11. Menantang

2.7K 362 0
                                    

"Tuan Victor memerintahkan saya untuk membawakan makanan kekamar, Nona..."

Aku melihat seorang perempuan muda yang tengah membawa nampan berisikan makanan dan minuman. Dia terlihat cantik dengan usia yang kupastikan lebih muda dariku.

"Ehm.... Makanannya saya letakkan diatas nakas, Nona... Tuan Victor berpesan agar Nona menghabiskan makanannya..." Jelas perempuan itu sopan.

"Saya permisi..." Pamitnya yang tak mendapat respon apapun dari wanita yang hanya menatap lurus pada objek tak tentu.

Hingga sebelum menutup pintu perempuan itu berbalik karena pertanyaan yang masuk dalam indra pendengarannya.

"Siapa namamu?"

"Nama saya Kyra, Nona..." Jawab perempuan muda itu sopan.

"Kau sudah lama bekerja disini?"

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya Nona, saya sudah bekerja dengan Tuan Victor selama 5 tahun untuk menggantikan ibu saya yang sudah tua"

Aku diam tak menanggapi. Pikiranku sibuk akan sesuatu yang berputar disana.

"Ehmm... Saya permisi dulu, Nona... Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan... "Pamitnya dengan perlahan menutup pintu. Namun sebelum pintu itu benar-benar tertutup, Kyra mengeluarkan suara untuk yang terakhir kali.

"Saya mohon agar Nona mematuhi perintah yang Tuan berikan, karena saya tidak ingin Nona mendapatkan hukuman nanti..."

Sayangnya aku bernar-benar tak peduli dengan lelaki itu. Aku tak peduli dengan semua ucapannya. Dan aku juga tak peduli dengan perintah yang dia berikan. Karena hatiku sudah terlalu kebas dengan pemaksaan yang dia lakukan.

Sudah dua hari ini, ia tak bertemu denganku. Hanya pelayannya saja yang datang untuk membawakan makanan yang tak ku sentuh sama sekali. Aku benar-benar tak bernapsu untuk makan.

Yang aku pikirkan hanyalah pergi dari tempat ini bersama dengan Eric.

Tiba-tiba dadaku terasa begitu nyeri saat memikirkannya. Aku merasa bersalah pada Eric. Ia mendapatkan penyiksaan seperti ini karenaku. Eric begitu baik hingga tak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu.

Tanganku mengepal erat. Aku benar-benar tak percaya dengan Victor. Bagaimana bisa ia melukai orang lain hanya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sungguh lelaki itu memiliki sakit mental yang mengerikan.

Jika seperti ini pada akhirnya aku hanya memilih mengistirahatkan diri. Menutup mataku dan berharap saat aku terbangun hal mengerikan ini hanyalah sebuah mimpi belaka. Mimpi buruk yang akan hilang ketika kedua mataku kembali terbuka.

Perlahan rasa kantuk menelan kesadaranku dan berganti pada alam mimpi yang menjadi satu-satunya harapanku untuk beranggapan bahwa ini hanyalah semu.

***

Dahi ku mengernyit ketika mendengar suara gaduh yang mengganggu tidur lelapku. Mataku berkedip pelan sembari memindai kesadaran yang belum sepenuhnya pulih.

Setelahnya pandanganku mengedar keseluruh ruangan dan mendapatkan kenyataan menyakitkan bahwa semua ini bukanlah semu belaka. Semua yang terjadi bukanlah mimpi melainkan sebuah kenyataan yang mengerikan.

Sekarang hanya ada penyesalan yang menemani ketidakmampuanku.

Harusnya aku tak perlu pergi. Harusnya aku tak perlu menyeret Eric untuk berhubungan denganku. Harusnya aku tak perlu bermimpi terlalu tinggi.

Dan harusnya....harusnya aku tak perlu mengenal lelaki itu. Aku—tak perlu mengenal Victor dalam hidupku.

Tiba-tiba perutku merasakan melilit yang sangat sakit. Sepertinya ini karena aku tak makan selama hampir dua hari ini.

Ku tolehkan kepalaku kearah samping dan mengetahui bahwa makanan yang ditinggalkan perempuan bernama Kyra tadi sudah tak ada disana.

Ahh.... Sepertinya waktu telah berganti dan saatnya untuk perempuan itu menyiapkan makan malam.

Tak berselang lama, jantungku terpelonjak karena pintu yang terbuka dengan keras.

Disana aku melihat Victor dengan wajahnya yang dingin tengah membawa sebuah nampan ditangannya.

Dia berjalan mendekat bersamaan wajah yang tak berubah sedikitpun. Dalam sudut hatiku aku merasa takut, namun aku tak menunjukkannya.

Aku menatap Victor dengan wajah tak kalah dingin. Seakan tak memiliki emosi apapun saat berhadapan dengannya.

"Makan" Ucapnya yang seperti memerintah. Ia menyodorkan sepiring nasi setelah meletakkan nampan diatas nakas.

Namun aku tetap diam tanpa berniat menerima piring yang diberikannya tepat dihadapanku.

"Aku bilang makan"

Suaranya berubah serak karena menahan amarah yang mulai mencuat.

"Aku tak mau" Balasku singkat seolah menantang lelaki itu.

"Jangan mengujiku, kitten...Karena aku tak sesabar itu..." Ujarnya menekan setiap kata.

Lelaki itu tanpa mengeluarkan suara lagi menggerakkan jemarinya untuk menyendok hidangan yang telah disiapkan Kyra ditangannya itu.

"Buka mulutmu" Perintahnya ketika membawa suapan didepan mulut sang perempuan.

"Apa kau tuli? Buka mulutmu Ruby" Ulangnya ketika sang perempuan tak kunjung melakukan apa yang diperintahkan.

"Aku tidak mau makan..!" Ujarku dengan nada meninggi lalu menepis tangannya hingga membuat sendok yang berisikan makanan berserakan dilantai.

Victor mengikuti arah pandang sendok yang tergeletak di lantai sebelum berganti menatap sang wanita dengan nyalang.

"Kau benar-benar ingin melihat kemurkaan ku"

Dengan cepat lelaki itu menarik tangan Ruby untuk turun dari ranjang. Hingga membuat sang wanita mendesis kesakitan karena begitu kuat Victor menyentuh tangannya.

Aku terus meronta untuk dilepaskan namun semakin aku meronta maka semakin menyakitkan Victor memegang tanganku.

Aku mengikuti langkahnya dengan terseok keluar dari kamar yang selama beberapa hari ini menjadi penjaraku.

"Lepas...!!Kau akan membawaku kemana..!!" Teriakku mengundang beberapa orang yang pelayan dan penjaga di rumahnya.

"Aku tidak mau ikut denganmu...!! Lepaskan..!!" Aku terus memberontak berharap bahwa usahaku akan berbuah hasil.

Victor terus berjalan tanpa memperdulikan teriakan dari wanita yang tengah ia paksa untuk mengikuti langkahnya.

Hingga ketika ia membuka pintu dari tempat yang menjadi tujuannya, disitu Victor melepas cengkeramannya dan mendorong Ruby untuk masuk keruangan itu.

"Aku akan menunjukkanmu bagaimana kemarahanku yang sebenarnya..." Ucapnya dingin. Ia terus berjalan mendekat pada wanita yang beringsut menjauh ketakutan. 

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang