36. Epilog

3.9K 322 103
                                    

3 tahun kemudian.

Seseorang nampak menatap nanar pada sosok didepannya yang tengah berdiam diri diatas kursi roda yang selalu menjadi temannya selama beberapa tahun terakhir.

Tak ada ekspresi yang menyertai, karena sosok itu hanya terus berdiam seolah tengah sibuk dengan pikirannya. Tatapannya kosong dan tak ada pancaran cahaya pun disana.

Karena, dia tau siapa yang meredupkan cahaya hangat wanita itu. Yaitu dirinya...

"Dia menjadi pendiam..." Celetuk wanita tua disebelahnya. Membuat lelaki itu menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Orangtuanya fokus pada kesehatan mentalnya yang sangat hancur saat itu, bahkan masih sampai sekarang. Mereka berusaha keras untuk mengembalikan putri mereka seperti sedia kala, namun hingga saat ini tak banyak kemajuan yang terjadi. Dia masih banyak berdiam diri, merenung, dan menyimpan emosinya sendiri. Seolah dunia tidak ada orang lain selain dirinya dan dia seperti tidak percaya pada siapapun yang ada sekitarnya."

Mendengar itu Victor lantas mencengkeram kemudi kuat. Sungguh bahkan sampai saat ini pun tak ada yang membaik dari kehidupan mereka. Rasa sakit bahkan tidak dapat berkurang meskipun sudah beberapa kali musim berlalu.

Saat lelaki itu hendak membuka pintu mobil, tangan kirinya dicekal oleh sang nenek hingga ia menatap penuh tanya pada wanita berusia renta itu.

"Kau sudah berjanji untuk tidak menemuinya." Ujar Nenek Rosalin mengingatkan. "Kau mengatakan sendiri bahwa akan pergi dari kehidupannya..." Tegas beliau lagi.

Victor menarik napas dalam lalu menghembuskannya pelan. "Aku hanya ingin melihatnya lebih dekat, tidak akan dari itu."

Nenek Rosalin tampak berpikir sesaat sebelum melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan Victor. "Baiklah... Jangan sampai dia melihatmu karena hal itu akan mempengaruhi kesehatan psikologisnya lagi..."

Lelaki itu terpaku sejenak. Ucapan neneknya kembali memberikan hantaman kuat terhadap dirinya. Karena lagi-lagi ia mengingat akan kesalahan terbesar yang diperbuatnya dalam hidup sang wanita. Yaitu memberikan rasa sakit yang begitu dalam dan bahkan tak dapat terkikis sedikitpun selama berjalannya waktu.

"Aku tidak akan menunjukkan wajahku..." Kalimat terakhir lelaki itu lalu turun dari mobil meninggalkan Nenek Rosalin yang menatapnya sendu.

Wanita tua itu merasa kasihan pada nasib cucunya yang begitu menyedihkan. Meskipun semua yang terjadi akibat dari kesalahannya sendiri, namun sebagai seorang nenek beliau merasa iba dengan apa yang terjadi pada Victor.

Hingga pada hari ini, disaat pertama kali lelaki itu kembali merasakan udara bebas yang selama beberapa tahun tidak didapatkan, nenek Rosalin menyanggupi keinginan Victor untuk melihat Ruby meskipun harus dari jauh.

Kini lelaki itu merasa lega karena dapat memperhatikan wanita yang menjadi penghuni hatinya dengan lebih jelas.

Ruby tampak kehilangan berat badan dan wajahnya yang terlihat pucat. Berbeda saat sebelum kejadian mengerikan beberapa tahun lalu itu terjadi.

Tak ada senyum ataupun suara merdunya yang selalu menjadi kesukaan lelaki itu. Sekarang yang ditunjukkan Ruby hanyalah keterdiaman tanpa ekspresi yang membuat hatinya semakin nyeri.

Namun satu hal yang tidak ia sadari bahwa, upayanya untuk bersembunyi tidak berhasil ketika tanpa sengaja pandangan mereka saling bertubrukan. Menyelami satu sama lain dengan perasaan yang berbeda.

Seketika wajah wanita itu berubah pias. Ia mencoba mendorong kursi rodanya menjauh, tapi sialnya hal itu tidak berhasil.

Matanya berembun dengan ketakutan yang mendera hingga tubuhnya tak mampu melakukan perintah otaknya dengan benar.

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang