Suara ketukan pintu kamar membuatku berpaling dari cermin menjeda kegiatanku sebentar.
"Masuk..." Ucapku dengan nada sedikit meninggi.
Pintu itu terbuka menampakkan sosok wanita muda yang tengah berdiri dengan sopan.
"Ada apa Kyra?"
"Itu Nona..." Ia menjeda kalimatnya karena gugup. Sejujurnya ia sudah tahu jawaban seperti apa yang akan diberikan sang Nona.
Ia menelan air ludahnya sebelum kembali berucap. "Tuan... beliau menunggu anda diruang makan, Nona..."
Kyra sudah mempersiapkan diri apabila akan mendapat penolakan lagi. Karena, bukankah memang seperti itu? Nona nya lebih memilih makan sendiri di kamarnya daripada satu meja dengan sang Tuan.
Namun, kenyataan berbanding terbalik dari anggapannya karena tanggapan yang berbeda diberikan oleh sang Nona.
"Ya, bilang padanya kalau aku akan turun sebentar lagi"
Kyra tidak percaya akan apa yang didengarnya. Karena jawaban yang diberikan Ruby cukup membuatnya bingung dan otaknya tak mampu mencerna dengan baik.
"Bagaimana, Nona?" Ulangnya mencoba menyakinkan apa yang dia dengar.
Jawaban yang cukup mengagetkan bagi Kyra. Hal itu memberikan kebahagiaan bagi Kyra karena perlahan demi perlahan hati Nonanya semakin melunak dan mulai menerima kehadiran Tuannya.
Ya, setidaknya itulah yang ada di pikirannya.
Ku hembuskan napas pelan lalu kembali mengulang perkataanku tadi. "Ya, aku akan turun sebentar lagi untuk sarapan bersama Kyra"
Perempuan itu terlihat menampakkan senyumnya tipis. "Oh... Ehm... Baik Nona, saya akan menyampaikannya pada Tuan" Ujarnya terbata lalu pamit undur diri.
Setelahnya aku kembali mematut diriku didepan kaca. Menatap lurus pada bayanganku sembari meyakinkan diri bahwa semoga lelaki itu dapat mengabulkan permintaanku nanti.
Kaki ku melangkah menuruni tangga. Di setiap anak tangga yang terlewat disaat yang sama aku tengah berperang dengan diri ku sendiri.
Hingga ketika sampai di ruang makan aku telah disuguhkan dengan sebuah senyuman bahagia dari seseorang yang tak ku suka.
Namun kali ini aku tak memberikan raut wajah datarku seperti biasa. Sebuah senyum tipis ku tampilkan pada bibirku. Sangat tipis, hingga membuatku berharap bahwa dia mengetahui jika senyum yang ku berikan bukanlah ketulusan yang berasal dari dalam hatiku.
"Senang melihatmu mau makan bersama" Itu adalah ucapan sambutan dari Victor melihat sang wanita akhirnya mau duduk bersama menikmati sarapan.
Aku hanya berdehem menanggapi lalu duduk di kursi depan lelaki itu. Tak begitu lama Kyra membawakan hidangan dan menaruhnya didepan kami sebelum pergi dan membuat keheningan terjadi.
Aku menatap hidangan yang terjadi. Sebuah piring berisikan pasta makaroni bercampur dengan daging cincang terlihat begitu menggugah selera.
"Makanlah, masakan Kyra tidak pernah gagal" Ujar Victor membuka suara saat menatapku yang tak kunjung menyentuh makanan itu.
Aku hanya mengangguk pelan. Jika dipikir-pikir ini adalah kali pertamanya bagiku untuk selalu merespon ucapannya walaupun sangat minim.
Ku raih sendok lalu mengambil beberapa buah makaroni untuk ku bawa kedalam mulutku. Mataku terbelalak merasakan bagaimana lembutnya masakan itu berada di lidahku.
Benar yang diucapkan lelaki itu, masakan Kyra memang tidak pernah mengecewakan.
Tapi aku perlu mengingat bahwa jangan sampai niat awalku terlupa hanya karena terlena oleh masakan Kyra pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
ChickLitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...