17.5 Winwin Part II

1K 136 7
                                    

       Jangan lupa baca Part pertamanya~

Vote yaa hehe, happy reading!!

          Yang kubilang ke Yuna tidak bohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Yang kubilang ke Yuna tidak bohong. Aku takut mengalami hal yang sama, takut mengulang rasa sakit yang sama.
Aku tahu segala hubungan tidak ada yang berjalan lancar seperti postingan sosial media. Tapi, jika hubungan yang dijalani malah menimbulkan sakit hati hingga trauma, bukankah itu salah ?
Aku mampu melewati itu semua, tapi tidak mampu jika sudah percaya tapi ditinggal di tengah jalan. Tepatnya, pengkhianatan adalah hal terburuk.

Bahkan, sedikit banyaknya aku merasakan feel yang sama saat ini. Aku takut Kak Winwin akan berkhianat di tengah perjanjian kami. Bahkan rasanya mencoba percaya padanya agak tidak mungkin.

"Y/n ?"

Jiwaku seakan kembali ditarik setelah pikiranku melalang buana. Kak Winwin masuk ke mobil sambil membawa dua gelas minuman. Dari harumnya, kutebak satunya adalah susu hangat dan satunya kopi.

Gelas yang kutebak susu itu diberikannya padaku, ia juga mengambil selimut dan meletakkannya di atas pangkuanku.

"Itu susu almond, tidak bahaya untuk Gerd." Katanya. Aku menerima gelas itu dan meminumnya.
Kami sekarang berada di atas gunung. Tepatnya di sebuah tempat wisata malam, dimana pengunjung memarkir mobilnya dan menikmati pandangan malam yang cantik.

Kak Winwin menurunkan sandaran kursinya, ia meletakkan tangan dibelakang kepala sebagai bantal dan menikmati kopi yang ia beli tadi.

Kencan ini--atau setidaknya itu yang Kak Winwin bilang, sangat mendadak karena tiba-tiba saja lelaki ini sudah berada di rumahku. Mengobrol bersama Papa dan Mamaku lalu meminta izin agar bisa mengajakku jalan. Tentu saja, orangtua mana yang tidak senang anak gadisnya dijemput seorang tampan, bermobil mahal, dan dokter spesialis pula.

"Kakak gak ada jaga malam di rumah sakit ?"

"Bukan satpam."

"Iihh bukan gitu! Maksudnya jadwal gitu loh!"

Dia terkekeh lalu menatapku dengan senyuman lebar, "Dokter spesialis jadwalnya pagi sampai malam tergantung janji dan pasien yang ditangani, sejauh ini belum ada hal darurat." Jawabnya santai.

"Makanya bisa ngajak kamu kencan." Senyumnya.

Aku langsung memalingkan wajah, karena kuyakin sekarang wajah ini sudah semerah tomat, "bukan kencan, kita gak serius pacarannya."

Indra pendengaranku menangkap sebuah suara dengusan. Siapa lagi kalau bukan Kak Winwin ?

"Bukan pun, itu tidak jadi alasan untuk tidak ngajak kamu keluar."

Oh, ya ampun.

"Kak...."

"Hm ?"

"Jangan gini. Jangan ucapin kata-kata yang bikin salah paham."

IMAGINE || Nct with sad ending- short story [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang