16. Sampah

2.2K 344 26
                                    

Di ruang makan dengan cahaya lampu yang temaran, aku mengambil sebuah gelas lalu membuka lemari pendingin.

Ku tuangkan botol berisikan air dingin kedalam gelas yang telah ku ambiil tadi sebelum melangkah untuk mendudukkan diri di kursi makan.

Rasa segar mengalir membasahi tenggorokan ketika menenggak air dingin itu hingga tandas. Aku duduk termenung di tempat itu selama beberapa saat.

Ada keinginan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurku yang sempat tertunda, namun urung karena teringat bahwa disana, diranjang yang ku gunakan terdapat seseorang yang ku benci sedang terlelap.

Jadi sepertinya disini lebih baik dari pada harus berbagi ruang dan udara yang sama dengan lelaki itu.

Tanganku terangkat diatas meja sebagai tumpuhan kepala. Kepala ku perlahan merendah sebelum meletakkannya ditanganku. Perlahan aku mencoba untuk menutup mata karena kantuk sudah semakin mendera.

Sayangnya baru beberapa saat aku menyelami alam mimpi, tubuhku terasa melayang di udara. Sekuat tenaga aku mencoba membuka kedua kelopak mataku yang terasa begitu berat.

Dengan pandangan yang sayup-sayup menangkap wajah buram dari seseorang yang menatap lurus kedepan. Aku mencoba menajamkan pandangan mencari tahu sosok yang tengah membawa tubuhku.

Namun setelah pertanyaan itu terjawab, dengan cepat aku menggerakkan tubuhku, memberontak agar lelaki itu menurunkanku.

"Lepas...!!! Apa yang akan kau lakukan padaku...!!!Teriakku tertahan dengan mencoba melepaskan diri dari gendongannya. Kedua tangan lelaki itu berada di punggung dan kaki ku untuk menopang berat badanku.

Dia tidak menjawab namun tetap terus melanjutkan langkahnya.

"Turunkan aku...!!! Lepas...!!" Kali ini aku berucap dengan nada panik dan ketakutan. "Aku tidak mau dihukum lagi... Lepaskan aku...." Pintaku dengan nada memohon.

Victor menghentikan langkah lalu menatap Ruby dengan pandangan yang tak dapat diartikan. Mendengar bagaimana Ruby ketakutan dan permintaan memohonnya memberikan pukulan terhadap diri lelaki itu.

Ia tidak pernah mengira bahwa kesalahannya begitu membekas hingga membuat Ruby begitu ketakutan.

"Tenanglah, aku tidak akan melakukan sesuatu padamu" Jelasnya pelan.

Sayangnya aku tidak percaya. Sekali brengsek akan tetap selamanya seperti itu, jadi besar kemungkinan bahwa lelaki itu akan melakukan hal bejat kembali padaku.

"Tidak...!! Aku tidak percaya. Lepaskan tanganmu dari tubuhku...!!" Pintaku seperti memerintah.

Lelaki itu tetap berada di posisi yang sama tanpa ada niat sedikitpun melakukan apa yang diucapkan Ruby.

"Percaya padaku. Malam itu adalah kesalahan yang tak seharusnya kau rasakan"

"Brengsek...!! Kau memang brengsek...!!!Bajingan...!!" Teriakku keras menatap wajahnya saat dia kembali membuatku teringat terhadap kejadian di malam mengerikan itu.

Aku semakin menggila menggerakkan tubuhku sembari memberi pukulan keras didadanya, namun ketika mendengar desisan yang terucap dibibirnya seketika aku berhenti.

"Jangan bergerak terlalu banyak, itu sedikit membuat punggungku terasa sakit" Ujarnya seperti meminta saat merasakan sengatan yang teramat sangat di punggungnya. Dia berbohong ketika berbicara sedikit sakit, karena kenyataan mengatakan sebaliknya.

Dan entah apa yang menyihirku hingga aku mengikuti ucapannya. Aku menurut dengan tidak memberontak seperti sebelumnya.

Aku terus berdiam menatap wajahnya dari bawah hingga lelaki itu melanjutkan langkahnya membawaku kembali ke kamar.

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang