." Balas lelaki itu dengan nada mengolok.

Aku sudah tak mampu untuk menunggu lelaki itu. Maka dengan gerakan cepat aku turun dari ranjang. Kakiku melangkah tergesa untuk mencapai pintu melewati lelaki yang berdiri ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun.

Sayangnya ketika tanganku hendak memutar tuas pintu, lelaki itu menarik tubuhku hingga membuat berputar menghadapnya.

"Kau tidak akan pergi kemanapun" Geram nya dengan suara dalam.

Namun aku tak memperdulikan ucapannya. Aku hanya peduli dengan wajahnya yang sungguh membuatku tak percaya dengan semua yang terjadi padaku.

"K-kau...." Ucapku dengan suara terbata.

Seringaian puas tercipta dibibir lelaki itu.

"Ohh... Sekarang kau sudah mengenaliku, kitten...?"

Sungguh aku tak menyangka jika seseorang dari masalalu ku Masa lalu yang ku kira telah usai, nyatanya masih memberikan kisah lanjutan yang mengerikan.

"Bagaimana....bisa...."

"Sudah sangat lama bukan..." Ujarnya lalu menarik tubuh sang wanita untuk lebih dekat dengannya.

"Akhirnya.... Kita bisa saling dekat dengan kau yang mengenaliku" Lanjut lelaki itu.

Dia mendekatkan wajahnya untuk menghirup surai harum sang wanita. "Aku merindukanmu..." Bisiknya membuat Ruby merasa tidak nyaman. Perempuan itu mencoba membuat jarak dengan menjauhkan kepalanya.

"Hubungan kita sudah berakhir sejak lama..." Ucapku pelan mencoba membuatnya ingat.

"Bukankah saat itu aku mengatakan bahwa tidak setuju dengan mengakhiri hubungan kita, apa kau pikir aku bercanda, kitten...?"

Ku gelengkan kepalaku tak percaya. "Aku---sudah memiliki kekasih yang kucintai"

Bibirku mendesis ketika merasakan lenganku yang diremas kuat oleh lelaki didepanku.

"Kau pembohong. Aku mengatakan ingin mengakhiri hubungan kita untuk mengejar impianmu. Namun nyatanya apa? Kau malah memadu kasih dengan lelaki lain, kitten..." Ujarnya penuh tekanan disetiap kata yang terucap.

"Kau membuatku kecewa..." Lanjutnya dengan nada yang teramat datar.

"Aku sudah tidak memiliki perasaan padamu.... Jadi kumohon lepaskan kami, aku—aku mencintai kekasihku, Eric..."

Tatapan tajam yang seperti ingin mengulitiku sedikit membuat nyaliku menciut. Kini tangan kanannya berada dirahangku, lalu dengan kasar ia mencengkeramnya dan membuatku menghadap wajahnya yang mengeras.

"Tidak. Aku tak akan melepaskanmu. Apa yang telah menjadi milikku akan selalu menjadi milikku" Ucapnya tegas.

Kelopak mataku terasa berkaca-kaca karena air mata yang mengenang. Sungguh jika ini adalah mimpi buruk aku ingin segera bangun dan terbebas dengan lelaki ini.

"Aku....tidak percaya...jika kau...akan melakukan...hal...serendah ini...Victor Hart..." Ujarku dengan sekuat tenaga karena lelaki itu mencengkeram wajahku dengan begitu kuat.

Lelaki itu memajukan wajahnya hingga aku bisa merasakan hawa napasnya dipermukaan kulitku sebelum berucap dalam.

"Kau tau, kitten... Sekarang aku benar-benar ingin menghukum mu..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang