23. Patuh

1.8K 262 16
                                    

"Nona, sepertinya akan lebih baik jika kita menata rambutnya" Ujar Kyra yang tengah mengamati penampilan Ruby.

Perempuan itu yang sejak tadi membantu sang nona untuk mempersiapkan diri. Atau lebih tepatnya dia yang mempersiapkan karena Ruby hanya diam dan menerima semua yang ia berikan.

Tak ada sahutan dari sang nona hingga membuatnya berinisiatif untuk melanjutkan rencananya.

Beberapa saat kemudian akhirnya ia selesai berkutat menata riasan rambut nona nya. Hanya kuncir kuda rendah namun tetap terlihat simpel dan elegan.

Kyra menatap takjub pantulan bayangan cermin yang tampak begitu luar biasa sempurna. Inilah mengapa orang selalu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan makhluknya dalam keadaan sebaik-baiknya.

"Anda sangat cantik. Nona..." Ujarnya penuh kagum.

Aku mengalihkan pandanganku kearah kaca. Menatap pantulan diriku yang tengah terduduk di meja rias.

Kepalaku mengangguk sebagai respon yang kuberikan. Karena sejujurnya aku tidak peduli dengan penampilanku. Semua yang ku lakukan hanyalah untuk menjadi kesenangannya dan aku tak menyukai kenyataan itu.

"Terimakasih..." Ujarku pelan namun tulus.

Tak begitu lama, suara decitan dari pintu kamar membuat kami serentak mengalihkan perhatian.

Victor. Pria itu dengan wajah khasnya yang dingin berjalan pelan memasuki kamar dengan tatapan yang sedikitpun tak lepas dari arah pandang sang wanita.

Tubuhnya tampak begitu sempurna dengan balutan jas berwarna navy serta tatapan rambut yang membuat ketampanannya semakin terpancar.

"Apakah aku masih harus menungggu?"

Dengan cepat Kyra menggeleng. "Tidak Tuan, Nona--sudah selesai bersiap"

Victor mengangguk dengan langkah yang terus mendekat pada sang wanita nya.

Kyra yang merasa peka akan keadaan pamit undur diri keluar hingga menyisakan dua orang yang saling mengunci pandangan satu sama lain.

"Kau terlihat sangat cantik...." Puji nya tulus.

Tak ada kata berlebihan dari kalimat yang diutarakannya. Karena sungguh, Victor terpesona dengan wanita didepannya ini.

Wanita itu memancarkan kecantikannga dengan riasan simple serta tatanan rambut yang rendah dan dipadukan dengan kalung mutiara yang melingkari leher untuk mendukung pakaiannya.

Victor memainkan rambut Ruby untuk dibawanya ke samping telinga.

"Tersenyumlah. Aku tak suka melihat wajah datarmu" Ucapnya seperti sebuah perintah mutlak.

'Aku tak peduli' Ujarku dalam hati.

Sayangnya aku tetap melakukan perintahnya. Dengan paksa aku menarik bibirku hingga kedua ujungnya terangkat keatas. Senyuman paksa tanpa ketulusan.

Lelaki itu mengecup singkat bibir sang wanita sebelum kembali menatap wajah nya. "Kau semakin cantik dengan tersenyum seperti ini"

Aku hanya menatapnya datar tanpa berniat mengeluarkan sepatah kata untuk menanggapi ucapannya.

Victor mengulurkan lengannya untuk membawa tubuh keduanya mendekat. "Buatlah senyuman itu menjadi lebih tulus sehingga orang lain tidak akan mengira jika aku memaksamu"

'Bajingan...'Teriakku dalam hati.

Lelaki itu menuntun ku untuk mengikuti langkahnya berjalan keluar dari istana megahnya.

Disana sebuah mobil dengan pengawal yang berjaga didepan pintu telah menunggu kami. Dia membuka pintu mobil dengan sopan dan mempersilahkanku dan Victor.

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang