27. Perubahan

1.6K 221 13
                                    

Pagi ini cukup berbeda dengan kemarin. Tak ada suara dari dentingan sendok ataupun bau semerbak dari hidangan yang disajikan.

Yang ada hanyalah sebuah pelukan erat penuh ketidakrelaan untuk melepas sesorang yang dicintai.

Wanita tua itu tak mampu untuk melepas seseorang yang baru dikenalnya. Seseorang yang membuatnya kembali menjalani hidup tanpa kesepian selama beberapa hari ini.

"Sampai kapan nenek harus memeluknya tanpa ada keinginan untuk melepaskan?" Pertanyaan Victor itu mendapatkan tatapan sinis dari Nenek Rosalin.

"Mulutmu itu apa tidak bisa mengucapkan kata dengan nada yang enak didengar."

Victor memutar bola matanya malas. "Kita sudah seperti ini sejak 10 menit yang lalu."

"Bisakah kau diam. Jangan menganggu waktuku dengan calon cucu mantu."

Decihan pelan keluar dari bibir lelaki itu. "Bisakah nenek melepasnya sekarang? Kami harus segera pergi, selain itu apa nenek tidak kasihan pada Ruby yang sesak akibat pelukan nenek?"

"Astaga, kenapa aku harus memiliki cucu durhaka sepertimu." Keluh nenek Rosalin namun tidak membuat Victor terpengaruh.

Aku pun hanya diam. Tak ada niatan untuk ikut dalam pembicaraan nenek dan cucu itu yang cukup ekstrem menurutku.

Cara mereka berkomunikasi berbeda dari kebanyakan keluarga. Mereka menyampaikan kasih sayangnya dengan cara lain yang membuatku paham mengenai sifat Victor.

"Dia sangat menganggu." Bisik Nenek Rosalin di telinga Ruby. Wanita tua itu kini melepaskan rengkuhannya.

Aku tersenyum saat memandang wajah renta namun tetap memancarkan kecantikan itu.

"Terimakasih sudah menyambut Ruby. Memperlakukan Ruby dengan sangat baik disini." Tukasku tulus.

"Jangan berbicara seperti itu. Kau sudah ku anggap seperti cucu ku sendiri."

Deheman cukup keras membuat keduanya menoleh ke sumber suara. Disana Victor tengah menampilkan wajah malasnya sembari bersedekap tangan.

"Lihatlah, bagaimana bisa kau memilih lelaki tak memiliki sopan santun ini sebagai kekasihmu." Ucap Nenek Rosalin yang kali ini sengaja lebih keras agar terdengar oleh Victor.

"Ayolah, ini bukan seperti perpisahan yang tak akan bertemu kembali."

"Maka dari itu, sering-sering lah membawa Ruby berkunjung. Jadi aku tidak perlu merasa kesepian setiap waktu."

"Aku tidak bisa berjanji karena pekerjaanku cukup padat."

"Alasan."

Victor menghembuskan napas dalam. Ia memilih untuk berhenti menanggapi kalimat neneknya yang sangat cerewet itu.

Lelaki itu melangkah lebih dulu seolah memberikan suatu sinyal pada sang wanita bahwa sudah saatnya untuk pergi.

Aku yang melihat pergerakan Victor pun paham arti dari bahasa tubuhnya. Sudah saatnya kami kembali kerumah lelaki itu karena beberapa pekerjaan telah menunggunya.

"Ruby harus pergi..."

Nenek Rosalin mengangguk sebelum kembali memeluk tubuh wanita muda itu. "Aku akan merindukanmu...."

Ku balas pelukan nenek Rosalin. "Ruby juga akan merindukan nenek..."

Rengkuhan nenek Rosalin telah terlepas dan digantikan oleh pegangan erat dikedua tanganku. "Sering-seringlah bermain ke rumah ini. Dan jika Victor menolak untuk mengantarmu maka minta tolonglah pada Robb."

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang