Waktu berjalan begitu cepat. Dan tanpa terasa hari ini adalah saatnya aku untuk memulai hidupku dengan mandiri.
Tanpa ada ibu dan ayah...
Dan di lingkungan baru yang asing bagiku....
Aku tengah memeluk erat sosok lelaki yang menjadi cinta pertamaku. Mecoba untuk membuang keraguan dalam hati untuk meninggalkan mereka.
"Ayah akan merindukanmu, sayang..."
"Ruby juga pasti akan merindukan ayah..." Balasku dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan bersedih.... Semua kerinduan akan terbayar saat kau sudah menggapai apa yang kau inginkan Ruby..."
Kepalaku mengangguk. "Iya Ayah..."
Kini aku bergeser untuk berpindah didepan ibu. Aku melakukan hal yang sama seperti pada ayah.
Namun sayangnya aku tak bisa menahan air mataku ketika ibu mengecup dalam keningku.
"Jadilah anak yang baik disana, sayang... Ayah dan ibu tidak ada setiap saat untuk menemanimu dalam menyelesaikan masalahmu nanti... Jadilah manusia kuat dalam menghadapi kerasnya kehidupan... Dan ibu percaya bahwa kau pasti mampu melakukannya..."
Kupeluk ibu dengan begitu erat dengan air mata yang semakin turun deras.
"Sudah... Jangan menangis putriku... Ini hanyalah perpisahan sementara yang akan terobati lagi nanti..."
Setelahnya ku uraikan pelukanku pada ibu. Dengan napas yang sesak aku berucap. "Ruby akan mengingatnya bu... Ruby akan mengingat pesan ayah dan ibu..."
Ayah meraih lenganku dan mengelusnya lembut. "Iya.. Kau harus mengingatnya, putriku..." Ujar ayah dengan seyum tulusnya.
Hatiku semakin tak rela. Aku tak kuasa pergi jauh dari orangtuaku. Namun aku harus meneguhkan hati bahwa semua ini akan sepadan dengan apa yang ku dapatkan nanti.
"Tolong antarkan Ruby dengan hati-hati ya Nak Eric...." Pesan ibu pada lelaki yang berdiri disampingku.
"Baik bu, saya akan mengantarkan Ruby dengan selamat sampai ketujuan nanti..." Balasnya.
Ayah melihat jam dipergelangan tangannya. "Sudahlah Bu, saatnya berangkat... Mereka memerlukan banyak waktu untuk sampai disana..." Ujar Ayah menyudahi sesi sentimental mereka.
“Hemm… baiklah…” Ucap Ibu tak rela lalu memeluk untuk terakhir kalinya sebelum sang putri pergi.
“Ibu menyayangimu…”
“Ruby juga sayang ibu…”
Ayah dan Ibu mengantarkanku hingga memasuki mobil. Mereka terus berdiri disana dan aku melihat ibu yang sendu tak rela melepasku.
Ku lambaikan tangan ketika Eric mulai menyalakan mesin mobil.
“Ruby berangkat….” Pamitku kepada ayah dan ibu.
“Hati-hati, jangan lupa memberi kabar pada ibu ketika sudah sampai ya…”
Kepalaku mengangguk pelan. “Baik bu…Ruby akan menghubungi ibu ketika sudah sampai nanti….”
Setelahnya mobil berjalan meninggalkan orangtuaku yang tengah berdiri disamping jalan dengan tangan yang melambai.
Dan disitu aku memahami bahwa sebuah perpisahan merupakan hal yang sangat menyakitkan meskipun kau telah mengetahui bahwa itu akan terjadi.
“Hei… Sudahlah…Jangan murung seperti itu….” Ucap Eric pada sang kekasih yang terlihat sendu.
Aku hanya diam namun tetap menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Kau mengatakan padaku jika kau telah menunggu saat ini untuk bisa mencapai impianmu, By…”
Kepalaku kembali mengangguk mendengan perkataannya yang benar.
“Jadi senyumlah sayang… karena kau semakin dekat untuk menggapai impianmu…” Tangan kirinya terulur untuk menggapai puncak kepala sang kekasih. Memberikan elusan lembut sebagai sebuah penenang.
“Terimakasih, Ric…” Aku memandangnya penuh syukur. “Terimakasih sudah mewarnai hidupku dan selalu mendukungku…”
Perlahan Eric sedikit mengalihkan perhatiannya dari jalanan untuk menatap sang kekasasih.
“I love you….” Tambahku membuat Eric mengembangkan senyumnya lebar.
“Aku lebih mencintaimu…” Balasnya tak mau kalah.
Namun sayangnya momen manis itu harus berakhir ketika tubuh kami terpelanting sebuah benturan keras menghantam mobil.
Kepulan asap terihat membumbung tinggi keluar dari kap mobil.
Kesadaran yang perlahan pulih tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Dengan jantung yang masih berdetak cukup cepat aku melihat ke arah Eric.
Ku lihat darah keluar dari pelipisnya yang terluka. Mungkin karena menghantam setir mobil ketika benturan terjadi.
“Kau tidak apa…?” Tanya ku khawatir.
“Aku tidak apa… Bagaimana denganmu? Apakah ada yang sakit…?”
Aku menggeleng pelan, namun sebenarnya dibeberapa area aku merasakan sakit yang beruntungnya tidak seberapa.
“Apa yang terjadi, Ric….” Tukasku bingung.
“Aku juga tidak tau, By… Sepertinya mobil depan kehilangan keseimbangan…” Praduganya pada kendaraan depan yang menjadi alasan kecelakaan terjadi.
Setelahnya aku melihat pintu mobil itu terbuka. Ya, mungkin saja sang pemilik hendak mengutarakan permintaan maafnya untuk kecelakaan yang terjadi.
Namun prasangka ku itu harus terpatahkan ketika kumpulan lelaki bertubuh kekar dengan seluruh wajah tertutup kain berwarna hitam membuatku panik.
“Ric…Siapa mereka….” Ucapku takut melihat beberapa orang itu berjalan cukup cepat kearah kami.
Lelaki itu mencoba untuk tetap tenang meskipun dengan ancaman yang akan terjadi pada mereka. “Tenang By… Ada aku… Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu…”
“Tapi mereka sangat menakutkan Ric…. Mereka semakin mendekat....”
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
ChickLitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...