34. Hati Yang Membatu

2.2K 280 160
                                    

Hai, chapter sebelumnya cukup rame jadi aku ngebut biar nyelesaiin chapter ini...

Anyway, harapan kalian apa buat hubungan mereka berdua...?

Apa setelah chapter ini Victor masih layak mendapatkan cinta Ruby?

Dan kenapa sampe sejauh ini ga ada yang hujat Victor?

Apa disini pada membenarkan perilaku seseorang yang berbuat kejam?

Bukankah perilaku kejam itu dalam bentuk dan alasan apapun seharusnya tidak boleh dilakukan?

Well aku cuma pengen tau pemikiran kalian.

Happy Reading🍒🍒

***

"BUKA...!! BUKA PINTUNYA...!!

Tanganku terus menggedor kuat dengan berteriak keras meminta untuk dibukakan pintu.

Ya, setelah penjaga itu memaksaku untuk masuk ke kamar, dia dengan cepat menutup pintu dan mengunciku didalam sini.

Tak peduli jika hal tersebut hanyalah sia-sia, aku terus menggedornya dengan kepercayaan bahwa Eric tidak akan meninggalkanku.

Dia tidak akan meninggalkanku dengan cintanya yang begitu besar terhadapku.

"SIAPAPUN DISANA, BUKA PINTUNYA...!! Aku mohon buka pintunya..."

Di akhir kalimat aku memelankan suara bersamaan dengan tangis dan putus asa. Tubuhku terduduk dilantai dengan tangan yang memukul pintu namun tak sekuat tadi.

"Aku harus melihatnya... Aku ingin melihatnya... Ku mohon buka pintunya..." Aku berucap dengan nada memohon yang begitu pilu karena bercampur dengan isak tangis yang tak berhenti.

Hingga ketika suara pintu yang terbuka membuat ku segera menegakkan tubuh dengan sebuah harapan yang kembali tumbuh.

Namun sayangnya, sosok yang berada didepanku saat ini adalah seseorang yang begitu sangat ku benci dan tak ku harapkan keberadaannya.

Kaki ku entah mengapa secara otomatis melangkah kebelakang disetiap langkah yang dia ambil untuk mendekatiku.

Iblis itu memandangku dengan tatapan menusuk dalam. Wajahnya tak sedikitpun mengendur sejak bagaimana dia menghabisi Eric dengan kemarahannya.

"Kau menjijikkan... "Desisku pelan dengan menatapnya begitu waspada.

"Lebih menjijikkan siapa yang berhubungan badan dengan orang lain tapi masih ingin kembali pada kekasihnya yang bodoh. Bukankah sepatutnya kata-kata itu untukmu..." Ujar Victor merendahkan. Kakinya terus melangkah mendekat, dengan kedua mata yang memerah akibat amarah yang bercampur kekecewaan mendalam.

Aku pun menolak gagasannya. Aku tidak mau setuju dengan apa yang dia ungkapkan karena paksaan yang iblis itu lakukan padaku. Meskipun disatu sisi hatiku pernah berkhianat karena pernah menerima setiap sentuhan yang dia berikan padaku.

Tapi hal itu tidak menutup kenyataan bahwa aku tetaplah membencinya. Terlebih ketika kejadian beberapa menit lalu yang terjadi tepat dimataku sendiri. Bagaimana sifat iblisnya yang keluar dan membuat rasa benciku semakin tidak terbendung lagi.

"Aku sangat membencimu... "

"Dan aku sangat mencintaimu yang sayangnya kau mengkhianati rasa yang telah ku berikan padamu." Lelaki itu menghentikan langkahnya hingga memberikan jarak yang cukup membentangkan keduanya.

"Kau tau, yang membunuh lelaki itu bukanlah aku. Namun dirimu yang mendorongnya hingga membuatku tak memiliki pilihan lain. Jadi, bukankah dapat dikatakan bahwa kau sendiri yang secara tidak langsung membunuhnya?" Victor membuat iblis itu menampilkan seringaian yang begitu meremehkan.

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang