13. Penyesalan

2.9K 364 23
                                    

***

Aku tengah menatap langit-langit ruangan dengan pandangan kosong. Air mataku seakan telah habis hingga tak menetes sedikitpun lagi.

Tak ada emosi yang kuperlihatkan. Hanya kedipan mata dan hembusan napas yang menjadi pertanda bahwa aku masih berada di dunia ini.

Tak ada suara yang keluar. Tak ada pergerakan yang terjadi. Karena hanya aku seorang diri yang berada diranjang yang menjadi saksi bisu kebiadapan lelaki itu.

Sudut bibirku terangkat tipis. Aku tersenyum getir, menertawakan diriku yang sudah tak berharga lagi.

Aku hanyalah perempuan kotor yang telah menjadi bekas orang lain.

Betapa mirisnya diriku yang disetubuhi dengan paksa.

Bahkan aku diperlakukan seperti pelacur ketika malam itu Victor langsung pergi meninggalkanku dengan keadaan yang mengenaskan.

Air mata yang membasahi pipi, rasa sakit disekujur tubuh, bekas lebam yang keunguan, dan pakaian terkoyak yang masih tertinggal ditubuhku.

Dia meninggalkanku dengan keadaan seperti itu.

Kini, dengan sakit yang mendera aku mencoba bangkit dari tempat tidur meskipun selakanganku terasa begitu ngilu.

Aku menggigit bibirku sembari mendesis kecil menahan rasa sakit ketika mulai melangkahkan kaki.

Perlahan tapi pasti akhirnya aku dapat mencapai kamar mandi. Disana, didepan cermin yang tergantung, aku menatap diriku sendiri yang tampak begitu miris.

Wajah layu, ruam keunguan dileher dan payudaraku, hingga bajuku yang terbuka berantakan dengan bra yang sudah terlepas kaitnya adalah bukti bagaimana biadabnya lelaki itu.

Ini menyakitkan. Terlebih hatiku sendiri. Perasaan sebagai perempuan kotor telah tertancap begitu dalam di otakku. Hingga membuatku merasa tak layak untuk untuk menjalani hidup lagi.

"Menjijikkan..." Desisku menatap pantulan wajahku sendiri.

"Kau perempuan kotor yang menjijikkan..." Lanjutku tanpa beralih dari bayanganku.

Lalu entah mengapa aku melihat tetesan air mata mulai menuruni kelopak mataku.

Dan aku meluruh dengan tangisan yang mengencang.

Tanganku mengusap kasar tubuhku mencoba menghilangkan sentuhan kotornya padaku.

Sayangnya hal itu hanya sia-sia. Aku masih merasakan bagaimana lelaki itu menyentuhku setiap inci kulitku dengan paksa.

Bahkan ketika kulit tubuhku telah berwarna merah, aku masih tak bisa menghilangkan rasa jijik itu.

"Kenapa...? Kenapa bekas ini tidak hilang...? Kenapa...?" Tanganku terus menggosok bagian berwarna keunguan yang tersebar dibeberapa bagian tubuhku.

"Bekas ini menjijikkan...Bekas menjijikkan ini ada ditubuhku..." Rancauku disela tangis kencangku.

Aku semakin tak suka hingga membawa kedua tanganku menjambak rambutku kencang lalu berteriak sekuat tenaga.

Mengeluarkan rasa sakit yang sayangnya tak berkurang sedikitpun.

"Bajingan...!! Dia menyentuhku... Lelaki itu meniduriku... Dia.. Dia yang membuat diriku menjijikkan seperti ini..." Ucapku dengan tangis tergugu.

Perlahan, dengan tangan yang bertumpu pada pinggiran wastafel, aku mencoba untuk berdiri.

Ku usap kasar kedua pipiku pada bekas air mata itu. Setelahnya ku tanggalkan semua pakaian yang ada ditubuhku hingga aku benar-benar tak memakai sehelai benang pun.

RESTRAIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang