Seorang lelaki tampak mengeliatkan tubuhnya dengan tangan mencari-cari sosok didekapnya sepanjang malam.
Perlahan mata itu terbuka saat seseorang yang dicarinya tak kunjung ada. Di dudukkan tubuhnya lalu mengucek matanya pelan.
Hingga ketika pandangannya mulai jelas, Victor melihat sosok wanita yang memakai baju tidur satin berwarna biru tengah berdiri di balkon kamar mereka.
Ia beranjak dari ranjang untuk berjalan mendekat ke arah sang wanita yang terlihat sedang menikmati udara pagi yang menyegarkan.
Ketika kedua lengannya menelusup melingkari pinggang ramping Ruby, Victor merasakan tubuh Ruby terperanjak kaget akibat kehadirannya yang tiba-tiba.
"Bangun jam berapa?" Suara serak khas bangun tidur itu terucap disamping telinga sang wanita.
Tanganku terangkat untuk mendekat punggung tangan lelaki itu. "Beberapa menit yang lalu."
"Mengapa tidak membangunkanku?"
"Kau tertidur sangat lelap. Aku tidak tega jika harus membangunkanmu."
Victor meletakkan dagunya di pundak sang wanita. "Dan apa yang kau lakukan disini tanpaku?"
"Aku hanya menikmati udara pagi yang menyegarkan..."
"Dengan pakaian seperti ini? Bagaimana jika ada penjaga yang melihatmu? Kau ingin aku membutakan mata mereka?"
Ku balikkan tubuhku hingga kami saling berhadapan satu sama lain. Kedua kelopak matanya tertutup menikmati sentuhan yang kuberikan diwajahnya.
"Kenapa harus marah, hmm...? Lagian aku tidak telanjang didepan mereka." Tanyaku dengan nada bergitu tenang bersamaan dengan ibu jariku yang mengelus pelan rahang tegasnya.
Seketika mata itu terbuka lebar lalu memicing menatapku tak percaya. "Bagaimana aku tidak marah, jika orang lain menikmati sesuatu yang seharusnya menjadi milikku sendiri. Dan bajumu ini, sungguh setiap lelaki yang melihatnya pasti akan meneteskan air liur seperti seekor binatang yang kelaparan." Jelasnya tidak terima. Namun seketika bola matanya membulat kaget akibat kecupan singkat yang diberikan wanita itu.
"Kau terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu..." Kataku dengan raut tenang yang bertolak belakang dengan Victor.
"Ku rasa akhir-akhir ini kau semakin berani mengekspresikan diri terhadapku. Dan apa itu tadi, bagaimana bisa kau memberikan kecupan sesingkat itu..." Balasnya tidak terima.
"Karenanya orang-orang menamakan kecupan. Kalau lama itu namanya ciuman..."
Seringaian licik terpatri dibibir lelaki itu membuatku seketika menjadi waspada.
"Begitu ya...." Tangannya mengelus bekas dimana bibirku tertempel tadi.
"Apa yang dimaksud ciuman itu--seperti ini...?"
Belum sempat aku membalas perkataannya, bibirku sudah lebih dulu dibungkam dengan bibirnya. Dan diluar perkiraanku ketika lidahnya ikut menelusup mencari celah untuk masuk kedalam mulutku.
Dan lelaki itu memang sungguh luar biasa dimana aku akhirnya bisa terbuai dengan setiap pergerakan bibirnya dan membuatku mabuk kepayang.
Dan ketika pasokan oksigen semakin menipis, ku pukul pelan dadanya membuat lelaki itu mengakhiri lumatan liarnya dan menjauhkan diri.
Dengan napas yang terengah aku menatapnya dengan sinis. "Bagaimana jika ada yang melihat kita.." Ujarku jengkel.
Namun lelaki itu dengan santainya menjulurkan ibu jarinya untuk menghapus jejak basah di bibirku. "Bukan masalah. Itu lebih baik karena mereka akan berpikir dua kali untuk berani melirikmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTRAIN (Completed)
ChickLitSeseorang yang melakukan apapun agar sang wanita tetap tinggal Hello, welcome to my story Hope you can enjoy🍒 If you like this story, you can follow me to get the notification, thank you... 🍑 Start : 10 Januari 2021 End : 22 Maret 2021 Pic...