20.5 YangYang - Spin Off

748 72 6
                                    

  
Happy Reading!
.
.

      Gelar dosen tentu saja didapat oleh orang dengan tingkat kemampuan belajar yang tinggi.
Kapasitas otak sudah tidak perlu diragukan lagi. Kemampuan berbicara juga sangat penting, bukan ?
Tapi, sepintar apapun seseorang jika sudah melibatkan perasaan, rasanya jadi dongkol.
Perasaan itu semu. Tak terlihat tapi sangat dapat dirasakan. Tidak memiliki rumus seperti persamaan linear atau teori bahasa. Semuanya itu tidak bisa dijelaskan secara gamblang.
    Bahkan untuk menjelaskan betapa kau menyukai orang itu, sebesar apa itu rasanya tidak bisa. Seperti milyaran kata di bumi ini tidak mampu mendeskripsikan dengan benar.
Biasanya, manusia cenderung mengambil tindakan jika kata-kata mulai tidak bisa diucapkan.

"Seperti lo sembarangan mencium Y/n? Bagus." Ucap Xiaojun.

"...."

"Lo baru saja membuat semua jadi runyam." Kata Xiaojun lagi. Aku menghela nafas berat.

Dia benar.

    Saat itu aku dibutakan oleh emosi hingga tidak sanggup menahannya.
Sekarang Y/n menghindariku.

Kalau mau egois, mungkin aku tidak akan merasa bersalah. Justru sebaliknya, bukannya bagus jika pikiran Y/n penuh denganku ?
Tapi tidak bisa. Aku lebih takut Y/n pergi dan tidak ingin berususan denganku lagi.

"Lo sudah coba hubungi dia ?"

Aku mengangguk, "sudah, tapi tidak di balas. Hanya dibaca."

"Itu saja ?"

Aku menjawab dengan anggukan kecil.

"CUMA I TU???!"

Aku mengangguk....lagi.

"Gimana sih ? Cowok kok cuma modal pulsa sama kuota ?! Kejar sana! Datang, temui, hadapi! Bukan sembunyi!"

"Ngomong aja gampang jun, lo gak tahu aja gimana nyatanya ? Buat ngechat aja tuh butuh perjuangan!" Jawabku sambil mengusak rambut.

"Lalu mau sampai kapan lo gitu ? Sampai pohon mangga berbuah apel juga ga mungkin kan ?! Hadapi bego!!"

"Gue begini juga karena lo ya!" Selaku.

"Kenapa jadi gue, anjir ?!"

"Yang nyuruh gue untuk maju bukannya lo ya? Bahkan lo bilang begitu sambil membanting pintu." Jawabku kesal.

Xiaojun menatapku, dari ekspresi wajahnya jelas sekali dia marah.

"Lo-astaga Yangyang, lo ini bodoh apa bagaimana sih ? Katanya dosen kenapa sebodoh ini ?!" Katanya.

Aku memalingkan wajah.

"Gini ya Pak Dosen yang terhormat." Lanjut Xiaojun.

"Gue mau lo itu berjuang! Lo ini punya kebiasaan yang saaangaat jelek. Yaitu, tidak mau maju dan terlalu overthinking. Lo cenderung lebih suka diam dan membiarkan segalanya berjalan apa adanya agar terlihat baik, walau itu mengorbankan perasaan lo sendiri. Dan, itu sangat tidak bagus. Lo harusnya menjalani hidup untuk dirimu sendiri dan bukan orang lain. Walau terlihat baik pun, nyatanya bisa menjadi bumerang kan ? Bukannya ada pepatah bilang semua yang bagus belum tentu baik, tapi yang baik sudah pasti bagus. Lalu, apa bagusnya diam dan tidak melakukan apapun bahkan sampai mengorbankan perasaan segala ? Kau bukan untung malah buntung! Harusnya lo terima kasih ke gue, gue disini ya ngedukung tau gak?!" Jelas Xiaojun panjang lebar. Saking panjangnya dia sampai terengah-engah sendiri.

Aku menarik nafas dalam. Sejenak diam lalu berkata, "gue...cuma takut melukai perasaannya...dia terlalu berharga, Jun. Gue takut dia pergi karena perasaan sepihak gue ini."

IMAGINE || Nct with sad ending- short story [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang