Duniaku telah berubah. Sekarang aku mengerti bahwa orang dengan paras rupawan akan mendapatkan perlakuan khusus.
Sungguh ironi....
Tidak masuk akal memang ketika seseorang memperlakukan yang lain hanya karena nilai ukur tertentu. Paras rupawan, kekayaan dan kecerdasan. Sangat memuakkan.
Seseorang akan diterima dalam lingkungan sosial apabila memiliki salah satu dari aspek tersebut. Dielu-elukan bak dewa dan hidupnya akan sempurna.
Banyak yang mengatakan, jika kau tidak pintar setidaknya kau perlu memiliki wajah yang menarik dengan tubuh proposional.
Karena seburuk apapun perilakumu, semua itu akan terampuni dengan wajah rupawan yang kau miliki.
Namun aku merasa yang buruk adalah orang yang berpemikiran demikian.
Aneh. Mengapa harus ada standart dalam memperlakukan orang lain.
Bukankah manusia memang harus saling memperlakukan satu sama lain dengan baik.
Terlepas dari bagaimana rupamu, kecerdasanmu, bentuk tubuhmu, dan kekayaanmu, semua orang memiliki hak untuk diterima dan diperlakukan baik.
Sayangnya realita tak bekerja seperti itu. Terkadang orang memang suka membuat standart mereka sendiri untuk membenarkan perlakuan busuk yang dimiliki.
Sangat lucu....
Itulah yang terjadi padaku. Dulu mereka sering mengolokku dengan si cupu yang memakai kawat gigi dan kaca mata.
Membuatku terkucil hingga aku tak bisa mengembangkan diriku. Semuanya menertawakanku dan menatapku sinis. Seakan mereka tidak ingin melihat ketika aku mendapatkan apa yang kuinginkan.
Aku lelah. Hingga suatu ketika orangtuaku mengajak untuk pindah.
Disaat itu aku bertekad untuk memperbaiki diri. Aku melepas kawat gigi dan mengganti kecamataku dengan lensa kontak.
Dan diawal kepindahan, disitulah aku merasakan bagaimana perbedaannya.
Tak ada lagi olokan culun atau si kacamata cupu lagi. Tak ada lagi tertawa mengejek maupun tatapan sinis yang menghakimi.
Semenjak itu, rasa percaya diriku mulai membaik. Aku mulai dapat bergaul dengan teman-teman yang lain dan mengambil ektrakurikuler untuk mengembangkan diri.
Entahlah aku tak paham mengapa hidupku berubah sedrastis ini hanya karena aku melepas kawat gigi, menggunakan lensa kontak, dan berpakaian modis.
But well,... thats how this sociaty works...
Ketika kau berparas rupawan maka komunitas akan melebarkan kedua tangannya menyambutmu.
Namun lebih dari itu, ada perasaan menyesal. Ada hal yang ku sesali. Aku merasa lebih baik menjadi seseorang yang tak begitu dikenal banyak orang.
Karena menurutku, semakin banyak orang mengetahuimu, maka semakin menakutkan.
Aku tau tidak semua orang merasakan hal seperti itu, tapi aku memang merasakannya. Sehingga aku tidak begitu bersosialisasi dengan yang lain. Hanya beberapa orang yang ku ajak berinteraksi.
Seperti sekarang ini, aku merasa gelisah akan sesuatu. Suatu hal yang mengangguku namun sayangnya aku tak memiliki kebenaran pasti.
"Ada apa By, kenapa kau menengok ke belakang terus? Ada sesuatu yang membuatku menatap pintu selama beberapa kali?"
Itu adalah suara Eric. Teman sekelasku yang juga sekaligus menjadi partner mengerjakan tugas proyek dari Mr. Elard.
Ku gelengkan kepalaku pelan. "Tidak ada Ric" Balasku singkat.
"Kau serius? Karena ku perhatikan kau seperti ketakutan By"
Jujur aku memang merasa takut. Akhir-akhir ini aku merasa sedang diikuti oleh seseorang. Baik sendirian ataupun bersama teman.
Namun itu masih prasangka ku.
"Tidak ada, mungkin hanya kucing" Balasku asal.
Pemuda itu mengangguk paham. "Baiklah, ayo kita selesaikan. Hari sudah semakin malam"
***
Sayangnya proyek yang kami kerjakan tidak selesai seperti yang diharapkan.
Banyak hal yang perlu diperbaiki agar memberikan hasil yang sempurna untuk ditunjukkan pada Mr. Elard.
Dan ya, jika seperti ini maka kami akan meluangkan waktu lagi esok.
"Kau pulang dengan siapa?" Tanya Eric. Keduanya tengah berjalan bersama meninggalkan area kampus.
"Mungkin aku akan menaiki bus"
"Jangan" Sergah Eric. "Biar aku antar, ini sudah terlalu malam untuk seorang perempuan menaiki transportasi umum seorang diri"
"Tidak perlu Ric, aku juga sudah terbiasa. Kau tak perlu khawatir...."
Pemuda itu berdecak kecil. "Kenapa kau tidak bisa dikhawatirkan... Aku tidak perduli, mau tidak mau aku akan tetap mengantarmu pulang" Putusnya final.
Aku menghembuskan napas pasrah. Ya, dia benar. Eric memang memiliki niat yang baik. Namun aku merasa tidak enak karena terus merepotkannya ketika kami mengerjakan proyek bersama.
Kami melangkah hingga parkiran dimana mobil Eric berada. Dan yang membuatku selalu terkagum padanya adalah dia selalu membukakan pintu untukku.
"Terimakasih...." Ucapku yang mendapatkan senyum manisnya.
Eric berjalan mengitari mobil untuk mencapai tempat duduk kemudi. Setelahnya ia menyalakan mesin lalu mengantarkan Ruby ke rumahnya.
Namun tanpa diketahui sebuah mobil sedan berwarna hitam terus mengikuti keduanya dari arah belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
ChickLitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...