2. Pilih Kasih

5.1K 497 21
                                    

Ayo kita selesaikan cerita ini karena setiap liat sosmed semakin amburadul pikiranku

***

Hari ini terasa begitu melelahkan. Apalagi ketika belajar dengan Mrs. Aira. Sungguh beliau tidak memberikan jeda untuk sekedar membuat otakku bernapas sebentar.

"Ada yang ditanyakan?" Tanya Mrs. Aira dan langsung dijawab tidak oleh satu kelas.

"Baiklah jika tidak ada, saya akhiri pertemuan hari ini. Jangan lupa untuk mengerjakan tugas minggu depan, karena jika tidak nilai kalian akan kosong" Itu adalah pesan terakhir dari Mrs. Aira sebelum meninggalkan kelas.

Dan akhirnya aku bisa bernapas lega. Maksudku bukan hanya diriku, namun semua anak juga merasa lega dengan berakhirnya kelas Mrs. Aira.

"Kau akan ke kantin hari ini, By?"

Aku yang tengah membereskan alat tulisku ke dalam tas, berhenti sejenak. "Iya Luna, karena cacing diperutku meronta ingin diberi makan"

Dia adalah Luna, teman satu bangku ku dan cukup dekat denganku.

"Aku cukup kaget dengan jawabanmu, By. Karena biasanya kau akan menolak dan lebih memilih ke perpustakaan"

"Itu karena kelas Mrs. Aira menguras banyak tenaga, jadi hari ini aku berpikir lebih baik ke kantin daripada perpustakaan"

"Kau benar, kesehatan itu nomor satu. Itulah mengapa aku selalu mengisi perutku daripada otakku" Cengirnya tanpa dosa.

***

Menu hari ini adalah sepotong roti sandwich dengan satu kaleng minuman dingin.

Kami menikmati makanan itu dengan cukup lahap karena perut yang sangat lapar. Namun ditengah-tengah kunyahanku, Luna berbicara.

"Ku perhatikan kalian terlihat semakin dekat..."

Aku yang semula sibuk mengunyah makananku kini menatap temanku heran. "Siapa...?" Tanyaku dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.

Luna tidak menjawab, lalu aku mengikuti arah pandangnya pada gerombolan lelaki didepan meja kami.

"Kau dan Eric... Kalian semakin sering menghabiskan waktu berdua" Balas Luna dengan memutus pandangannya.

"Ohh, itu karena proyek dari Mr. Elard yang mengharuskan kami selalu bersama" Jelasku.

Kini Luna memandangku dengan tatapannya yang menyebalkan. "Tapi disamping itu kau menyukainya kan...?"

Sungguh aku ingin mencabut rambut alisnya ketika dengan menjengkelkan ia menggerakkan keatas dan kebawah.

Bibirku berdecak kecil. "Berhenti menyebalkan Luna..." Peringat ku namun tak digubrisnya.

"Ayolah, By... Jujurlah... Menurutmu Eric orang yang seperti apa...?"

Ku pejamkan mataku sebentar sebelum menatapnya jengkel. Perempuan ini tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Okeyy... Kau akan mendapatkan jawabannya..." Desisku pelan. "Menurutku--Eric pemuda yang baik.." Jawabku singkat.

"Dan...?"

"Maksudmu?"

"Dan apa By? Tidak mungkin dia hanya baik bukan..."

"Dan...cukup--tampan...?" Tambahku tak ragu membuat Luna semakin merekahkan senyumnya.

"Kau menyukainya?" Tanya Luna.

Aku mengalihkan pandanganku untuk menatap Eric yang ternyata tanpa ku sangka dia juga menatapku. Dia menyunggingkan senyuman yang dapat membuat siapa saja meleleh seketika.

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang