Lelaki itu berjalan mendekat sedangkan aku masih berdiri kaku ditempat. Ada perasaan tak percaya saat melihatnya berjalan ke arahku saat ini. Seperti sebuah kemustahilan yang tidak mungkin terjadi.
"Bagaimana kau bisa--"
Eric memotong kalimat sang wanita karena ia tau mengenai hal yang berputar di pikiran sang wanita.
"Para penjaga itu cukup bodoh untuk ditipu.Mereka mempercayai ucapanku hingga lalai untuk mengambil kembali kuncinya." Jelas Eric pada sang wanita.
Tepat berada dihadapan Ruby, Eric menatap wajah kekasihnya penuh dengan kekhawatiran ketika mendapatkan bekas keunguan di pipi sang wanita.
Seketika amarahnya mencuat ingin memukul bajingan yang membuat wanita tercintanya ini harus merasakan sakit.
"Siapa yang melakukannya." Tanya Eric mengeram rendah. Jemarinya membelai lembut dengan kehati-hatian pada bekas-bekas yang masih terlihat cukup jelas di wajah Ruby.
"Ini--bukan masalah," Lirih ku menenangkan.
"Bagaimana bisa kau mengatakan bukan masalah. Aku bahkan tau jika saat ini kau menahan kesakitan itu." Balas Eric tidak terima. Ia paham betul bagaimana Ruby yang menggigit bibir bawahnya saat ibu jarinya membelai bekas luka keunguan itu.
Mataku mulai berkaca-kaca. Eric bahkan begitu peka akan apa yang ku rasakan saat ini. Dan itulah mengapa aku menerima perasaannya. Karena ia selalu ada di sisiku untuk mengerti dan mendengarkan semua kejanggalan hatiku.
"Kau benar," Air mataku jatuh. Seolah tengah mengadu padanya akan apa yang ku alami selama ini. "Ini--sangatlah sakit, Ric. Aku sangat kesakitan dengan luka-luka ini."
"Maaf, aku tidak ada disana untuk melindungimu."
Dan ketika Eric membawa diriku kedalam pelukannya, disaat itu air mataku telah terjun bebas hingga membasahi baju yang dia kenakan.
"Dia--dia menyakitiku. Dia terus menyakitiku, Ric. Aku kesakitan, setiap hari aku kesakitan karena dia." Aduku pada Eric dengan tangis yang semakin menjadi.
"Aku minta maaf karena membuatmu merasakan kesakitan ini sendiri... Maafkan aku, By." Ucap Eric penuh penyesalan. Bagaimana bisa ia membiarkan Ruby merasakan rasa sakit itu sendiri? Sungguh dia merasa seperti kekasih yang tidak berguna.
"Sungguh, aku ingin membalaskannya untukmu. Tapi kita harus menyelamatkan diri untuk saat ini. Karena aku yakin, penjaga bodoh itu pasti akan menyadari jika aku tidak ada dari sana."
Ku dongakkan kepalaku menatapnya dengan sisa tangisan yang berganti sesenggukan kecil.
Entahlah tapi ada keraguan yang menyelimuti hatiku. Mungkin karena aku tau bahwa sekeras apapun mencoba, ketika Victor tidak mengijinkan maka kami tidak akan pernah bisa lepas dari rumah ini.
"Kenapa? Apa kau takut?"
Sontak aku menganggukkan kepala ditengah usaha untuk menenangkan diri.
"Tidak apa, sekarang ada aku yang akan melindungimu."
"Tapi mereka tersebar di seluruh penjuru rumah ini, Ric. Kita tidak akan bisa melewatinya. Mereka terlalu banyak." Jelasku padanya menggambarkan bagaimana keadaan rumah yang memiliki penjaga disetiap sudutnya.
"Tenanglah, aku akan mencari cara. Jadi percaya padaku, By."
Dengan sedikit menimbang ku iyakan ajakannya. Karena bukankah hal itu yang selama ini ku inginkan, pergi dari tempat ini dan melanjutkan hidup dengan bahagia.
"Baiklah. Aku percaya padamu, Ric."
Dan semoga semesta melindungi kita...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
Chick-LitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...