4. Lelaki Misterius

3.2K 412 6
                                    

Percikan cinta semakin tercipta diantara hubungan kami. Gelora yang terjadi membuat kami menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

Eric juga semakin sering datang berkunjung kerumah, baik untuk sekedar mampir atau mengajakku keluar.

Dari awal, Ibu dan ayah juga telah mengetahui hubunganku dengan Eric. Mereka tidak berkomentar apapun namun tetap mendukung hubungan kami.

Hal itu sedikit membuatku heran karena dulu ibu melarang keras hubunganku dengan kekasihku sebelumnya.

Mungkin mereka menilai bahwa Eric memberikan pengaruh positif padaku hingga merestui hubungan kami.

Dan yang membuatku cukup terkejut ialah ketika Ibu memperbolehkanku menghadiri acara prom night dengannya.

Karena biasanya ibu lebih memilih untuk mengantarku daripada membiarkanku pergi dengan orang lain, terlebih dengan teman lelaki.

Namun kali ini berbeda. Seakan ibu telah menaruh kepercayaannya pada Eric.

Sungguh aku sangat takjub dengan kepiawaian Eric dalam mengambil hati orang lain.

Tutur katanya yang akrab dan tetap sopan, tingkah lakunya yang baik dan perhatian, semua itu adalah bagaimana dia membuat orang lain menyukainya.

Sepertinya, mungkin setelah ini aku akan meminta Eric untuk mengajariku. Karena sungguh aku sangat buruk untuk itu.

"Jangan pulang terlalu malam, Nak Eric...." Pesan ibu didepan rumah saat mengantarkanku untuk memasuki mobil Eric.

"Baik bu... Nanti ketika acara sudah selesai, Ruby akan segera sampai di rumah..." Balas lelaki itu.

Ibu sedikit mendongakkan kepala untuk bisa melihatku yang sudah duduk di kursi penumpang.

"Jangan lupa menghubungi ibu jika terjadi sesuatu, Ruby..."

Pesan itu mendapatkan jawaban iya dariku. "Baik Bu, Ruby akan menghubungi ibu jika terjadi sesuatu..."

Ibu mengangguk pelan mendengar balasanku. Setelahnya ibu tersenyum dengan melambaikan tangannya pada mobil Eric yang sudah berjalaan meninggalkan rumah.

***

Kami telah tiba ditempat acara, namun saat tanganku hendak membuka pintu mobil, Eric bersuara.

"Jangan buka pintunya, tetap didalam...."

Aku mengernyit bingung namun tetap ku patuhi ucapannya.

Aku melihat Eric berjalan memutar, dan setelahnya terdengar suara dari arah pintu tempat dudukku.

Disana Eric tengah mengulurkan tangannya dengan senyumnya yang dapat menular padaku seketika.

"Mari Tuan Putri...." Ucapnya membuatku terkikik geli.

"Kau ada-ada saja...." Balasku namun tetap menerima uluran tangannya.

Kakiku terangkah untuk keluar dari mobil. Sungguh Eric memperlakukanku seperti putri di negeri dongeng dan itu sedikit membuatku hatiku terenyuh.

Namun ketika hendak melangkah memasuki gedung tempat prom diadakan, Eric menahan tanganku kecil.

"Tunggu sebentar...."

Sekali lagi aku dibuat bingung olehnya.

"Kau melupakan ini...." Lanjutnya lalu memberikan sebuah party mask. "Ini pesta topeng Ruby, kau tidak mungkin memasuki gedung tanpa mengenakannya..."

Aku tersenyum, bagaimana aku bias lupa. Ku ambil topeng itu dari tangan Eric. "Terimakasih..." Balasku lalu memakainya.

Kami berdua berjalan beriringan dengan tangan yang saling terikat memasuki gedung acara yang ternyata telah dipenuhi oleh para lelaki dan perempuan yang juga mengenakan topeng pesta.

"Sepertinya kita sedikit terlambat..." Celetukku kecil pada Eric.

"Tidak, sayang... Mereka yang memang terlalu antusias hingga datang lebih awal" Eric melihat jam yang melingkar di tangannya. "Lagian acara juga masih belum dimulai..." Lanjutnya.

