8. Terdengar Tak Asing

2.5K 378 10
                                    

Beberapa lelaki berukuran besar itu tersebar mengelilingi mobil kami. Aku semakin panik ketika seorang lelaki asing mencoba membuka pintu tempat dudukku.

Bahkan ketika memukul pintu itu dengan keras aku berteriak.

"Eric...Akut takut Eric..." Ucapku dengan nada meninggi.

"Eric....!!! Mereka ingin membuka pintu mobil... Mereka ingin menyakiti kita Ric..." Lanjutku ketakutan.

Eric memegang telapak tangan sang kekasih. Ia mencoba untuk membuat Ruby tenang dikeadaan yang tidak menguntungkan untuk sekarang ini.

"Tetaplah disini.... Aku akan berbicara dengan mereka..." Ucap Eric.

Namun aku menahan tangannya ketika lelaki itu hendak beranjak keluar dari mobil.

"Jangan Ric... Mereka berbahaya...Mereka-mereka akan menyakitimu...."

Lelaki itu menoleh pada sang kekasih. Menatap tangannya yang berselimut tangan lain lalu beralih ke wajah cantik kekasihnya.

"Kau tak perlu khawatir...Aku akan baik-baik saja..." Balasnya meyakinkan sang perempuan.

Namun kepalaku menggeleng tak setuju. Mereka memiliki tubuh lebih besar dan jumlah lebih banyak, dan kemungkinan besar Eric tidak akan terluka sangatlah kecil.

"Kumohon Ric... Jangan keluar...." Pintaku padanya.

"Kita tidak memiliki cara lain, By...Mobil kita tidak bisa menyala dan orang-orang itu sangat agresif untuk mencoba membuka pintu. Hanya ini satu-satunya cara, aku perlu berbicara baik-baik dengan mereka..." Eric melepaskan tangan Ruby yang sejak tadi menahannya.

"Doakan tidak terjadi apa-apa..." Ujarnya pelan.

"Berhati-hatilah..."

Lelaki itu mengangguk. "Jangan membuka pintumu untuk mereka. Tapi jika keadaan darurat, maka kau harus keluar dari mobil dan berlari sejauh yang kau bisa" Pesan Eric sebelum membuka pintu.

Namun naas, apa yang diucapkan Eric adalah kesalahan besar. Ketika pintu tertutup, orang-orang bertubuh kekar itu langsung menghadiahinya pukulan bertubi.

Bahkan dua diantaranya memegang tangan kiri dan kanan Eric membuatnya tak sanggup untuk menghindar.

Aku memekik keras dengan air mata yang mulai turun melihat pukulan demi pukulan dilayangkan kearah kekasihku.

Tanganku gemetar, aku takut dengan apa yang kulihat sekarang. Hingga ketika pukulan selanjutnya hendak diterima Eric aku berteriak keras.

"Hentikan...!!! Jangan memukul kekasihku...!!!" Teriakanku membuat semua penjahat itu menatap kearahku.

Ya, dengan bodohnya aku tak mengindahkan perintah Eric untuk tetap didalam mobil.

Aku seperti orang bodoh yang kehilangan pikiran malah menantang para penjahat bertubuh kekar itu dengan diriku yang tidak ada apa-apanya dengan mereka.

"Wahh... sang perempuan dengan berani menyuruh kita untuk berhenti" Sahut salah satu diantara penjahat itu remeh.

"Menarik bukan... Aku tak menyangka perempuan cantik itu sangat mencintai kekasihnya hingga tidak memperdulikan dirinya sendiri" Tambah yang lainnya.

"Pergi, By... Pergi....Lari sejauh yang kau bisa..." Ujar Eric dengan tidak berdaya. Tubuhnya sudah sangat sakit hingga berbicara pun ia kesulitan.

"Tidak, Ric... Aku--tidak akan meninggalkanmu... Aku tidak bisa membiarkan mereka melukaimu...."

"Lari, By... Tenagamu tidak sepadan dengan mereka... Larilah dan cari bantuan... aku masih sanggup untuk menahan mereka..."

Namun sebuah suara mengintrupsi percakapan kami.

"Well...well... sudah cukup adegan romantis saling mengasihinya... Kami sudah cukup melihat sepasang kekasih yang dimabuk cinta ini..." Celetuh lelaki yang memegang lengkan kiri Eric.

"Ya, kau benar... Sekarang lebih baik kita bereskan mereka berdua sekaligus..." Balas lelaki sampingnya.

Kini sosok yang memegang Eric agar tidak berontak hanyalah satu orang, karena yang satunya berlajan mendekat kearahku.

"Kau terlihat sangat cantik jika dari dekat..." Ujar lelaki yang mulai memangkas jarak.

Kaki ku otomatis melangkah mundur. Merasa takut jika lelaki itu juga akan menyakitiku.

"Jangan menyakitinya...!!!" Teriak Eric mengcoba melepaskan diri namun sayangnya gagal.

"Berhenti disana...!!! Jangan menyentuhnya...!!! Sakiti aku saja, tapi jangan dengannya..!!!" Teriaknya yang malah membuat bogeman bersarang ke perutnya membuat tubuhnya terasa sakit luar biasa.

"Kekasihmu terlalu banyak bicara...." Ucap lelaki yang berjalan kearah Ruby.

"Kalian akan menyesal menyakiti kami...!! Aku akan melapor pada polisi atas perilaku kalian..!!" Ucapku mengertak berharap mereka dapat menghentikan perilaku gilanya.

"Ohh... aku tak yakin jika kau akan melakukannya. Aku bahkan ragu jika kau bisa membuka mulutmu setelah ini..." Ucapnya bengis.

"Lari, By..!!! Jangan memancing kemarahannya..!! Lari...!!!" Teriak Eric.

Dan tanpa berpikir lagi aku berbalik dan mengambil langkah besar untuk berlari. Namun sayangya saat aku mencoba membuat jarak dengan lelaki dibelakangku yang juga tengan mengejarku, tubuhku terpental hingga jatuh terduduk.

Dengan rasa sakit yang mendera, aku mencoba menengadahkan kepala.

Dan disana sebuah sosok dengan bapakaian serba hitam dan wajahnya yang sebagian tertutup oleh masker sedang berdiri tepat didepanku.

Air mataku mulai turun membasahi pipi. Aku sungguh ketakutan sekarang.

"Tolong....jangan menyakitiku dan kekasihku...." Pintaku memohon menatap mata lelaki yang memandangku lurus.

"Aku tidak akan melaporkan kalian kepada polisi, tapi tolong bebaskan kami..."

Raut dingin itu tak berubah sediktpun membuatku semakin bingung untuk membuatnya berubah pikiran.

"Aku akan memberikan semuanya...Aku-aku akan memberikanmu uang jika itu yang kalian inginkan dari kami... Jadi tolong bebaskan aku dan kekasihku...."

Lelaki itu menundukkan tubuhnya untuk lebih dekat denganku membuat diriku beringsut menjauh.

"Sayangnya aku hanya ingin dirimu, kitten..."

Suara itu...Sungguh terdengar tak asing ditelingaku. Suara yang dalam dan mencekam hingga membuatku begitu ketakutan.

Namun ketika mulutku terbuka hendak berkata sesuatu, aku merasakan sesak saat sebuah kain membekapku dari arah belakang.

Pemberontakanku tak berarti ketika perlahan kesadaranku berkurang. Dan sebelum benar-benar menghilang, telingaku mendengar suara sayup-sayup dari seseorang.

"Have a nice dream, kitten...." Dan itulah kalimat terakhir yang kudengar sebelum kegelapan menelan kesadaranku.

Lelaki itu menegakkan tubuhnya kembali. Dan ketika hendak membalikkan tubuh, ia memberikan perintah pada lelaki kekas yang menahan tubuh sang perempuan.

"Bawa dia kedalam mobilku...."

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang