Happy reading🍒
***
Kini Victor menatap sendu pada wanita yang tengah terlelap begitu damai diranjang pesakitannya.
Perasaan menyesal tak hentinya datang menghantui. Ketika dia mencoba untuk membuat wanita itu tetap disisinya, disaat itu pula Ruby berniat meninggalkannya.
Bahkan untuk selamanya.
Bukankah jika seperti ini lebih baik baginya bila memandang Ruby dari jauh saja?
Tapi ia tak bisa. Victor tak bisa melihat ketika Ruby menjalin hubungan dengan lelaki lain.
Bagaimana Ruby tertawa dan merasa nyaman karena Eric hingga tak mengingatnya lagi.
Victor tak bisa...
Tangannya menggenggam erat jemari Ruby. Sudah lebih dari 24 jam tapi perempuan itu masih betah menutup matanya.
Seolah tak sudi membuka mata untuk melihatnya lagi.
"Hei...." Ia berucap lirih dengan mengelus pelan punggung tangan sang perempuan.
"Apa kau begitu membenciku hingga enggan membuka matamu...?" Dihembuskannya napas pelan ketika mata indah itu masih setia menutup. "Apa--yang kulakukan begitu menyakitimu...?"
Bodoh. Tentu saja itu sangat menyakitinya. Baik fisik maupun psikisnya.
Perempuan mana yang bisa menerima ketika diperlakukan seperti pelacur? Perempuan mana pula yang tidak terguncang ketika mendapatkan kekerasan seksual seperti itu?
Ya, si bodoh ini memang tak tau malu jika berpikir bahwa semua akan baik-baik saja setelah malam itu.
"Maafkan aku..." Ujarnya begitu lirih.
Sungguh tak ada niatan untuk menyakitinya seperti itu. Ia hanya ingin menakuti Ruby agar patuh dengan perkataannya.
Namun hal itu tak seperti rencananya. Kabut amarah begitu mendominasi hingga membuatnya kehilangan akal sehat dan berakhir menyakiti sang wanita.
"Cepatlah sadar... Aku sangat rindu melihat mata coklatmu..." Pintanya lembut.
Victor berada ditempatnya dengan terus menatap Ruby hingga suara dering ponselnya membuatnya mengalihkan perhatian.
Dia melihat layar ponselnya yang menampilkan nama seseorang. Dan nama itu tak bisa ia abaikan.
Ia berdiri lalu mengulurkan lengan untuk mengelus lembut surai Ruby. Wajahnya perlahan mendekat lalu mengecup pelan kening sang wanita sebelum berucap.
"Aku pergi dulu, cepatlah sadar... Aku menunggumu..."
Setelahnya ia beranjak untuk meninggalkan ruang rawat Ruby. Namun ketika didepan pintu ia berhenti sejenak.
"Segera kabari aku jika dia sudah siuman" Perintahnya pada dua penjaga yang ditempatkannya didepan ruang rawat Ruby.
"Baik, Tuan...." Balas kedua lelaki bertubuh besar itu.
Tak begitu lama setelah kepergian Victor, perlahan kelopak mata yang sejak tadi tertutup kini berkedip kecil beberapa kali.
Sedikit demi sedikit akhirnya cahaya memasuki indra pengelihatan hingga membuat kening berkerut tak nyaman.
Aku menyunggingkan senyum tipis. Merasa kecewa bahwa Tuhan tak mengambil nyawaku dan membuat diriku kembali pada dunia yang tak ku sukai.
Tepatnya karena lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
ChickLitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...