Aku mengangguk menanggapi.

"Kau haus...?"

Aku menatapnya. "Ehmm... sedikit...."

"Ya sudah... Tunggu disini, aku akan mengambilkanmu minuman..." Tukasnya membuatku kembali melebarkan senyum hingga kedua kelopak mataku melengkung keatas.

"Okey..." Balasku singkat.

"Aku bersungguh-sungguh Ruby, jangan pergi kemanapun selagi aku mengambil minuman..."

"Iya, sayang... Jika kau tidak segera, bisa jadi aku dehidrasi karena terlalu haus..."

Kini Eric yang tersenyum lebar kepada ku. Ia menyentuh suraiku lembut, berhati-hati mengelusnya agar tak merusak tatanan rambutku.

"Aku suka ketika kau memanggilku seperti itu... Tolong lebih sering menggunakan panggilan itu..." Tukasnya membuat sang perempuan memutar matanya.

"Baiklah-baiklah aku akan melakukannya lebih sering, jadi sekarang cepatlah mengambil minuman dan jauhkan tanganmu dari tatanan rambutku..." Sebalku membuatnya terkekeh geli.

"Like what you want my lovely Ruby...." Ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

Aku memandang ke seluruh ruangan karena lagi-lagi aku merasa ada yang memperhatikanku.

Hingga di balkon atas, aku menangkap seorang lelaki yang cukup misterius. Dia tidak mengenakan kostum seperti ketentuan prom.

Dia hanya mengenakan pakaian hitam dengan wajah yang tertutup masker.

Dan yang paling membuatku merasa aneh ialah, ternyata dia juga menatap lurus padaku. Lelaki itu terus mengunci pandangannya padaku tanpa sedikitpun berniat memutusnya. Hingga ketika dia mengarahkan telunjuknya padaku, disaat itu aku seketika merasa ketakutan.

Aku memutuskan pandangan, dan menoleh kearah sekitar untuk mencari keberadaan Eric. Namun ketika hendak beranjak sebuah tepukan telapak tangan dipundakku membuat diriku mengurungkan niat.

"Kau mau kemana Ruby...?"

Dengan cepat aku membalikkan tubuh dan melihat Luna yang tampak cantik dengan gaunnya yang berwarna hitam.

"Kau mengagetkanku Luna..." Decakku namun lega.

Aku kembali menatap kearah balkon dan lelaki itu telah menghilang.

Luna tidak menggubris ucapanku." "Woww you look stunning Ruby, Sepertinya ini yang membuat Eric tergila-gila pada kekasihnya..."

"What are you talking about... Kau juga terlihat sangat cantik Luna..."

"I know, tapi tidak secantik dirimu... And trust me, malam ini akan banyak pasang mata yang menatapmu kagum..." Ujarnya membuat temannya memutar mata malas.

"Stop it Luna..." Pintaku yang seperti perintah mutlah.

Luna terkekeh pelan. "Baiklah.. aku akan berhenti... But well, dimana Eric? Bagaimana bisa dia meninggalkan kekasihnya yang cantik ini sendiri...? Apa dia tidak takut jika seseorang akan mengambil kekasihnya?" Tanya Luna dengan menggodaku.

Bibirku berdecak sebal. Namun belum sempat aku menjawab seseorang menyela.

"Tidak akan ada yang bisa mengambil Ruby dariku Lun..." Sela Eric dengan membawa minuman dikedua tangannya. Dia memberikan gelas yang ada ditangan kanannya pada sang kekasih.

"Bagaimana bisa kau percaya diri seperti itu...?" Ujar Luna.

"Karena dia mencintaiku..." Cengirnya menatap sang kekasih.

Luna menghembuskan napas malas. "Sepertinya aku harus pergi, berada disini membuatku iri" Sebalnya lalu beranjak meninggalkan sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara itu.

Aku menatap Eric dengan penuh tawa. "Kau membuatnya kesal..."

Lelaki itu juga tertawa. "Aku tidak berencana seperti itu, sayang..."

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang